Menu

Senin, 03 Oktober 2022

SEPERTI MALAIKAT


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku...! 

Hari ini Selasa, 8 Rabiul Awal 1444 H / 4 Oktober  2022.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku....!

Innallaaha ma ‘anaa... Rasulullah menenangkan sahabatnya, Abu Bakar Shiddik yang ketakutan saat bersembunyi dari kejaran pasukan kafir yang hendak membunuh mereka, di gua Tsur. Saat itu mereka tengah dalam perjalanan hijrah menuju Kota Madinah. Rasulullah yakin, Allah segera menurunkan para malaikat untuk melindungi dan menyelamatkan mereka. Dan keyakinan itu terbukti, seperti dikisahkan bahwa ada seekor laba-laba yang membuat sarangnya menutupi mulut gua segera setelah kedua hamba Allah itu masuk gua. Tindakan laba-laba itu tentulah dapat mengelabui orang-orang yang mengejar Rasulullah, sehingga mereka berpikir, mustahil Rasulullah masuk ke dalam gua tanpa merusak sarang laba-laba. 

Di Thaif, Jibril seolah ‘Marah’ melihat kekasih Allah, Muhammad SAW dihina, dicaci, diejek sebagai penipu, diludahi bahkan disakiti dengan lemparan batu saat menerangkan ajaran Islam kepada kaum di tempat itu. ‘Kemarahan’ malaikat pendamping setia Rasulullah itu ditunjukkan dengan tawarannya untuk membalikkan gunung-gunung di sekitar Thaif untuk membinasakan kaum yang menindas Rasul dan para sahabat itu. 

Dalam perang Badar, tiga ratus pasukan mukminin mampu memukul mundur pasukan Kafir Quraisy yang jumlahnya sangat tidak sebanding, yakni tiga kali lebih banyak dari pasukan yang dipimpin Rasul. Rasulullah dan para sahabat yang bersyukur merayakan kemenangan itu merasa yakin, Allah dan para malaikat-Nya lah yang ‘Turun Tangan’ membantu mengalahkan musuh, disamping semangat tinggi, keberanian yang tak diragukan serta kehebatan berperang para pasukannya. 

Masih banyak kisah-kisah yang bisa kita hadirkan untuk membuktikan betapa Allah sangat peduli dengan mengirimkan para Malaikat untuk membantu kaum Mukminin dalam segala hal. Seperti yang dibuktikan para pejuang mujahidin Afghanistan saat berperang melawan pasukan Rusia. Secara logika, adalah mustahil kesederhanaan persenjataan dan keterbatasan amunisi yang dimiliki pejuang Afghan mengalahkan kehebatan senjata otomatis dan modern milik pasukan Rusia. Belum lagi ditambah dengan kendaraan lapis baja serta serangan udara yang mematikan dari Rusia. Sebuah buku kecil yang terbit sekitar akhir tahun 1980-an yang ditulis oleh Dr. Abdullah Azzam, Ayaaturrohman fii Jihadil Afghan, banyak mengisahkan pertolongan-pertolongan Allah dengan menurunkan Malaikat-malaikat-Nya untuk membantu perjuangan Mujahidin Afghan. 

Kini, sebagian orang memudar keyakinannya akan datangnya pertolongan Allah seperti yang pernah dialami kaum mukminin sebelumnya. Bahkan tidak sedikit yang berpikir, malaikat-malaikat Allah itu hanya turun pada saat Rasulullah masih ada. Padahal seharusnya kita meyakini bahwa Allah tetap menurunkan para malaikat-Nya guna membantu hamba-hamba-Nya yang beriman, para abdi Allah yang komitmen pada agamanya, dan mereka yang tak selangkahpun mundur atau keluar dari jalan perjuangan menegakkan, membela agama Allah.

Dalam banyak kesempatan, saat kesedihan melanda, datang seorang saudara yang dengan caranya sendiri mencoba membuat kita tersenyum, sekaligus mengajarkan kita agar senantiasa kuat menerima segala bentuk cobaan. Saat kesulitan datang, ada saudara lain memberikan jalan keluar sehingga kita tak gelap mata dan dengan mudah menyelesaikan setiap persoalan yang terasa begitu rumit untuk dipecahkan. Saudara-saudaranya yang menghibur dikala sedih, menunjukkan jalan keluar dari kesesatan, mereka bukanlah malaikat. Tetapi apa yang dilakukannya seperti malaikat yang dihadirkan Allah bagi orang-orang yang memerlukannya. 

Mereka yang lebih kuat ketika mengangkat orang-orang yang lemah sehingga dapat ‘Terbang’ bersama, para dermawan yang menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim piatu, orang yang memberikan pertolongan saat terjadi musibah, bencana alam, atau orang-orang yang sekedar menyapa lembut menyentuh hati seseorang yang terluka, atau juga mereka yang ikhlas memaafkan kekeliruan orang yang berbuat salah. Termasuk sahabat-sahabat yang menyentil kita dengan nasihatnya saat diri ini salah melangkah. Allah seperti menurunkan para malaikat-Nya saat itu, tanpa kita sadari. Seperti halnya Jibril dan ribuan malaikat yang pernah membantu Rasulullah dan kaum mukminin sebelumnya, ‘malaikat-malaikat’ yang berada di sekeliling kita saat ini pun memberikan bantuannya tanpa berharap balasan, tak meminta pujian dan penghargaan dari siapapun. Bagi mereka, mengulurkan tangan kepada orang yang membutuhkan pertolongan menjadi kebahagiaan tersendiri, selain juga bentuk rasa syukur telah diberikan nikmat lebih oleh Allah, juga bagian lain dari ibadah.

Bersyukurlah, Allah masih berkenan menurunkan malaikat-malaikat-Nya yang menyertai saudara, sahabat, atau siapapun yang kita sadari atau tidak telah banyak membantu. Dari yang terjatuh hingga mampu berdiri tegak, dari yang terpuruk sampai bangkit menatap masa depan yang cerah, yang tersenyum setelah kesedihan melanda, yang melonjak gembira saat meraih prestasi setelah sebelumnya merasa putus asa, dan dari yang terkulai lemah menjadi penuh semangat bergelora. Meski para ‘malaikat’ itu tak pernah berharap balasan, tentu mereka juga punya satu harapan, agar kita pun senantiasa menjadi malaikat bagi orang lain. Irwin Saranson dan koleganya (1991) melakukan penelitian terhadap 10.000 pelajar SMU, dari penelitiannya tersebut terungkap bahwa para pelajar yang diperlihatkan slide yang berisi tiga puluh delapan foto tentang aksi donor darah, mengalami kenaikan 17% untuk mendonorkan darah mereka daripada yang tidak melihat foto tersebut. Melihat orang lain “melakukan perbuatan yang benar dan baik” membangkitkan hasrat bawah sadar untuk meniru perbuatan tersebut. 

Maka, jadilah (seperti) Malaikat bagi orang lain, sehingga tak ada lagi yang pernah berpikir, Allah telah membenci ummat-Nya karena tak lagi menolong.......

Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah...

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani .. Yaa Fattah ... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan PertolonganMU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar