ISTIMEWANYA IBADAH MUHASABAH
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Sabtu 25 Dzulhijah 1446 H /21 Juni 2025
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Hadirin yang dirahmati Allah....
Muhasabah merupakan ibadah yang agung dan memberikan dampak yang besar dalam kehidupan seseorang. Akan tetapi, banyak orang meninggalkannya. Muhasabah berasal dari kata hasaba- yuhasibu- muhasabatan yang berarti “menghitung”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, muhasabah diartikan sebagai “introspeksi diri”.
Syekh
Munajjid hafizhahullah menjelaskan bahwa muhasabah bermakna
memperhatikan amalan diri, kemudian meninggalkannya apabila itu berupa
kejelekan dan tetap terus mempertahankan amal kebaikan yang telah dilakukan. (A’malul
Qulub, hal. 362)
Muhasabah
merupakan salah satu ibadah yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala, sebagaimana
dalam firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ
بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap
orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.
Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS.
Al-Hasyr: 18)
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam juga memerintahkan agar kita senantiasa bermuhasabah,
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ
لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
“Orang
cerdas adalah orang yang menundukkan jiwanya dan beramal untuk
menghadapi kehidupan setelah kematian.” (HR. Tirmidzi)
Para ulama
telah sepakat mengenai wajibnya muhasabah diri terhadap amal
yang telah lalu dan amal apa yang akan dilakukan nantinya. (Lihat A’malul
Qulub, hal. 363-364)
Perlu kita
ketahui bahwa muhasabah mempunyai keistimewaan (keutamaan) yang tidak dimiliki
oleh amalan-amalan lainnya.
Muhasabah:
Ibadahnya orang-orang pilihan
Hanya orang
yang diberikan hidayah yang bisa melakukan amal muhasabah ini. Mayoritas amal
ibadah bisa jadi ada motivasi unsur duniawi, seperti doa, ikhtiar, dan tawakal,
karena ingin dicukupkan rezekinya; atau sedekah dan salat karena ada niatan
agar terlihat dermawan dan saleh. Sedangkan amal muhasabah ini sangat kecil
kemungkinan ada unsur duniawinya karena hanya dia dan Allahlah yang mengetahui
kondisi hati.
Allah Ta’ala berfirman,
بَلِ ٱلْإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ بَصِيرَةٌ
“Bahkan,
manusia itu menjadi saksi (mengerti) atas dirinya sendiri.” (QS. Al-Qiyamah: 14)
Muhasabah:
Dilakukan saat orang lain sedang lalai
Kebanyakan
orang melakukan muhasabah ketika malam hari dalam kondisi yang sepi. Dan malam
hari banyak digunakan manusia untuk tidur dan lalai melakukan ketaatan.
Padahal, ibadah yang dilakukan saat mayoritas orang sedang lalai memiliki
keutamaan yang besar.
Hal ini
sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suka
memperbanyak puasa di bulan Sya’ban di mana banyak orang lalai berpuasa saat
itu.
Suatu ketika,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh Usamah bin
Zaid,
عن أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ، قَالَ: قُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ
شَعْبَانَ، قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ،
وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ
يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Dari Usamah
bin Zaid, ia berkata, “Aku bertanya pada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, aku tak
melihat engkau berpuasa dalam sebulan sebagaimana engkau lakukan di bulan
Sya’ban.’ Rasulullah menjawab, ‘Bulan itu (Sya’ban) adalah bulan yang
banyak orang lalai darinya, karena berada di antara bulan Rajab dan
Ramadan. Pada bulan Sya’ban, amalan diangkat kepada hadirat Allah, maka aku
ingin amalanku diangkat selagi aku sedang berpuasa.’” (HR. Abu Dawud dan An Nasa’i,
disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)
Bahkan, salat
sunah yang paling utama adalah salat yang dilakukan pada malam hari karena
banyak manusia lalai dari beribadah dan sedang terlelap tidur.
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
وَأفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَرِيضَةِ
: صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Salat yang
paling utama setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR. Muslim)
Belajar
menghisab diri
Kita hidup
berjalan terus menuju kematian, tak pernah berhenti, bahkan tak akan bisa
mundur kembali.
Umar bin
Khattab radhiyallaahu ‘anhu berkata,
حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا
“Hisablah
diri kalian sebelum kalian dihisab (kelak pada hari kiamat).”
Seseorang yang senantiasa mengintropeksi dirinya di dunia, maka ia akan tahu amal buruk mana yang harus ditinggalkan dan amal kebaikan apa yang harus dipertahankan, sehingga akan mempermudah hisab (timbangan) di hari kiamat nanti.
Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan juga segenap pembaca.
Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat
________________
Penulis: Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd.
Artikel: Muslim.or.id
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Artikel Abah Luky
Edit: Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar