Menu

Minggu, 30 April 2023

MENUJU JALAN KEFITRAHAN

(Bagian 1)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini  Senin, 11 Syawal 1444 H /1 Mei 2023.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku...!

Idul Fitri merupakan Hari Raya Berbuka, setelah sebulan penuh kita berpuasa, menahan lapar dan dahaga serta nafsu syahwat di siang hari, mulai terbitnya Fajar di Ufuk Timur sampai terbenamnya matahari di ufuk Barat, kini tiba saatnya hari berbuka.

Shalawat dan salam mari kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW., Nabi yang telah mengajarkan kepada kita pentingnya memelihara Sifat-sifat Terpuji. Keselamatan dan Kesejahteraan semoga tercurah kepada Beliau, Keluarganya, Sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya jejak langkahnya sampai akhir zaman.

Selanjutnya, masih dalam suasana Idul Fitri ini, perkenankan saya mengajak dan mengingatkan diri pribadi serta segenap Saudaraku sekalian agar senantiasa meningkatkan Taqwa kepada Allah SWT. Peningkatan Taqwa ini, kita jadikan sebagai Agenda Hidup yang Utama, agar kita menjadi manusia yang mulia dan terhormat, serta diampuni segala Dosa dan Kesalahan kita sebagaimana firman-Nya :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ

70. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, (QS. Al Ahzaab : 70)

يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

71. niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung. (QS. Al Ahzaab : 71)

Alhamdulillah ibadah selama Ramadhan telah kita sempurnakan, mulai dari Puasa, Shalat Tarawih, Tilawatil Qur’an, ‘Itikaf, Membayar Zakat Fitrah dan Zakat Harta serta Amalan Sunnah lainnya, hingga telah kita tuntaskan dengan melaksanakan Shalat Idul Fitri. Semuanya itu kita yakini sebagai Bentuk Aktualisasi kembali pada kefitrahan kita sebagai manusia.  Semoga bagi Kita yang telah menunaikan puasa Ramadhan dan melaksanakan Shalat Idul Fitri, mendapatkan Rahmat, Maghfirah Allah dan Terbebas dari Api Neraka. Dengan begitu kita dapat menjalani kehidupan di hari-hari mendatang sebagai hamba Allah yang Shaleh dan Shalehah.

Pada kesempatan ini, Saya kembali mengajak dan mengingatkan diri saya dan Saudaraku sekalian bahwa saat kita masih berada di Alam Rahim,  Allah SWT telah mengambil Perjanjian Suci atas kesiapan tulus dari manusia untuk menyembah hanya kepada-Nya sebelum lahir ke muka bumi ini, Ruh Kita ditanya tentang kesiapan mengakui Allah SWT. sebagai Tuhannya dengan semua konsekuensinya, lalu Ruh tersebut menjawab dengan Lantang dan Tegas serta Tulus Ikhlas bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, sebagaimana firman Allah SWT :

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (QS. Al A’raf : 172).

Dalam rangka menjaga Komitmen Kehambaan yang diikrarkan saat berada di Alam Rahim tersebut, maka Allah SWT. memerintahkan manusia setelah lahir sampai akhir hayatnya, agar menghadapkan wajahnya kepada Agama Yang Lurus sebagai Fitrah Kehambaannya, sebagaimana firman-Nya :

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus Kepada Agama (Allah); (Tetaplah) atas Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut Fitrah itu. Tidak ada perubahan pada Fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Rum : 30)

Fitrah merupakan Wujud Kesucian Jiwa senantiasa Tunduk dan Patuh hanya kepada Allah SWT semata. Namun sayang keadaan manusia sekitarnya yang telah mempengaruhi Prilaku, Sikap dan Pemikirannya sehingga tanpa diduga telah menodai kesucian itu. Maka tanpa terasa lambat atau cepat telah berubah dari Ketauhidan menjadi Kemusyrikan, dari Keimanan menjadi Kekafiran, dari yang Lurus menjadi Bengkok, dari Kemulian menjadi Kehinaan, dari Beradab menjadi Biadab, demikian gambaran sabda Rasulullah SAW :

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan Suci. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)

Hakikat kembali kepada fitrah sesungguhnya sama kembali kepada jati diri sendiri, yaitu suasana jiwa yang suci yang menjelma dalam pemeliharaan kembali ke Tauhid (Ideologi), kembali kepada Ketundukan dan Penghambaan (Pengabdian), serta pemeliharaan kesucian diri sebagai hamba Tuhan yang Maha Pengasih. Jika sekiranya di akhir bulan Ramadhan kita merayakan Idul Fitri, tentu maknanya kesiapan untuk menjadikan momentum Ramadhan yang telah berlalu sebagai proses pembersihan diri dan kesadaran akan urgensi kembali kepada fitrah manusia. Tidaklah berlebihan hakikat kembali kepada fitrah itu diwujudkan dalam bentuk mengokohkan tauhid, mempunyai komitmen kesucian ibadah dan pengabdian terhadap bangsa, dan memiliki sifat yang terpuji.

Saat di bulan Ramadhan merupakan momentum yang tepat mengokohkan nilai-nilai tauhid, dan mendidik jiwa-jiwa yang menjauhi-Nya untuk kembali kepada-Nya, Ramadhan telah mengajarkan kita agar berpuasa semata-mata hanya ingin mengharapkan balasan Allah SWT., sebab bagaimana pun hanya Allah-lah yang akan membalas ibadah puasa yang kita laksanakan, sehingga puasa yang dilakoni tanpa ada tendius selain mengharap balasan dari Allah. Allah SWT. dalam hadis Qudsi berfirman sebagaimana dikuatkan dari periwayatan Muslim dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda :

"Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya."

Momentum Idul Fitri ini, mari kita Mengokohkan Tauhid, yang dengannya akan senantiasa terjaga Fitrah Kehambaan (Hanif) yang lurus, kita akan dijauhkan dari sikap menghinakan diri kepada makhluk. Dengan kekuatan Tauhid, orang yang kaya akan menjaga fitrah dirinya sehingga tidak sombong dan angkuh, dengannya pula orang miskin akan tegar mengarungi ujian hidupnya dan tidak berputus asa. Denganya orang yang berilmu tidak merasa hebat dan pintar, dengannya orang yang bodoh harus tidak harus tetap dalam bingkai ketidak tahuannya. Dengannya seorang pemimpin akan melayani dan mengayomi rakyatnya, dengannya rakyat harus taat kepada pemimpinnya.

Semua kita harus menyadari begitu banyak kekurangan yang telah kita lakukan. karena sibuk berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun bahkan seumur hidup bekerja keras dan banting tulang hanya untuk menyenangkan hati orang-orang yang kita cintai, kita senantiasa menghabiskan hampir waktu siang dan malam hingga meninggalkan shalat dan puasa. Keadaan ini telah menjadikan kita seolah lemah keimanan hingga boleh jadi sampai pada titik taraf tauhid yang sangat lemah bahkan sampai menjurus ke perbuatan musyrik. Andaikan suasana seperti ini terus berlanjut dan hanya berlalu tanpa harus bertobat, sudah dapat dipastikan kita akan semakin jauh dari fitrah kita.

Oleh karena manusia awalnya suci maka sangat wajar sikap dan sifat manusia pun seharusnya menunjukkan sikap dan sifat yang suci, terutama terhadap sesama manusia.  Bukan kah ada ungkapan mengatakan manusia itu suci dan berbuat suci kepada sesamanya berbentuk amal saleh. Fitrah terkait dengan hanif artinya suatu sifat dalam diri kita yang cenderung memihak kepada kebaikan dan kebenaran. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda :

“Kebajikan ialah sesuatu yang membuat hati dan jiwa tenang. Dan dosa ialah sesuatu yang terasa tak karuan dalam hati dan terasa bimbang di dada” (HR  Ahmad).

Maksud Dosa dalam hadist ini adalah, sesuatu yang dirasakan bertentangan dengan hati nurani. Oleh karena itu hidup harus digunakan untuk mencari dan menegakkan kebenaran dengan Tulus dan Ikhlas, tanpa  semangat golongan atau kelompok, diiringi dengan musliman yaitu pasrah kepada Allah swt. Dalam firman Allah sebagaimana yang disebutkan dalam Surat Ar Rum ayat 30 di atas bahwa agama yang benar tidak lain adalah asal kesucian manusia itu sendiri yaitu Fitrah.

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Artinya :  Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS Ar Rum ayat 30)

(Bersambung ke bagian 2....)

Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a :

Yaa Allah...

Kami memohon KepadaMu :

Karuniakanlah kami Umur Panjang yang Berkah...Iman yang Sempurna, Ilmu yang Bermanfaat, Rizki yang Halalan Thoyiban, Anak yang Sholeh dan Sholehah, Keluarga yang Bahagia, Do'a yang Mustajab, Keselamatan dan Kesejahteraan di Dunia dan Akherat serta Ridhailah Semua Ibadah Kami

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar