TAWA TAK SELALU BAHAGIA, TANGIS TAK SELALU SENGSARA
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Senin 13 Dzulhijah 1446 H /9 Juni 2025
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Hadirin yang dirahmati Allah....
Allah Ta’ala adalah
Zat Yang Maha Pencipta. Tidak hanya menciptakan tujuh lapis langit dan bumi, Ia
juga menciptakan manusia dengan berbagai perasaan dan emosi yang dirasakannya,
termasuk di antaranya ialah tawa dan tangis. Allah Ta’ala berfirman,
وَاَنَّهٗ
هُوَ اَضْحَكَ وَاَبْكٰى
“Dan sesungguhnya Dialah (Allah) yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” (QS. An-Najm: 43)
Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Si’di rahimahullah menjelaskan
tafsir ayat ini dengan mengatakan,
هو
الذي أوجد أسباب الضحك والبكاء، وهو الخير والشر، والفرح والسرور والهم [والحزن]، وهو
سبحانه له الحكمة البالغة في ذلك
“Dialah
yang membuat sebab-sebab tertawa dan menangis, yaitu kebaikan, keburukan,
kesenangan, kebahagiaan, duka, dan kesedihan. Dan Allah memiliki hikmah yang
tinggi akan hal itu.” [1]
Tawa
jangan sekadar tawa, tangis bukan sekadar tangis. Tulisan berseri ini akan
membahas beberapa pelajaran atas setiap tawa dan tangis yang kita lalui di
sepanjang episode kehidupan dunia ini.
Tawa
dan tangis akan selalu datang silih berganti
Tawa
dan tangis akan terus silih berganti mengiringi setiap momen hidup kita.
Tatkala kita membaca firman Allah Ta’ala bahwa Ia menjadikan
manusia tertawa dan menangis, maka kita semua akan mengalami keduanya tanpa
terkecuali. Seorang ahli hikmah pernah berkata,
دوام
الحال من المحال
“Tetapnya
suatu keadaan merupakan sebuah kemustahilan.”
Tawa
dan tangis di dunia seluruhnya sementara, tidak ada yang kekal. Maka, teruntuk
kita yang masih mendambakan dan berusaha keras untuk mewujudkan hidup tanpa
tangis dan kesedihan sedikit pun, alangkah baiknya kita mulai berdamai dengan
kenyataan bahwa kita tak akan bisa sepenuhnya menghindar dari tangis dan
kesedihan di dunia ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
manusia paling sempurna nan paling dicintai Allah pun pernah menangis dan
bersedih. Salah satu momennya adalah ketika anak beliau, yaitu Ibrahim wafat,
momen ketika beliau bersabda,
إنَّ
العَيْنَ تَدْمَعُ، والقَلْبَ يَحْزَنُ، ولَا نَقُولُ إلَّا ما يَرْضَى رَبُّنَا، وإنَّا
بفِرَاقِكَ يا إبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ
“Sungguh
mata menangis dan hati bersedih. Akan tetapi, kita tidak mengucapkan, kecuali
yang diridai oleh Allah, dan sungguh kami amat bersedih berpisah denganmu,
wahai Ibrahim.” [2]
Begitu
juga, untukmu yang dalam hidup banyak dirundung pilu, perlu kita sadari bahwa
tangis maupun kesedihan akan berlalu dan tidak akan bertahan selamanya.
Karenanya, jangan berputus asa dari tawa dan bahagia.
Mengapa aku harus menangis?
Barangkali
ada yang bertanya, mengapa dalam hidup ini kita perlu menangis dan bersedih?
Salah satu jawabannya adalah karena Allah ingin menguji kejujuran iman kita
melalui beragam ujian, di antaranya adalah kesedihan. Allah Ta’ala berfirman,
كُلُّ
نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةًۗ وَاِلَيْنَا
تُرْجَعُوْنَ
“Wahai
manusia, Kami akan menguji kalian dengan kesempitan dan kenikmatan, untuk
menguji iman kalian. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan kembali.” (QS.
Al-Anbiya: 35)
Boleh
jadi, Allah jadikan kita menangis dan bersedih dalam rangka menghapus dosa-dosa
kita yang begitu amat jarang memohon ampunan-Nya, tidak merasa membutuhkan
Allah, tidak mempertimbangkan aturan Allah ketika membuat berbagai keputusan
hidup, tidak tulus ketika meminta maaf kepada Allah, atau bahkan tidak merasa
salah kala berbuat dosa. Karena kondisi tersebut, adakalanya kita perlu
“ditegur” agar dapat kembali kepada-Nya, atau agar kita tidak dihukum dengan
berat di negeri keabadian kelak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
مَا
يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى
وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah
seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, penyakit, kekhawatiran, kesedihan,
gangguan, atau bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus
kesalahan-kesalahannya karenanya.” [3]
Boleh
jadi, Allah Ta’ala jadikan kita menangis dan bersedih karena
Ia mencintai kita, sehingga Ia berikan cobaan yang besar untuk memberikan
hadiah yang besar pula tatkala kita mampu menyikapinya dengan bijak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
عِظَمُ
الجزاءِ معَ عِظَمِ البلاءِ وإنَّ اللَّهَ إذا أحبَّ قومًا ابتلاَهم فمن رضيَ فلَهُ
الرِّضا ومن سخِطَ فلَهُ السُّخط
“Besarnya
ganjaran sesuai dengan besarnya cobaan. Dan sungguh jika Allah mencintai sebuah
kaum, Ia akan menguji mereka. Siapa saja yang rida (atas cobaan tersebut), ia
mendapat keridaan Allah. Dan siapa saja yang murka, ia mendapat kemurkaan-Nya.” [4]
Tidak
ada satu makhluk pun di dunia ini yang tidak mengalami ujian, baik makhluk
hidup, bahkan benda mati sekali pun. Dihikayatkan bahwa Luqman pernah berujar
pada buah hatinya,
يابني
الذهب والفضة يختبران بالنار والمؤمن يختبر بالبلاء
“Nak,
emas dan perak itu diuji dengan api, sedang manusia yang punya iman itu diuji
dengan musibah.” [5]
Demikianlah
tanda cinta Allah Ta’ala, Ia tidak selalu memberikan apa yang kita
senangi karena Ia lebih mengetahui mana yang lebih baik dan lebih kita
butuhkan. Allah Ta’ala berfirman,
وَعَسٰۤى
اَنۡ تَكۡرَهُوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ خَيۡرٌ لَّـکُمۡۚ وَعَسٰۤى اَنۡ تُحِبُّوۡا شَيۡـــًٔا
وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمۡؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ وَاَنۡـتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ
“Boleh
jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi
kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.” (QS.
Al-Baqarah: 216)
Kemudian,
sebagaimana Allah karuniakan rasa takut untuk membantu kita bertahan hidup dan
menghindari mara bahaya, Dia juga menganugerahi kemampuan untuk menangis
sehingga kita dapat mencurahkan perasaan serta meringankan beban pikiran dan
emosional yang kita alami. Tidak ada seorang pun yang hidup tanpa masalah, dan
tidak semua masalah bisa langsung ditemukan solusinya. Akhirnya, tangisan
menjadi jalur cepat untuk melegakan hati dan menurunkan kadar stres.
Demikianlah bukti bahwa pada dasarnya Allah menakdirkan musibah kepada
hamba-Nya bukan semata untuk menghancurkan mereka, karena Ia juga menciptakan
hal yang dapat membantu kita agar tetap mampu bertahan kala musibah datang
melanda.
Lagipula,
dari tangis dan kesedihan dalam hidup, kita bisa memahami bahwa memang
beginilah adanya dunia. Allah jadikan dunia ini diisi berbagai musibah dan
kesedihan sebagai bukti bahwa dunia ini hanya persinggahan yang penuh
kekurangan, bahwa dunia ini bukanlah kampung halaman ideal kita. Hanyalah
surga, kampung halaman yang dipenuhi kegembiraan tanpa sedikit pun duka di
dalamnya, kampung yang layak untuk dicita-citakan dan diusahakan sekuat daya
dan upaya.
Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan juga segenap pembaca.
Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat
______________________
Penulis: Reza
Mahendra
Artikel: Muslim.or.id
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : Artikel: Muslim.or.id
Edit: Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar