TAWA TAK SELALU BAHAGIA, TANGIS TAK SELALU SENGSARA
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Selasa 14 Dzulhijah 1446 H /10 Juni 2025
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Hadirin yang dirahmati Allah....
TAWA
TAK SELALU BAHAGIA, TANGIS TAK SELALU SENGSARA
Asalnya,
tawa kerap kali dikaitkan dengan kebahagian, sedangkan tangis dikaitkan dengan
kemalangan. Atha’ bin Abi Muslim menafsirkan surah An-Najm ayat 43 dengan
mengatakan,
أفرح و أحزن؛ لأن الفرح يجلب الضحك والحزن
يجلب البكاء
“Allah membuat gembira dan membuat sedih, karena kebahagiaan bisa membuat tawa dan kesedihan bisa membuat tangis.” [1]
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pernah bersabda,
عُرِضَتْ عَلَيَّ الجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلَمْ
أَرَ كَاليَوْمِ فِيْ الخَيرِ وَالشَّرِّ وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ
قَلِيْلاً وَلبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا
Tawa
tak selalu bahagia, tangis tak selalu sengsara
Asalnya,
tawa kerap kali dikaitkan dengan kebahagian, sedangkan tangis dikaitkan dengan
kemalangan. Atha’ bin Abi Muslim menafsirkan surah An-Najm ayat 43 dengan
mengatakan,
أفرح و أحزن؛ لأن الفرح يجلب الضحك والحزن
يجلب البكاء
“Allah
membuat gembira dan membuat sedih, karena kebahagiaan bisa membuat tawa dan
kesedihan bisa membuat tangis.” [1]
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pernah bersabda,
عُرِضَتْ عَلَيَّ الجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلَمْ
أَرَ كَاليَوْمِ فِيْ الخَيرِ وَالشَّرِّ وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ
قَلِيْلاً وَلبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا
“Surga
dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan
keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui,
kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” [2]
Hanya
saja, tangis tidak harus selalu dipandang negatif, dan tawa tak bisa selalu
dipandang positif. Tangis hanya salah satu tanda bersedih, dan tawa hanyalah
salah satu alamat bahagia. Ketika dikatakan bahwa demam merupakan salah satu
gejala COVID-19 misalnya, bukan berarti setiap orang yang mengalami demam pasti
terpapar COVID-19.
Demikian
pula, tawa dan tangis. Orang yang banyak tawanya ternyata tak selalu
berbahagia. Sebagai contoh, ada kawan kita yang kesehariannya penuh canda tawa,
bahkan mungkin pekerjaannya adalah membuat orang-orang tertawa. Setelah diskusi
mendalam, ternyata mereka sendiri yang mengaku bahwa hidupnya tidak sebahagia
yang terlihat. Bahkan, mereka mengaku merasa sedih karena orang-orang selalu
menuntut mereka untuk terlihat menyenangkan, seakan mereka tidak punya masalah
dan tidak layak untuk bersedih.
Contoh
lain, ada saudara kita yang sedang berjuang melawan depresi. Berdasarkan
literatur psikologi klinis, orang yang mengalami depresi pun boleh jadi dapat
menunjukkan tawa, terlihat baik-baik saja, atau bahkan tidak menyadari bahwa
mereka mengalami depresi. Hal ini diistilahkan dengan smiling
depression dan masked depression. Dari sedikit contoh di
atas, dapat kita pahami bahwa hari-hari yang dipenuhi gelak tawa belum tentu
dapat membawa kebahagiaan, dan dia yang sering tertawa belum tentu baik-baik
saja.
Begitu
juga sebaliknya, tangis juga tak selalu beriring dengan kemalangan. Ada juga
saudara kita yang hidupnya diwarnai banyak tangisan. Ia menangis mencurahkan
beban dan keluh kesahnya kepada Allah Ta’ala, menangisi
dosa-dosanya, menangisi ketaatan yang tak kunjung bertambah. Setelahnya, ia
merasa lega karena mendapati bahwa ternyata hatinya masih hidup. Lantas, ia pun
bersyukur karena masih mampu untuk bermawas diri dan berempati. Inilah tangisan
yang akan membuahkan kebahagiaan.
Lagipula,
Allah Ta’ala tidak pernah menetapkan hidup tanpa tangisan dan
kesedihan sebagai syarat untuk bisa hidup berbahagia, melainkan bahagia itu
bisa didapat tergantung dari cara kita dalam menyikapi setiap suka dan duka
yang datang menghampiri. Ikrimah rahimahullah berkata,
ليس أحد إلا وهو يفرح ويحزن، ولكن اجعلوا الفرح
شكراً والحزن صبرا
“Setiap
orang pasti pernah merasakan suka dan duka. Oleh karena itu, buatlah sukamu
menjadi syukur dan dukamu menjadi sabar.” [3]
Perkataan
beliau sejalan dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
عَجَبًا لأَمْرِ المُؤْمِنِ، إنَّ أمْرَهُ
كُلَّهُ خَيْرٌ، وليسَ ذاكَ لأَحَدٍ إلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إنْ أصابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ،
فَكانَ خَيْرًا له، وإنْ أصابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكانَ خَيْرًا له
“Benar-benar
mengagumkan keadaan seorang mukmin. Sungguh seluruh urusannya itu baik, dan hal
itu tidaklah didapat, kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan,
ia bersyukur. Maka, yang demikian itu baik baginya. Dan jika mendapatkan
kesusahan, ia bersabar. Yang demikian itu pun juga baik baginya.” [4]
Jangan
bergantung pada diri sendiri
Karena
tawa dan tangis adalah ketetapan dari Allah, maka jangan terlalu bergantung
pada diri sendiri dalam mencari tawa dan kesenangan, maupun dalam menghindari
tangis dan kesedihan. Boleh saja kita pergi liburan atau menekuni hobi untuk
bersenang-senang atau beristirahat sejenak dari peliknya ujian kehidupan.
Namun, layaknya orang sakit yang pergi berobat, bukanlah sang dokter atau
obatnya yang memberi kesembuhan. Berobat hanyalah sebab dan hanya Allah Ta’ala Yang
Maha Menyembuhkan. Demikian pula, usaha-usaha di atas hanyalah sebab, dan Allah
yang mengaruniakan kebahagiaan maupun mengusir kesedihan dari siapa yang Ia
kehendaki.
Lebih
penting lagi, jangan pernah berfikir bahwa maksiat adalah sebab bahagia maupun
sebab menjauhnya kesedihan. Jangan jadikan maksiat sebagai jalan pelarian dari
berbagai masalah hidup.
Sebagian
orang bergelut berbagai kemaksiatan dengan dalih untuk mencari kesenangan dan
menghilangkan kesedihan. Tatkala dinasihati semata karena mengharapkan kebaikan
untuknya, ia kurang lebih menjawab, “Kamu tidak tau apa-apa tentangku.
Kamu tidak tau masalah hidupku. Aku yang paling tau tentang diriku. Aku
yang paling paham apa saja yang bisa membuatku bahagia dan bisa meredakan
kesedihanku.”
Padahal,
sudah terlalu banyak kita saksikan pecandu maksiat yang hidupnya tak juga
kunjung bahagia hingga akhir hayat. Padahal, bahagia yang hakiki itu datangnya
dari Allah, sehingga tidak mungkin didapat dengan cara dan hal yang Allah
larang. Kalau pun mereka mengaku merasa senang, bisa jadi itulah istidraj sebagaimana
firman-Nya,
فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ أَبْوَٰبَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَآ أُوتُوٓا۟ أَخَذْنَٰهُم
بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ
“Maka,
tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami
pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga, apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong. Maka, ketika itu, mereka terdiam berputus asa.”
(QS. Al-An’am: 44)
Mungkin,
kita lebih tau dari orang lain perihal apa saja yang bisa membuat kita senang
dan dapat meredakan kesedihan kita. Tetapi, kita ini hanyalah yang lebih tahu,
bukan yang paling tahu, bahkan tentang diri kita sendiri. Allahlah yang Maha
Mengetahui diri kita luar dan dalam sebagaimana firman-Nya,
اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ
“… Sungguh
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)
يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ
وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّوْنَ وَمَا تُعْلِنُوْنَۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ
“Dia
mengetahui apa yang di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu
rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi
hati.” (QS. At-Tagabun: 4)
Maka,
jangan bergantung pada diri sendiri. Perbanyak doa yang diajarkan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berikut,
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ،
وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
“Wahai
Rabb Yang Mahahidup, wahai Rabb Yang Maha Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku
memohon pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan serahkan kepadaku
sekali pun sekejap mata.” [5]
Semoga
Allah Ta’ala menganugerahkan kita kebahagiaan yang hakiki,
menguatkan kita dalam menghadapi berbagai masalah dan kesedihan, serta
mengaruniakan tangisan ketakwaan yang dapat membawa kita menuju kebahagiaan di
negeri keabadian.
Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan juga segenap pembaca.
Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat
[Selesai]
Kembali ke bagian 1
______________________
Penulis: Reza
Mahendra
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : Artikel: Muslim.or.id
Edit: Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar