Menu

Rabu, 10 Mei 2023

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MELEMAH DAN
MEMUDARNYA NILAI KETAATAN
(Bag 2)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini  Kamis, 21 Syawal 1444 H /11 Mei 2023.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku...!

Faktor-faktor Penyebab Melemah dan Memudarnya Nilai Ketaatan, diantaranya : 

1. Godaan-godaan Setan Terhadap Umat Manusia ✔
2. Kurang Memahami dan Mengetahui Urgensi Menjaga Nilai Ketaatan 
3. Lingkungan yang Jauh dari Nilai-nilai Ketaatan 

Kadangkala seseorang yang iltizam tumbuh di tengah-tengah lingkungan yang jauh dari nilai-nilai ketaatan. Kadangkala ia hanya bisa diam melihat dosa dan maksiat yang ada di sekitarnya, lebih parah lagi terkadang ia terpengaruh dengan dosa dan maksiat itu. Sebagaimana yang disebutkan dalam pepatah 'alah bisa karena biasa', jika sudah terlalu sering menyaksikan perbuatan dosa, akhirnya terpengaruh juga.

Maksudnya bukan secara seporadis merubah pelanggaran-pelanggaran syariat yang dilihatnya di dalam rumah. Sebab cara seperti itu akan membuahkan hasil yang mengecewakan. Beberapa pemuda semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala mencurahkan taufik kepadanya dan kepada kita semua- terlalu terburu-buru dalam bertindak, begitu ia mendapat hidayah, langsung saja ia datangi keluarganya seraya menyeru: "Kalian semua tahu atau tidak bahwa perkara ini dan ini haram tidak boleh dilakukan!" 

Dengan enteng keluarganya menjawab sebagaimana yang dilantunkan seorang penyair :
Kalian katakan ini dan itu tidak boleh kami laku-kan.
Siapakah kalian, hingga kalian bisa berkata ini dan itu!

"Bukankah kamu seorang anak kecil baru lahir kemarin, masih bau kencur? Kok tiba-tiba saja menjadi Mufti di dalam rumah, tunggu dulu janganlah tergesa-gesa!" demikian sindir keluarganya. 

Menurut hemat saya masalahnya tidak akan selesai dengan mengunci mulut tidak bereaksi, dan tidak pula dengan cara sporadis seperti itu. Sebagian orang beranggapan bahwa solusinya adalah dengan meninggalkan rumah (minggat), tentu saja ini merupakan cara yang keliru, sebab minggat dari rumah tidak akan menyelesaikan masalah (bahkan akan menambah masalah). Beda halnya jika dengan meninggalkan rumah, kondisi akan berubah menjadi lebih baik. Namun biasanya cara seperti itu justru akan menambah berat jalan cerita. 

Apabila engkau melihat sebuah kemungkaran (khususnya di dalam rumah sendiri), maka siapkanlah senjata pamungkas yang membuat mereka tidak bisa berkutik, tidak bisa berdalih ini dan itu. Hendaklah engkau menyiapkan petuah alim ulama yang terpandang mengenai bahaya kemungkaran itu. Atau dapat juga engkau siapkan fatwa ulama, kitab agama, kaset ceramah, buletin-buletin dan lain sebagainya. Kemudian engkau persilakan mereka sendiri yang mendengar dan membacanya. Sebab terkadang mereka belum menemukan cara yang tepat untuk meninggalkan perbuatan mungkar itu. Banyak pemuda dan pemudi yang terhimpit problematika seperti ini, dengan menerapkan cara di atas banyak membuah-kan hasil-hasil positif yang menggembirakan. 

4. Musibah dan Cobaan 

Berapa banyak orang yang berubah jalur hidupnya akibat musibah dan cobaan yang menimpa. Terkadang musibah dan cobaan itu datang dari orang lain atau karena akibat tingkahnya sendiri. Muslim yang sejati adalah yang bertambah ketaatannya setiap musibah dan cobaan datang menerpa. Adakah musibah dan cobaan yang lebih besar dari yang diterima Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sahabat-sahabat beliau? Coba buka kembali sejarah peperangan Ahzab! Simaklah firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikut ini yang menggambarkan betapa berat cobaan yang dialami mereka, sehingga sulit diungkapkan dengan kata-kata;

"(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat." (QS. Al-Ahzab : 10-11) 

Coba bayangkan bagaimana keadaan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika itu, hamba yang paling mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, apakah dengan cobaan yang demikian nilai ketaatan mereka merosot? Apakah pupus iman mereka kepada Allah? Ma'adzallah sekali-kali tidak! namun kita ucapkan sebagaimana yang diucapkan hamba-hamba yang beriman. Alloh Subhanahu Wa Ta'alla berfirman (QS. Al-Ahzab : 22

وَلَمَّا رَاَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْاَحْزَابَۙ قَالُوْا هٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَصَدَقَ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ ۖوَمَا زَادَهُمْ اِلَّآ اِيْمَانًا وَّتَسْلِيْمًاۗ

Artinya : "Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.” Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka." (QS. Al-Ahzab : 22

5. Terlalu Banyak Beban Kehidupan yang Dipikul dan Terlalu Berat Serta Panjang Perjalanan yang Dilalui 

Terus terang saya katakan bahwa sebagian orang ada yang membebankan dirinya di luar kapasitas normal, hingga ia sendiri tidak sanggup memikulnya. Kadang ia lupa bahwa perjalanannya masih panjang. Kita dapati ia mencampuri dan menggeluti hampir semua bidang. Sibuk mengurus ini dan itu. Sampai-sampai ia mengabaikan perkara-perkara wajib. 

Tidakkah pernah engkau jumpai seorang yang punya ambisi besar, setiap celah yang bisa dimanfaatkan, pasti dimasukinya! Namun begitu selesai dari segala aktifitasnya itu, staminanya menurun, akhirnya terkapar tiada berdaya, tenggelam dalam tidur yang pulas. Terkadang ia melalaikan kewajiban-kewajibannya. Padahal yang dituntut adalah menyucikan jiwa dengan berbuat taat. Lebih parah lagi, terkadang ia melalaikan shalat fajar, tentu saja ia juga melalaikan doa-doa sebelum tidur. 

Hendaklah kita beramal sesuai dengan kemampuan yang ada. Ikutilah petunjuk Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berikut ini:

"Amal yang paling dicintai Allah adalah yang berkesinambungan meskipun sedikit." (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa'i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad) 

6. Pengaruh Orang Tua 

Pengaruh orang tua sangat besar terhadap pertumbuhan anak-anaknya. Mereka dapat menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya nilai ketaatan. Apalagi jika si ayah jauh dari tuntunan agama. Kadangkala seorang anak tumbuh di atas bimbingan agama yang baik, ia menampik perkara-perkara yang dilarang agama. Namun sayangnya si ayah berusaha menghalanginya. Si ayah menyediakan segala fasilitas untuk memperdaya anaknya itu, tentu saja lambat laun si anak akan terpengaruh hingga melemahlah nilai ketaatannya. 

Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah...

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani .. Yaa Fattah ... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar