Menu

Senin, 01 Mei 2023

MENUJU JALAN KEFITRAHAN

(Bagian 2)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini  Selasa, 12 Syawal 1444 H /2 Mei 2023.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku...!

Zaman boleh berubah, tahun boleh berganti, milenium boleh bertukar, tetapi manusia tetap sama selama-lamanya, sesuai dengan desain Allah SWT. Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kebenaran dan akan merasa tentram hidupnya apabila mendapatkan kebenaran itu. Sebaliknya kalau tidak mendapatkan sudah sewajarnya resah dan gelisah. Tepat sekali ayat mengatakan  bahwa diin (agama) yang benar ialah kemanusian primordial artinya sesuatu yang asli, yang berasal dari pokok atau pangkal diciptakan. Idul Fitri adalah Hari Raya untuk merayakan kembalinya fitrah, setelah hilang dan diketemukan kembali atau berhasil diketemukan. Hal itu karena adanya ibadah puasa yang berintikan latihan menahan diri dari godaan-godaan, seperti dilambangkan dengan makan dan minum serta Hubungan Biologis.

Adanya balasan pahala dari puasa  tentunya tidak tergantung seberapa jauh kita Lapar dan Haus. Melainkan tergantung pada, apakah kita menjalankannya dengan rasa iman dan penuh perhitungan atau adanya instrospeksi diri atau tidak. Bukti lebih jauh bahwa pahala puasa  tidak tergantung pada seberapa jauh kita lapar dan haus adalah disunahkan berbuka puasa sesegera mungkin yang dalam istilah agama disebut ta’jil. Jadi mensegerakan buka puasa, makin besar pahalanya. Sedangkan sahur disunatkan mentakhirkannya, karena semakin akhir sahur kita semakin besar pula pahalanya.

Hal ini suatu bukti ternyata Allah tidak menghendaki kita tersiksa, tetapi Dia menghendaki agar kita melatih menahan diri dari godaan-godaan yang terkadang menjerumuskan kepada kesesatan. Maka pahala ibadah puasa tergantung kepada seberapa jauh kita bersungguh-sungguh melatih menahan diri, melatih untuk tidak tergoda, sebab salah satu kelemahan manusia memang terkadang tidak bisa menahan diri. Al Qur’an menyebutkan di antara kelemahan manusia  cara pandangannya yang pendek, sebagaimana firman-Nya :

“Sekali-kali janganlah demikian, sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan kehidupan akhirat.” (QS. Al Qiyamah : 20-21)

Sudah dapat dipastikan manusia gampang tergoda, menganggap sesuatu yang sepintas lalu adalah menyenangkan dan menarik, kemudian mengambilnya, padahal nanti dibelakang hari akan membawa malapetaka. Jadi sesungguhnya dosa tidak lain adalah sesuatu yang dalam jangka pendek membawa kesenanngan tetapi dalam jangka panjang membawa kehancuran dan kesengsaraan. Ini hanya contoh sederhana efek kelemahan manusia yang tidak sanggup melihat akibat perbuatannya dalam jangka panjang, lebih tertarik pada akibat-akibat jangka pendek. Ingin kaya tetapi harus cepat, maka jalan pintas pun diambil, korupsi, kolusi, nepotisme, mencuri, menipu, berjudi, membunuh, merampok, menjalankan bisnis narkoba, prostitusi dan lain sebagainya.

Manusia lahir dalam fitrah dengan demikian berarti wajib hidup dalam kesucian dan harus istiqomah dalam kefitrahan itu. Akan tetapi karena kelemahannya terlalu mudah tergoda dan tergiur, sedikit demi sedikit menumpuk debu-debu dosa dan menutup hati kita sehingga menjadi gelaplah hati. Padahal semula hati kita itu terang di bawah cahaya nur Ilahi mampu memantulkan sinar kebaikan. Itulah sebabnya hati disebut Nurani yang berarti Cahaya. Tapi lama kelamaan menjadi gelap gulita karena selalu dikotori debu dan dosa, akibatnya hati menjadi Zhulmani alias Gelap tidak bisa menerima yang hak.

Untuk itu Allah telah menyediakan bulan Ramadhan untuk berpuasa, supaya kita dapat mensucikan diri, sehingga dapat dikatakan hakikat Ramadhan adalah kembali menjadi suci. Oleh karena itu puasa bukan saja bulan suci tetapi bulan pensucian. Kalau kita berhasil menjalankan ibadah puasa dengan iman yaitu  percaya kepada Allah SWT. dan ihtisab yang berarti mawas diri, menghitung diri sendiri atau instrospeksi, kesempatan bertanya dengan jujur siapa kita ini sebenarnya, apakah betul kita ini sudah banyak berbuat baik, maka Allah akan mengampuni dosa dan kesalahan kita yang telah berlalu, sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda :

“Barang siapa berpuasa ramadhan karena Iman dan Ihtisab, niscaya Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu”

Andaikan kita berhasil berpuasa dengan dasar Iman dan Ihtisab, maka seluruh dosa kita yang lalu akan diampuni oleh Allah SWT. Dan konsekwensinya pada waktu kita selesai berpuasa yaitu pada tanggal 1 Syawal, kita ibarat dilahirkan kembali dari rahim Ibu Kita. Itulah yang kita rayakan kembali suci, kembalinya fitrah kepada kita, dan kita pun harus tampil sebagai manusia Suci dan Baik, sebaik-baiknya kepada sesama manusia, juga sebaik-baiknya kepada sesama makhluk. Tidaklah berlebihan semangat Idul Fitri yang kemudian kita ucapkan Minal Aidin Wal Faizin, semoga kita semuanya termasuk orang yang kembali ke fitrahnya dan sukses serta memperoleh kebahagiaan. Idul Fitri wujud hari kembalinya manusia kepada Allah SWT. dengan kesucian. Kita senantiasa harus berusaha kembali kepada-Nya dengan kesucian, karena setiap yang bernafas pasti akan kembali kepada-Nya.

Pasca ditinggal bulan Ramadhan jangan membuat kita gembira, karena tidak ada jaminanya kita mendapatinya di tahun tahun berikutnya. Padahal boleh jadi kita adalah orang-orang yang gagal dalam mempergunakan kesempatan di bulan Ramadhan tahun ini. Hal itu bisa dilihat dengan semakin bertambah buruknya prilaku dan akhlak kita, semakin lemahnya kita dalam beribadah, semakin lemahnya dalam menahan amarah, semakin lemahnya menahan diri dari menyakiti orang lain, semakin lemahnya dalam menghargai orang lain, semakin lemahnya sikap menghargai orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, semakin lemahnya kita dari memperbaiki silaturahim baik dengan saudara maupun dengan tetangga. Hanya karena merasa diri lebih baik dari orang lain maka tidak pantas kiranya kita bertegur sapa dengan orang-orang yang levelnya (mungkin) kita anggap lebih rendah dari kita. Padahal kemulian dan level seseorang bukan dilihat dari sesuatu yang bersifat fisik saja, melainkan sejauh mana hatinya tertambat kepada Allah SWT.

Kegagalan demi kegagalan dalam mempergunakan kesempatan setiap bulan Ramadhan, harusnya membuat kita menyadari betapa bergelimangnya diri ini dari dosa dan kedurhakaan kepada Allah SWT. Bagaimana kita tak akan sedih seandainya Allah SWT membukakan catatan amaliyah kita selama Ramadhan dari tahun ke tahun ternyata tidak beranjak dari angka standar puasa, yaitu senilai lapar dan hausnya saja, dan pahala yang lainnya tak lebih dari sekedar menggugurkan kewajiban saja.

Rangkaian ibadah Ramadhan seyogyanya membuat kita meraih kesucian fitrahnya itu. Karena berbagai amaliyah kebaikan dapat membimbing dan mengarahkan para pelakunya memperoleh hasil yang positif dan kegembiraan. Ingatkah kita bahwa apapun ibadah yang dilakukan, sekecil apapun amaliyah tersebut membuat kita semakin memiliki nilai-nilai terbaik dalam prilaku dan akhlak. Lalu seandainya amaliyah tersebut tidak menjadikan kita semakin bertambah baik dalam prilaku dan akhlak maka sesungguhnya hal itu semakin membuat kita semakin bertambah  jauh dari Allah SWT. Karena itu agar memperoleh Kesucian Fitrah tersebut, maka beberapa hal yang bisa kita lakukan, yaitu dengan cara memperbaiki kembali hubungan kita dengan Allah, dengan Orang Tua, dengan Tetangga, dan dengan Saudara, baik Saudara Sedarah atau Saudara Seagama.

Demikian juga dengan kebiasaan-kebiasaan dan perilaku positif selama bulan Ramadhan senantiasa dilakukan pada bulan-bulan berikutnya seperti Tilawah Qur'an, 'Itikaf, Shalat Malam (Shalat Taubah, Tahajud, Shalat Hajat) serta amalan-amalan sunnah lainnya, tetap dilakukan dengan Ikhlas dan semata-mata untuk mendapatkan Ridho Illahi Robbi. 

Apa yang tertinggal dalam diri Kita setelah Ramadhan berlalu?

Bekas-bekas Kebaikan apa yang terlihat pada diri Kita setelah keluar dari Pesantren atau Madrasah bulan Puasa?

Imam Bisyr bin al-Harits al-Hafi pernah ditanya tentang orang-orang yang (hanya) Rajin dan sungguh-sungguh beribadah di bulan Ramadhan.

Maka beliau menjawab :

“Mereka adalah orang-orang yang sangat buruk, (karena) mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan, (hamba Allah) yang Shaleh adalah orang yang Rajin dan sungguh-sungguh beribadah dalam setahun penuh”.

Demi Allah, inilah hamba Allah Ta’ala  yang sejati, yang selalu menjadi hamba-Nya di setiap Tempat dan Waktu, bukan hanya di waktu dan tempat tertentu (hanya di bulan Ramadhan).

Kita tidak hanya membutuhkan dan mengharapkan Rahmat Allah Ta’ala di bulan Ramadhan, tetapi kita juga tetap membutuhkan dan mengharapkan Rahmat Allah di bulan-bulan lainnya?

Semoga tulisan singkat ini ada mamfaatnya. 

Tiada hari yang paling indah selain hari-hari di bulan Ramadhan, jadikanlah diri kita sebagai Pemenang di setiap menyambut Hari Raya Idul Fitri.

(Dikutif oleh Imam Ibnu Rajab al-Hambali Dalam Kitab “Latha-Iful Ma’aarif” Hal. 313).

Wallahu 'Alam Bishshowab

------NgajiBareng------

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon Ampunan dan Ridho Allah SWT. :

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu Langit-Mu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dan dengan sepenuh hati Kami panjatkan harapan dan do'a :

Sesungguhnya Kami memuji-Mu, meminta pertolongan kepada-Mu, dan memohon petunjuk dari-Mu, Kami berlindung dan bertawakal kepada-Mu, Kami memuji-Mu dengan segala kebaikan, Kami bersyukur atas semua nikmat-Mu, Kami tidak mengingkari-Mu, Kami berlepas diri dari siapa pun yang durhaka kepada-Mu. Ya Allah, hanya kepada-Mu Kami menyembah, hanya untuk-Mu Shalat dan Sujud Kami, dan hanya kepada-Mu Kami berusaha dan bergegas, Kami sangat mengharapkan rahmat-Mu dan takut akan siksa-Mu, sesungguhnya azab-Mu benar-benar ditimpakan kepada orang-orang kafir.

Yaa Allah, Segala puji hanya bagi-Mu atas nikmat Islam, nikmat Iman, nikmat Al-Qur’an, nikmat bulan Ramadhan, nikmat Keluarga, Harta dan Kesehatan. Segala puji bagi-Mu atas semua nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada Kami.

Yaa Allah, Sampaikanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepada Hamba, Nabi dan Rasul-Mu Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Yaa Allah, Ampunilah Kami, Istri dan Anak-anak Kami, Kakak dan Adik Kami dan ampuni pula Kedua Orang Tua Kami dan sayangilah mereka seperti Kasih Sayang mereka saat mendidik kami di waktu kecil.

Yaa Allah, Ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, Mu’minin dan Mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

Yaa Allah, Kami telah menzhalimi diri sendiri, jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati Kami pastilah Kami termasuk orang-orang yang merugi.

Yaa Allah, Ampunilah dosa-dosa Kami dan dosa Saudara-saudara Kami yang telah mendahului Kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau jadikan di hati Kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. 

Yaa Allah,  sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Yaa Allah, Kami memohon kepada-Mu Ridho dan Surga-Mu serta semua ucapan maupun perbuatan yang dapat mendekatkan Kami kepadanya, dan kami berlindung kepada-Mu dari murka dan neraka-Mu serta semua ucapan maupun perbuatan yang dapat mendekatkan Kami kepadanya.

Yaa Allah, Berikan Kesabaran kepada mereka, teguhkan pendirian mereka, dan tolonglah mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka.

Yaa Allah, Anugerahkanlah kepada Kami kehidupan yang baik di dunia, dan kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah Kami dari azab neraka.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Sumber : diedit dari Website_Dirjen Peradilan Agama, MA._Khutbah Pertama Idul Fitri 1436.H / 2015.M. Oleh Al Fitri, S.Ag., S.H., M.H.I. (Hakim Pratama Utama Pengadilan Agama Manna)

Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng


Tidak ada komentar:

Posting Komentar