DISIPLIN, MULAI DARI IBADAH SALAT
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Ahad 12 Dzulhijah 1446 H /8Juni 2025
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Hadirin yang dirahmati Allah....
Tidak ada yang memungkiri bahwa kunci dari kesuksesan adalah disiplin. Lebih populer orang-orang menyebut self-diciplined. Disiplin adalah upaya bagaimana mengatur diri melakukan suatu pola-pola kecil, pelan tapi pasti untuk memperoleh suatu tujuan atau cita-cita besar.
Namun,
ada hal yang kadangkala luput dari proses disiplin itu sendiri, yaitu:
menikmati prosesnya. Disiplin itu berat. Konsisten itu butuh tenaga. Tetapi,
jika kita mampu melakukannya, maka kita akan memperoleh nikmat yang luar biasa
sebagai buah dari kedisiplinan itu.
Allah Ta’ala telah
menegaskan pentingnya kesabaran, konsistensi, dan kedisiplinan dalam
menjalankan ibadah serta amal kebaikan dalam firman-Nya,
لَّيْسَ ٱلْبِرَّ أَن تُوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ
قِبَلَ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ
ٱلْءَاخِرِ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلْكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۦنَ وَءَاتَى ٱلْمَالَ عَلَىٰ
حُبِّهِۦ ذَوِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ
وَفِى ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ
إِذَا عَٰهَدُوا۟ ۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِى ٱلْبَأْسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلْبَأْسِ
ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُتَّقُونَ
“Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi,
sesungguhnya kebajikan itu ialah orang yang beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta, dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat, dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya). Dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)
Katakanlah,
kita ingin sukses dari sisi duniawi, seperti bebas secara finansial,
mendapatkan pekerjaan yang layak, memperoleh pasangan yang saleh/salehah,
anak-anak yang taat, patuh, dan berprestasi, serta berbagai perbendaharaan
duniawi lainnya.
Begitu
pula, dari sisi ukhrawi, yang tentunya kita sama-sama sepakat, tujuannya adalah
satu, yaitu surga. Kesuksesan untuk mendapatkan kesempatan melihat wajah
Allah Ta’ala di surga, serta kesuksesan untuk terhindar dari
siksa api neraka.
Maka,
untuk memperoleh kesuksesan duniawi dan ukhrawi itu, kita butuh usaha. Telah
paripurna contoh dan pedoman yang Rasulullah ajarkan kepada kita.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ
ٱللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” (QS.
Al-Ahzab: 20)
Kita
hanya cukup mengikuti dengan konsisten. Dimulai dari belajar dengan benar, dari
sumber yang benar, dan dari guru yang benar pula, tentang bagaimana
prinsip-prinsip Islam untuk meraih kesuksesan pada dua perkara tersebut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا
سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa
saja yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya
jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699)
Apabila
kita memperhatikan sejarah dalam sirah-sirah sahabat, kita akan mendapati bahwa
mulai dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, dan para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum, mayoritasnya
adalah sosok yang telah meraih kesuksesan duniawi dan ukhrawi. Mereka adalah
orang-orang yang bertakwa, faqih terhadap agamanya, lembut
terhadap keluarganya, pemimpin yang adil terhadap rakyatnya, banyak pula
hartanya. Hampir semua indikator idealnya seorang manusia, mereka punya.
Siapalagi
teladan terbaik dalam kehidupan ini selain mereka?
Maka,
saudaraku, mari kita menyelami prinsip dasar dan sangat fundamental dari
manusia-manusia pilihan Allah tersebut guna mengikuti jejak mereka untuk
mencapai kesuksesan duniawi dan ukhrawi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ
يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik
manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi
berikutnya.” (HR. Bukhari no. 3651 dan Muslim no. 2533)
Satu
kata yang sudah pasti dari hikmah yang dapat diambil dari mereka, yaitu
disiplin. Disiplin dalam segala hal. Dan yang paling pokok pada disiplin ini
adalah disiplin dalam menunaikan ibadah salat.
Salat
adalah rukun Islam kedua setelah syahadat. Menunjukkan betapa pokok dan
pentingnya ibadah ini untuk kita tunaikan dengan serius dan tepat waktu. Kunci
ibadah ada dua, yaitu ikhlas dan ittiba’. Maka, untuk
memulainya, dalam konteks ittiba’, setelah mengilmui bagaimana
tata cara salat yang benar sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, kita pun harus komitmen untuk senantiasa
melaksanakan ibadah salat secara tepat waktu. Bagaimana pun kondisinya!
Maka,
tidak heran dan sangat masuk logika, sebuah ungkapan,
“Jika
salatmu berantakan, maka berantakan pulalah hidupmu.”
Oleh
karenanya, dengan memohon pertolongan Allah Ta’ala, mari kita
berikhtiar untuk menjadi hamba-hamba Allah yang mampu mendisiplinkan diri
melaksanakan ibadah salat dengan ikhtiar-ikhtiar berikut ini:
BERDOA
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ
. قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ
يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
Sesungguhnya
Abu Hurairah berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, ‘Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.’ Para
sahabat bertanya, ‘Engkau juga tidak, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Aku
pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.’ ” (HR. Bukhari no. 5673 dan Muslim
no. 2816)
Ingat,
bahwa kita akan diberi ganjaran oleh Allah bukan karena amal kita. Tetapi,
karena rahmat dan kasih sayang Allah Ta’ala. Maka dari itu,
gapailah rahmat itu dengan doa. Memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan
hati dan fisik untuk melaksanakan ibadah mulia ini.
Renungkanlah
bahwa setiap kalimat azan, kita dianjurkan untuk menjawabnya dengan kalimat
yang sama, kecuali pada kalimat “Hayya ‘alal falah” dan “Hayya
‘ala as-shalah”. Ketahuilah, bahwa alasan kenapa kita dianjurkan
ketika mendengar kalimat ajakan untuk salat menjawab dengan kalimat, “La
haula wa la quwwata illa billah” berarti bahwa jika tidak karena Allah
yang memberi daya dan kekuatan, kita tidak akan mampu melaksanakan ibadah yang
agung ini.
Hal
ini dapat kita buktikan dengan melihat orang-orang yang terkenal kuat, fisiknya
yang prima, akalnya yang sehat, dan cerdas pula. Tetapi, tidak sanggup
melaksanakan salat 5 waktu secara konsisten berjemaah di masjid, meskipun
kediamannya berdekatan dengan masjid. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Jawabannya adalah bisa jadi karena Allah belum memberikan rahmat-Nya berupa
hidayah, daya, dan kekuatan untuk melangkahkan kaki ke rumah Allah. Oleh
karenanya, perbanyaklah doa kepada Allah agar diberi kemudahan dan
keistikamahan melaksanakan ibadah ini secara tepat waktu.
NIAT
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ
امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ
إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ
يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Amal
itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai dengan niatnya.
Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada
Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia atau karena
wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.”
(HR. Bukhari dan Muslim, dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu)
Tentu,
kita akan diberi ganjaran oleh Allah sesuai dengan apa yang kita niatkan di
dalam hati kita. Godaan untuk mencari ketenaran dari ibadah memang cukup besar.
Di tengah-tengah maraknya manusia yang narsis dengan ibadahnya, kita dituntut
untuk mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah. Menjauhlah dari
potensi-potensi sum’ah dan riya’ -yang
merupakan bagian dari syirik kecil- yang dapat menjerumuskan kita pada
kemurkaan Allah.
Ingatlah
prinsip agar diterimanya ibadah, yaitu ikhlas dan ittiba’. Ikhlas
dimulai dari niat yang tulus dan murni bahwa tujuan dari ibadah yang kita
lakukan adalah semata-mata untuk mendapatkan rida Allah Ta’ala, mendapatkan
pahala yang banyak sehingga dapat menjadi timbangan amal kita di akhirat kelak.
Berusahalah
untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak niat kita. Ingat konsekuensi dari
ibadah yang tidak diperuntukkan hanya kepada Allah. Jika ada ibadah yang
ternyata diniatkan bukan hanya untuk Allah, bukankah itu sama saja dengan
mempersekutukan Allah dalam ibadah? Wal ‘iyadzu billah.
IKHTIAR
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتْ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ
كِتَٰبًا مَّوْقُوتًا
“Sesungguhnya
salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.” (QS.
An-Nisa’: 102)
Banyak
ikhtiar yang bisa kita lakukan dalam upaya mendisiplinkan diri untuk salat
tepat waktu. Di antaranya adalah memperbanyak perbendaharan ilmu tentang salat.
Bagaimana praktik salat yang benar sesuai sunah Nabi, bacaan-bacaannya,
motivasi diri untuk menambah hafalan, dan bagaimana untuk memaksa diri tidak
terlambat (masbuk) saat pelaksanaan salat.
Kita
bisa membuat pengingat (alarm) 10 menit sebelum azan. Menandakan bahwa saatnya
segera mengambil wudu, memastikan pakaian bebas najis, menggunakan siwak, dan
bahkan menyiapkan surah-surah yang akan dilantunkan saat salat.
Bangunlah
setiap hari dengan jadwal salat 5 waktu dalam genggamanmu. Bayangkanlah bahwa
engkau bertemu dengan Rabbmu 5 kali dalam sehari. Setiap kalinya, persiapkan
diri dengan semaksimal yang engkau bisa. Ingat pula, bahwa dalam salat ada doa
meminta hidayah jalan yang lurus, memohon pertolongan Allah, meminta rezeki,
dan pastinya kesuksesan dunia dan akhirat. Maka, jadikanlah momen ibadah salat
ini sebagai waktu yang paling dinanti-nantikan.
TAMBAH ILMU
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Salatlah
kalian (dengan cara) sebagaimana kalian melihatku salat.” (HR. Bukhari no. 628 dan Ahmad,
34: 157-158)
Pastinya,
akan menjadi berbeda, ketika kita mengetahui variasi doa istiftah lebih
dari 1 versi sesuai dengan sunah Nabi. Begitu pun dalam bacaan rukuk, i’tidal, sujud,
dan tasyahud. Menghafalnya, mengetahui maknanya, dan
mempraktikkannya dalam salat menjadi hal yang menarik untuk diamalkan. Hal ini
pun akan menjadikan ritual ibadah salat kita tidak monoton dengan hafalan yang
tak kunjung bertambah sejak di bangku SD.
Lihatlah
diri kita, dengan umur saat ini, sudah berapa hafalan Al-Quran yang kita punya.
Dan bagaimana pengetahuan kita tentang salat dari mulai takbir hingga salam.
Adakah yang bertambah?
Pun,
kita perlu mempelajari sirah Nabi bagaimana Rasulullah mendapatkan perintah
salat dalam peristiwa isra’ miraj, sehingga kita pun dapat
memahami betapa pentingnya ibadah ini dalam Islam dan kita pun menyadari
konsekuensi besar bagi siapa saja yang meninggalkan salat.
Kita
juga perlu memperlajari fikih tentang salat. Seperti apa ganjaran besar orang
yang melaksanakan salat. Apa hukum bagi orang yang meninggalkan salat dengan
sengaja, tetapi dengan keyakinan salat tidak wajib? Bagaimana pula hukum bagi
orang yang meyakini bahwa salat itu wajib, tetapi ia malas menunaikan kewajiban
yang mulia itu?
Semua
itu tidak akan kita ketahui, kecuali dengan menuntut ilmu. Menghadiri majelis
ilmu, membaca referensi-referensi sahih, dan bertanya kepada guru (ustaz) yang
kompeten di bidangnya. Lakukan secara konsisten. Sempurnakan dengan pergaulan
bersama orang-orang saleh.
Semoga,
dengan disiplin melaksanakan salat secara tepat waktu, menjadikan salat kita
lebih teratur dan berdampak pula pada kehidupan kita. Salat yang menjadi hal
yang fundamental, apabila kita fokus memberikan perhatian besar kita pada
ibadah ini, insyaAllah akan berpengaruh bagaimana kita
memprioritaskan kehidupan kita dan menyadari tujuan hidup di dunia ini, yaitu
menyembah hanya kepada Allah. Wallahu a’lam.
Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan juga segenap pembaca.
Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat
_____________________________
Penulis: Fauzan
Hidayat
Artikel: Muslim.or.id
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : Artikel: Muslim.or.id
Edit: Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar