Menu

Senin, 12 September 2022

GODAAN KEKUASAAN


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku...! 

Hari ini Selasa, 16 Safar 1444 H / 13 September  2022.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku....!

Puncak kenikmatan dunia dipengaruhi oleh dua faktor: Kekayaan dan Kekuasaan. Keduanya, kekayaan dan kekuasaan, menurut Imam Ghazali, merupakan puncak kenikmatan dan kemewahan dunia. Dengan memiliki keduanya, seseorang dapat dengan mudah mencapai tujuan dan segala hal yang diinginkannya. Tidak mengherankan bila keduanya memiliki daya tarik tinggi dan selalu diperebutkan. 

Dibanding harta dan kekayaan, menurut Ghazali, pangkat dan kekuasaan jauh lebih menggoda. Ini karena kekuasaan memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak terdapat pada kekayaan, terutama menyangkut tiga hal. 

Pertama, kekuasaan dapat menjadi alat (wasilah) untuk memperoleh dan menumpuk kekayaan. Jadi, orang yang memiliki kekuasaan pada hakikatnya ia telah memiliki kekayaan. Tidak demikian sebaliknya. Orang yang memiliki kekayaan tidak dengan sendirinya ia dapat mencapai puncak kekuasaan. 

Kedua, kekuasaan melahirkan pengaruh yang luas dan relatif lebih langgeng ketimbang pengaruh harta. Harta bisa dicuri, dirampas, dan dikorupsi, sedangkan kekuasaan, dalam arti pengaruh dan loyalitas dari rakyat kepada pemimpin yang dikagumi, tidak mungkin dan sama sekali tidak bisa dicuri atau ditukar. 

Ketiga, kekuasaan dapat menaikkan dan mendongkrak popularitas seseorang. Bahkan bagi penguasa yang adil, setiap orang sesungguhnya telah menjadi 'corong' dan 'media' yang setiap saat memublikasikan kebaikan-kebaikannya. 

Bagi Ghazali, pangkat dan kedudukan itu tidak hanya dalam arti formal, tetapi juga dalam arti nonformal. Hakikat pangkat atau kekuasaan itu, menurutnya, adalah qiyam-u al-manzilah fi qulub al-nas (seseorang memperoleh kedudukan atau tempat yang tinggi di hati manusia), sehingga mereka tunduk dan patuh kepadanya dan selalu berada di bawah kuasa dan kendalinya. Pendeknya, kekuasaan itu pada akhirnya melahirkan pengaruh berupa kepatuhan, kesetiaan, dan loyalitas. 

Meskipun begitu, kekuasaan bukanlah sesuatu yang buruk pada dirinya sendiri. Seperti halnya kekayaan, kekuasaan merupakan sesuatu yang baik asal diperoleh dengan cara yang baik dan dipergunakan secara baik pula. Ini berarti kekuasaan tidak boleh dicari dengan jalan kebohongan, kecurangan, atau melanggar aturan main. Agama tidak boleh pula dijadikan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan. Perbuatan yang disebut terakhir ini dinilai Ghazali sebagai tindakan kriminal atau pelecehan (jarimah) terhadap agama itu sendiri. 

Kekuasaan harus dicapai secara Jujur dan Adil dengan menunjukkan kemampuan tertentu yang secara objektif memang ada dan dimiliki oleh seorang calon pemimpin. Konon, Nabi Yusuf mencalonkan diri sebagai bendaharawan negara dalam pemerintahan Mesir Kuno, karena ia merasa sanggup dan memiliki kemampuan untuk tugas itu. Perhatikan firman Allah (Q.S. Yusuf ayat 55). 

قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَاۤىِٕنِ الْاَرْضِۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ

Artinya : Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.” (Q.S. Yusuf ayat 55). 

Godaan kekuasaan memang sangat tinggi. Tapi, jangan karena pamrih kekuasaan, agama, dan moralitas dikesampingkan. Kekuasaan dapat dicapai dengan memberi bukti (kepada rakyat), bukan janji-janji (palsu).

Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah...

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani .. Yaa Fattah ... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan PertolonganMU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Sumber : republika
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar