Menu

Rabu, 17 Mei 2023

BERSIKAP DENGAN PANDUAN SYARIAT

BERSIKAP DENGAN PANDUAN SYARIAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini  Kamis, 28 Syawal 1444 H /18 Mei 2023.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku...!

Seorang Muslim sejati senantiasa berpikir dan bersikap sesuai dengan Tuntunan dan Tuntutan Syariat Agamanya, termasuk dalam Memilih Pemimpin. 


Agama menurut Dr MA Jabbar Beg (1984), mempengaruhi dan membentuk pandangan dunia (World View) seseorang. Agama menciptakan perasaan tanggung jawab terhadap Tuhan dengan menyadarkannya bahwa ia merupakan bagian dari alam semesta. Karena merupakan bagian dari alam semesta, maka ia pun harus tunduk kepada Aturan (syariat) Allah, Sunnatullah, atau "Hukum Alam (Narural Law). Jika tidak, maka kehidupannya akan kacau, diliputi Rasa Was-was, takut Kehilangan Jabatan, takut Penghasilan Berkurang, dsb... dsb. 


Agama, masih kata Jabbar Beg, bisa mempengaruhi sikap moral seseorang. Ia bisa mencegahnya berbuat jahat dan tercela; membuatnya mampu berbuat baik, baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain, bahkan baik pada orang-orang terkecil sekalipun.


Jika kita sepakat dengan pandangan di atas, kita melihat bagaimana pentingnya agama bagi kehidupan seseorang dan kehidupan di dunia ini pada umumnya. Kita juga bisa mengukur diri, apakah agama yang kita anut (Islam) telah berperan atau diperankan dalam diri kita sebagaimana dikatakan Beg di atas? Artinya, apakah Islam yang kita anut telah kita perankan dalam diri sebagai pencipta rasa tanggung jawab terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala, memperbaharui sikap moral kita, dan menjadikan kita orang yang baik perilakunya? Apakah dalam Memilih Pemimpin, kita merujuk pada aturan Islam tentang kepemimpinan atau tentang syarat pemimpin menurut Islam?


Jika jawabannya "Ya", maka keberagamaan kita sudah Benar. Bahwa kita memeluk Islam secara sungguh-sungguh, sesuai pengertian Islam itu sendiri, yakni Pasrah Pada Ketentuan Allah SWT. Namun jika jawabannya "Tidak", ini yang menjadi masalah, apalah artinya Keberagamaan Kita?


Islam hanya menghendaki dianut oleh mereka yang mau dan mampu Istiqomah, yakni konsisten atau berpegang teguh pada ajaran Islam. Dalam sebuah hadis diriwayatkan, Nabi SAW memberi nasihat pada seorang sahabatnya, "Katakanlah, aku beriman pada Allah, kemudian beristiqamahlah!".


Idealnya, jiwa seorang Muslim benar-benar tercelup oleh "Celupan Allah" (Shibghatullah), karena tidak ada yang lebih baik daripada celupan-Nya (QS. Al Baqarah : 138). Islam menghendaki umatnya menjadi umat Pertengahan (Ummatan Wasathan) yang menjadi saksi atas umat manusia (QS. Al Baqarah : 143); mencintai Allah dengan sepenuh hati (QS. Al Baqarah : 165) yang terwujudkan dalam kepatuhan kepada-Nya; melaksanakan "Tauhid Individual" dan "Tauhid Sosial" berupa melaksanakan ibadah ritual seperti Shalat dan Zakat, berlaku Sabar dalam keadaan lapang dan sengsara, menepati janji, berbuat baik pada kerabat, anak yatim, kaum miskin, musafir, dan peminta-minta (QS. Al Baqarah : 177). Singkatnya : berbuat baik dan menafkahkan harta di jalan Allah (QS. Al Baqoarah : 195).


Para pemeluk Islam telah digelari Allah sebagai umat pilihan, sebaik-baik umat yang bertugas mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran (QS. Ali Imraan : 110). Seorang Muslim senantiasa menyeru dan mengajak kepada kebaikan, dan sebaliknya senantiasa mengubah atau mencegah terjadinya kemunkaran, sekecil apa pun kemunkaran itu. Jika seorang Muslim tidak berperilaku sebagaimana tuntutan agamanya, maka bukan saja hal itu merugikan dirinya dan orang lain, tetapi juga menodai citra Islam sendiri. Perilaku buruk seorang Muslim akan mengakibatkan citra baik Islam "Terhijab Oleh Umatnya Sendiri". Apalagi banyak pihak yang mengidentikkan "Islam" dengan "Muslim", atau menyamakan Islam dengan perilaku individual Muslim. Akibatnya, kejelekan perilaku umat Islam divonis sebagai kejelekan Islam sebagai agama.


Padahal, ketika orang yang mengaku Muslim berbuat jahat, kita sepakat, bukan Islamnya yang salah atau tidak punya kekuatan mengatur perilaku umatnya agar berbuat baik dan benar. Akan tetapi orang itu sendiri yang tidak benar keislamannya. Al Quran menegaskan, "Masuklah ke dalam Islam Secara Keseluruhan". Artinya, jika mengakui Islam sebagai agama anutan, kita diperintahkan untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan dan tuntunan syariat Islam.


Dalam Isu Kepemimpinan, misalnya, Islam sudah menetapkan konsep yang jelas dan wajib diikuti oleh setiap Muslim. Syarat utama pimpinan yang harus dipilih umat Islam adalah seorang Muslim (QS. An-Nisaa : 59, QS. Ali Imraan : 28 dan 118) karena sang pemimpin bertugas membimbing umat mengamalkan syariat Allah, menegakkan syiar Islam di bumi ini, dan mengelola negara dengan pedoman syariat Allah SWT. Pemimpin umat atau negara dalam Islam berperan sebagai penunjuk arah, pengayom, sekaligus panutan. Karena itu, pemimpin haruslah sosok Muslim taat yang Bersih, Jujur, Amanah, dan Cerdas. "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan meyakini ayat-ayat Kami". (QS. As-Sajdah : 24).


Seperti dicontohkan pada Nabi dan Khalifah sebagai pemimpin umat terdahulu, pemimpin umat berperan mengatur ragam permasalahan umat, duniawi, dan ukhrawi. Begitu pula semestinya pemimpin umat di negeri ini. Maka, umat Islam mesti mengangkat pemimpin yang mampu berperan seperti para Nabi dan Khalifah dulu. Karena itu, pemimpin umat wajib memiliki integritas Iman, Akhlak, Ilmu, dan Amal Yang Baik, sehingga mampu melaksanakan kepemimpinannya dan menjadi teladan umat. Paling tidak, pilihlah sosok yang mendekati kriteria tersebut, jangan memilih "Figur Bermasalah".


Jabatan pemimpin adalah amanah yang harus dipertanggungjawabakan kepada dua pihak: secara Vertikal kepada Allah SWT dan secara Horisontal kepada sesama manusia (yang dipimpinnya). Rasulullah SAW bersabda: "Bahwa (jabatan/kepemimpinan) itu amanat, dan ia di hari Kiamat akan menjadi kerugian dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan cara yang haq, serta menunaikan kewajiban yang terpikul di atas pundaknya" (HR. Muslim).


Hadits tadi memberikan peringatan, agar seseorang tidak menjadi pemimpin kecuali dengan cara yang benar, antara lain dipercaya dan dipilih oleh umat secara fair dan tanpa rekayasa. Bagi umat sendiri, hendaknya memilih pemimpin secara rasional dan berpatokan pada syariat. Jika tidak, kehancuran dan kehinaan akan melanda umat itu. Jangan sampai umat mempercayakan kepemimpinan kepada orang yang tidak kapabel dan tidak memiliki integritas Iman, Ilmu, dan Amal. Maka, Jangan Salah Pilih! 


Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit &  kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Sumber : Aplikasi Tausiyah Islam

Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng


Tidak ada komentar:

Posting Komentar