KEWAJIBAN IKHLAS DAN BUAH KEIKHLASAN
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Rabu 15 Dzulhijah 1446 H /11 Juni 2025
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Hadirin yang dirahmati Allah....
Pengertian
ikhlas
Tentang pengertian ikhlas, para ulama telah menjelaskannya dengan redaksi yang berbeda-beda, meskipun sebenarnya memiliki maksud yang sama. Ada yang mengatakan bahwa ikhlas adalah mengesakan Al-Haqq (Allah) dalam niat dan tujuan ketika melakukan ketaatan. Ada yang mengatakan, ikhlas adalah membersihkan perbuatan dari memperhatikan pandangan makhluk. Ada yang mengatakan, ikhlas adalah kesamaan amal perbuatan hamba secara lahir dan batin, sedangkan riya adalah perbuatan lahiriah yang lebih baik dari batinnya.
Ada
yang mengatakan, ikhlas adalah melupakan pandangan makhluk dengan terus
memperhatikan (pandangan) Al-Khaliq, dan barangsiapa yang
memperbagus diri di hadapan manusia dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya,
maka dia akan jatuh dari pandangan Allah.
Dalil-dalil
wajibnya ikhlas
Sangat
banyak dalil, baik dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah, yang menjelaskan tentang
wajib dan pentingnya keikhlasan seorang hamba kepada Allah.
Di
antaranya, Allah berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ
وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal,
mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
(mengikhlaskan) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah
agama yang lurus.” (QS.
Al-Bayyinah: 5)
Allah Ta’ala juga
berfirman,
إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
“Sesungguhnya
Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka,
sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya
kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik).” (QS. Az-Zumar: 2-3)
Dan
Allah berfirman,
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ
مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ
“Katakanlah,
‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.’ ” (QS. Az-Zumar: 11)
Sedangkan
dalam hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah
bersabda,
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Aku
adalah Zat yang paling tidak membutuhkan persekutuan. Barangsiapa melakukan
suatu amalan yang dalam amalan itu dia menyekutukan selain-Ku dengan-Ku, maka
Aku tinggalkan dia bersama sekutunya.” (HR. Muslim no. 2985)
Buah
keikhlasan
Ikhlas
merupakan perkara yang sangat utama dan memiliki buah dan faedah yang sangat
banyak dan agung. Di antaranya:
Pertama:
Amal akan diterima dengan adanya keikhlasan
Telah
menjadi sebuah ketetapan dalam syariat Islam bahwa amal ibadah seorang hamba
tidak akan diterima di sisi Allah, kecuali jika terpenuhi dua syarat padanya:
kesesuaian amal dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
dan niat yang ikhlas dalam melakukan amal tersebut.
Al-Fudhail
bin Iyadh berbicara tentang firman Allah,
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ
أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2)
Beliau
berkata, “Yakni, yang paling murni (ikhlas) dan paling tepat (shawab).”
Kemudian
orang-orang bertanya, “Wahai Abu Ali, apa maksud yang paling murni (ikhlas) dan
paling tepat (shawab)?”
Beliau
berkata, “Sesungguhnya amal itu jika murni (ikhlas) namun tidak tepat (shawab),
maka tidak akan diterima. Demikian pula, jika tepat (shawab) namun tidak
murni (ikhlas), juga tidak akan diterima. Sampai amal itu murni (ikhlas) dan
tepat (shawab). Amal yang murni (ikhlas) adalah yang ditujukan hanya
untuk Allah, sedangkan yang tepat (shawab) adalah yang sesuai dengan
sunah (tuntunan).”
Kemudian
beliau membaca firman Allah,
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ
عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Maka,
barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia menyekutukan seorang pun dalam beribadah
kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110) (Madarijus Salikin, 2: 344)
Dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
إِنَّ اللهَ لَا يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا
مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا، وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
“Sesungguhnya
Allah tidak akan menerima amalan kecuali yang murni untuk-Nya, dan diniatkan
untuk mendapatkan wajah-Nya.” (HR. An-Nasa’i no. 3140, disahihkan Al-Albani)
Kedua:
Ikhlas menjadikan amal bernilai besar
Hal
itu karena Allah akan mengembangkan amalan orang yang ikhlas dan membalasnya
dengan membesarkan nilainya dan memperbanyak pahalanya. Sehingga pada hari
kiamat kelak, dia akan mendapatinya lebih besar dari apa yang dia sangka.
Abdullah
Ibnul Mubarak berkata, “Betapa banyak amalan remeh yang menjadi besar karena
niat, dan betapa banyak amalan besar yang menjadi kecil karena niat.”
(Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam, 1: 13)
Ketiga:
Ikhlas membersihkan hati dari kotoran
Hati
manusia sangat mudah berbolak-balik, memiliki banyak kesibukan, dan mudah
berpaling dari kebaikan hanya karena sedikit gangguan. Maka, ikhlas akan
memberikan jaminan akan kebersihan hati karena keikhlasan akan mencondongkan
hati kepada Penciptanya, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ
إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ
“Ada
tiga hal yang hati seorang muslim tidak akan memiliki sifat dengki atasnya;
mengikhlaskan amal kepada Allah, memberi nasihat kepada penguasa, dan menetapi
jamaah kaum muslimin.” (HR. At-Tirmidzi no.
2658, lihat Ash-Shahihah no. 404)
Maksud
hadis ini, bahwa tidak akan tersisa sifat dengki dalam hati selama ada tiga
perangai tersebut.
Abu
Sulaiman Ad-Darani berkata, “Jika seorang hamba bersikap ikhlas, niscaya akan
terputus darinya banyak was-was dan sifat riya.” (Madarijus Salikin, 2:
350)
Keempat:
Ikhlas menjadikan seseorang tenang dan istikamah dalam beramal saleh
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا رَجُلا فِيهِ شُرَكَاءُ
مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلا سَلَمًا لِرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلا الْحَمْدُ لِلَّهِ
بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْلَمُونَ
“Allah
membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh
beberapa orang yang berserikat dan saling berselisih, dan seorang budak yang
menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja). Adakah kedua budak itu sama
halnya? Segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
(QS. Az-Zumar: 29)
Dalam
ayat ini, Allah memberikan perumpamaan orang yang menyekutukan Allah bagaikan
seorang budak yang dimiliki oleh banyak tuan yang masing-masing tuan itu
memiliki tuntutan yang berbeda, bahkan bisa jadi bertentangan dengan tuan yang
lain. Maka, tentu budak yang seperti ini keadaannya tidak akan mendapatkan
ketenangan sama sekali.
Adapun
orang yang ikhlas, maka dia bagaikan seorang budak yang hanya dimiliki oleh
seorang tuan saja. Dia tidak menghadapi tuntutan yang beraneka ragam dan saling
bertentangan, sehingga dia tidak akan bingung dalam melaksanakan tugasnya. Dia
akan lebih tenang dari budak yang pertama.
Ketenangan
yang didapatkan seorang hamba karena keikhlasan, tentu akan lebih mendukung
untuk tetap konsisten dan istikamah dalam melakukan amalan.
Kelima:
Orang yang ikhlas tidak akan mudah diganggu oleh setan
Tentang
hal ini, Allah Ta’ala telah berfirman,
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
“Iblis
berkata, ‘Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba-Mu yang mukhlas (ikhlas) di antara mereka.’ ” (QS. Shad:
82-83)
Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Si’di rahimahullah menjelaskan
tentang orang yang “mukhlas” adalah orang yang Allah pilih karena
keikhlasan mereka, keimanan mereka, dan tawakal mereka. (Lihat Taisirul
Karimir Rahman, tafsir surah Al-Hijr ayat 40)
Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan juga segenap pembaca.
Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat
_________________
Penulis: Abu Ubaidillah Apri Hernowo
Artikel: Muslim.or.id
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : Aplikasi kumpulan tausiah Islam
Artikel www.rumaysho.com
Edit: Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar