Menu

Jumat, 06 Juni 2025

RENUNGAN IDUL ADHA

RENUNGAN IDUL ADHA: NABI IBRAHIM SEBAGAI TELADAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini  Sabtu 11 Dzulhijah  1446 H /7Juni 2025

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku...!

Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.

Hadirin yang dirahmati Allah....

Hari raya ‘Idul Adha merupakan hari raya bagi umat Islam selain hari raya ‘Idul Fitri. Hari dimana umat Islam yang berada di Masjidil Haram melaksanakan ibadah haji. Hari dimana berbagi kebahagiaan di antara kaum muslimin. Dan yang paling berkesan adalah saat penyembelihan hewan kurban. Umat islam bergotong royong, saling membantu satu sama lain. Hal ini terlihat ketika penyembelihan dimulai hingga pembagian daging hasil sembelihan.

Jika kita telisik lebih dalam, sejarah penyembelihan kurban itu sendiri berasal dari kisah Nabi Ibrahim bersama putranya Nabi Ismail ‘alaihimash shalatu wa sallam. Jika kita mau mengambil pelajaran, banyak sekali keteladanan yang dapat kita ambil dari Nabi Ibrahim.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Imam (yang dapat dijadikan teladan), qaanitan (patuh kepada Allah), dan hanif, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang menyekutukan Allah).” (QS. An-Nahl: 120)

Sebagai Teladan

Nabi Ibrahim disebut dengan Abul Anbiya (bapaknya para Nabi). Tidaklah seorang nabi setelah Nabi Ibrahim kecuali semuanya berasal dari keturunan Beliau. Nabi Ibrahim disebut juga seorang Imam karena beliau menjadi teladan bagi kita semua. Sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan di surat Al-Furqan ayat 74,

وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Dan jadikanlah kami sebagai Imam (pemimpin) bagi orang yang bertakwa.”

Para ahli tafsir menjelaskan, yang dimaksud “imam” pada ayat di atas adalah dijadikan sebagai teladan bagi orang-orang yang hidup sesudahnya.

Patuh kepada Allah

Nabi Ibrahim adalah seorang hamba yang patuh. Dimana ia mendahulukan perintah Allah dengan cara mantaati-Nya. Siapa yang tidak kenal dengan kisah Beliau yang meninggalkan istrinya (Hajar) dan putranya (Nabi Ismail), di tanah yang gersang tanpa meninggalkan bekal apa pun. Hal ini menunjukkan bahwa rasa cinta Beliau kepada Allah melebihi rasa cintanya terhadap istri dan anaknya. Padahal kita tahu bahwa istri dan anak adalah salah satu godaan terbesar di dunia yang bisa menyebabkan seseorang terlalu mencintai dunia dan melalaikan akhiratnya.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلاَدِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka hati-hati/waspadalah kalian dari mereka.” (At-Taghabun: 14).

Nabi Ibrahim juga melaksanakan perintah Allah, bahkan mendapat dukungan dari anaknya sendiri, tatkala Allah perintahkan Beliau untuk menyembelih anaknya sendiri, yaitu Nabi Ismail. Padahal Beliau telah lama merindukan untuk memiliki buah hati.

Allah Ta’ala berfirman,

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ اْلسَعْىَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّى أَرَى فِى اْلمَنَامِ أَنِّى أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِى إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku sedang menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar””. (QS. Ash Shaffat: 102).

Orang Yang Hanif

Hanif artinya bertekad mengikuti kebenaran dan jalan yang lurus. Nabi Ibrahim adalah seorang yang berpegang teguh terhadap kebenaran, tidak berpaling untuk meninggalkannya, dan memiliki pemahaman agama yang lurus. Tidak pernah terlintas di pikiran beliau untuk meninggalkan agama yang benar ini. Jadi sudah sepantasnya dan seharusnya kita meneladani beliau dalam berpegang teguh pada ajaran yang benar ini.

Bukanlah Seorang Musyrik

Nabi Ibrahim bukanlah termasuk orang yang menyekutukan Allah. Bahkan beliau secara tegas mendakwahkan tauhid. Ada anggapan keliru bahwa Nabi Ibrahim pernah bingung terhadap Rabb-nya. Ayat ini membantah bahwa Beliau tidaklah pernah sama sekali menyekutukan Allah.

Namun kita lihat praktik umat Islam jaman sekarang, masih banyak di antara umat Islam yang melakukan amalan menuju kesyirikan, bahkan telah mencapai derajat kesyirikan itu sendiri. Padahal kesyirikan adalah dosa yang tak terampuni dan pelakunya akan kekal di dalam neraka jika pelakunya tidak bertaubat sebelum meninggal.

Penutup

Sungguh ayat yang telah disebutkan di atas menunjukkan keteladanan seorang Nabi Ibrahim. Kita sebagai umat Islam yang mengaku beriman kepada Beliau, hendaknya menjadikan Beliau sebagai teladan kita.

Oleh karena itu, sepatutnya bagi kita mencontoh Beliau, karena Beliau adalah Khalilurrahman, Sang Kekasih Allah Ta’ala. Jika kita hendak dicintai oleh Allah Ta’ala, maka contohlah Nabi Ibrahim. Semoga Allah Ta’ala melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Wallahu Muwaffiq.

Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan juga segenap pembaca.

Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat

_______________
Penulis: Wiwit Hardi P.
Artikel Muslim.or.id

-----------------NB----------------

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit &  kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏



Sumber Artikel: Muslim.or.id
Edit:  Ndik

#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar