Menu

Minggu, 09 Oktober 2022

UNTUNG RUGI DALAM NERACA ISLAM


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku...! 

Hari ini Senin, 14 Rabiul Awal 1444 H / 10 Oktober  2022.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku....!

Siapakah orang yang bangkrut?" tanya Rasulullah di hadapan para sahabat. Para sahabat menjawab, "Mereka adalah orang yang tak mempunyai Uang dan Perhiasan." "Bukan," timpal Rasulullah. Beliau kemudian melanjutkan, "Orang yang bangkrut di antara Umatku adalah yang datang pada hari kiamat dengan puasanya, shalatnya dan zakatnya. Dia datang dan pernah menghina kehormatan si fulan, menuduh fulan dan memakan harta fulan. Maka diambillah untuk menebus kesalahan itu dari kebaikannya. Jika kebaikannya telah habis sebelum menyelesaikan tanggungan kesalahannya, diambilah dari kesalahan orang (yang dizaliminya) itu dan dilemparkan kepadanya, kemudian akhirnya dia dimasukkan ke dalam Neraka." (HR. Muslim) 

Apa yang Anda tangkap dari perbincangan antara Rasulullah dengan para sahabatnya di atas? Pertama kali, kita pasti memperoleh informasi yang bertolak belakang dengan apa yang saat ini beredar dan banyak diyakini oleh masyarakat, bahkan mungkin oleh kita sendiri. Neraca untung rugi dalam hadits di atas, dijelaskan oleh Rasulullah bukan bertolak dari hitung-hitungan materialistik. Bukan diukur dari timbangan harta duniawi. Bukan juga ditimbang melalui keberhasilan yang dicapai dalam berniaga di dunia. Rasul membuka cakrawala pandangan para sahabatnya, tentu saja kita juga sebagai umatnya, agar segala kesuksesan dan kegagalan, keuntungan dan kerugian, keberhasilan dan keterpurukan, kesuksesan dan kebangkrutan, diukur dari kehidupan hakiki atau kaca mata Ukhrawi. 

Awalnya, para sahabatpun memandang pertanyaan Rasulullah SAW tentang kebangkrutan dari aspek kehidupan dunia. Makanya mereka menjawab bahwa orang yang bangkrut itu adalah orang yang tak memiliki harta benda, uang maupun perhiasan. Tapi ternyata Rasulullah menjabarkan sudut pandang yang lain. Kehidupan di dunia, bagaimanapun hanya terminal sementara. Ia berada di antara Terminal Rahim dan Terminal Alam Barzakh. Tujuan akhir kehidupan manusia sesungguhnya adalah kehidupan akhirat. Di sanalah segala prestasi akan dilihat, berhasil atau gagal, untung atau rugi. 

Yang mengkristal dan mendarah daging dalam pikiran manusia saat ini ternyata juga hinggap dalam pikiran para sahabat. Namun setelah penjelasan Rasulullah itu mereka segera sadar akan hakikat kerugian dan mereka segera meraih keuntungan dengan Iman dan Amal Shalih. Bagaimana kebangkrutan orang yang mulanya memiliki modal amal yang banyak, namun akhirnya habis termakan oleh dosa-dosanya? Bagaimana orang yang menyangka telah membawa bekal keshalihan yang banyak, harus lumat oleh kesalahannya sendiri. Bahkan ia justru memperoleh kehidupan yang penuh kesengsaraan... Naudzubillah. 

Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari hadits ini. Bahwa tak ada satupun di antara kita yang layak bangga atas prestasi kebaikan yang telah kita ukir di dunia. Sebab bukan mustahil, kebaikan-kebaikan itu akan termakan oleh kesalahan dan dosa kita yang lain. Dan karenanya, kita harus selalu berusaha menekan kadar kesalahan dan dosa yang kita lakukan, sambil terus bertaubat dan menanam kebaikan. 

Pelajaran lainnya, itulah ajaran Islam tentang untung dan rugi. Bisa saja, mereka yang merugi di dunia adalah para konglomerat sukses atau para hartawan. Tapi di akhirat mereka benar-benar merugi, karena akan menjalani siksaan karena dosa-dosanya. Allah SWT berfirman,

وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يَظْلِمُوْنَ

Artinya : "Dan barang siapa ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami." (QS. Al Araaf [7] : 9)

Sementara mereka yang beruntung adalah orang-orang yang karena iman dan amal shalihnya dimasukkan ke dalam surga dan terhindar dari neraka. Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman 

قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ

Artinya :  "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman." (QS. Al-Mu'minun : 1) 

Mereka yang beruntung juga mereka yang menyerahkan jiwa raga serta hartanya kepada (jalan) Allah, untuk ditukar dengan surga. Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman ;

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلٰى تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِّنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ

10. Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (QS. Ash-Shaff : 10) 

تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَتُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَۙ

11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berjihad di jaalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Ash-Shaff : 11) 

Dalam ayat lain, Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman (QS. At-Taubah : 111)

اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيُقْتَلُوْنَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِۗ وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

Aryinya : Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung. (QS. At-Taubah : 111)

Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah...

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani .. Yaa Fattah ... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan PertolonganMU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Sumber : era_muslim
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar