HIKMAH DI BALIK PUASA RAMADHAN
(Bag 2)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Rabu, 14 Ramadhan 1444 H /5 April 2023.
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku....!
Semoga selalu dirahmati oleh Allah Ta’ala. Kita sudah mengetahui bersama bahwa puasa Ramadhan itu diwajibkan bagi setiap muslim, yang baligh, berakal, dalam kondisi sehat, bermukim, serta suci dari haidh dan nifas.
Lalu apa hikmah di balik melakukan ibadah puasa ini? Hikmahnya begitu banyak. Sebagian dari kalam ulama mengenai hikmah tersebut, kami sarikan berikut ini :
1. Menggapai Derajat Takwa. ✔️
2. Hikmah di Balik Meninggalkan Syahwat dan Kesenangan Dunia. ✔️
3. Mulai Beranjak Menjadi Lebih Baik.
4. Penutup,
3. Mulai Beranjak Menjadi Lebih Baik
Di bulan Ramadhan tentu saja setiap muslim harus menjauhi berbagai macam maksiat agar puasanya tidak sia-sia, juga agar tidak mendapatkan lapar dan dahaga saja. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam pernah bersabda :
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.” (HR. Thobroniy dalam Al Kabir. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targub Wa At Tarhib No. 1084)
Puasa menjadi sia-sia seperti ini disebabkan bulan Ramadhan masih diisi pula dengan berbagai maksiat. Padahal dalam berpuasa seharusnya setiap orang berusaha menjaga lisannya dari rasani orang lain (baca : ghibah), dari berbagai perkaataan maksiat, dari kata dusta, perbuatan maksiat dan hal-hal yang sia-sia.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Barang siapa yang tidak meninggalkan kata dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Muslim No. 1903).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari kata-kata Lagwu dan Rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padanya, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”. (HR. Ibnu Majah dan Hakim syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib Qa At Tarhib No. 1082). Lagwu adalah kata sia-sia atau kata-kata yang tidak berfaedah. (Perkataan Al Akhfasy. fathul Bari 3/346, Mawqi' Al Islam. Asy Syamilah). Sedangkan Rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita (Perkataan Al Azhati, Syarh Muslim 5/13, Mawqi Al Islan, Asy Syamilah) atau juga dapat bermakna kata-kata kotor. (Syarh Muslim 4 / 151).
Perhatikan pula petuah yang sangat bagus dari Ibnu Rajab Al Hambali berikut, “Ketahuilah bahwa amalan taqorub (mendekatkan diri) pada Allah Ta'ala dengan meninggalkan berbagai syahwat (yang sebenarnya boleh dilakukan ketika tidak makan seperti makan atau berhubungan badan dengan istri) tidak akan sempurna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang Dia larang yaitu dusta, perbuatan zholim, permusuhan di antara manusia dalam masalah darah, harta dan kehormatan.”
Jabir bin 'Abdillah juga menyampaikan wejangan, “Seandainya kamu berpuasa maka memanjakan pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut menyambut dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.”
Itulah sejelek-jelek puasa yaitu hanya menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan maksiat masih terus jalan. Hendaknya saat berpuasa, setiap orang berusaha pula menahan anggota badan lainnya dari melakukan maksiat dan hal-hal yang sia-sia. Ibnu Rajab berkata :
“Tingkat puasa yang paling rendah adalah hanya meninggalkan minum dan makan saja." ( Latho'if Al Ma'arif 277).
Oleh karena itu, ketika keluar bulan Ramadhan seharusnya setiap insan menjadi lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya karena dia sudah berada di Madrasah Ramadhan untuk meninggalkan berbagai macam maksiat. Orang yang dulu malas-malasan shalat 5 waktu, seharusnya sadar dan rutin mengerjakannya di luar bulan Ramadhan. Juga dalam masalah Shalat Berjama'ah bagi kaum pria, hendaklah pula dapat dirutinkan dilakukan di masjid sebagaimana rajin dilakukan ketika bulan Ramadhan. Begitu pula dalam bulan Ramadhan banyak wanita muslimah yang berusaha menggunakan jilbab yang menutup diri dengan sempurna, maka di luar bulan Ramadhan seharusnya hal ini tetap dijaga.
Rasulullah shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
"(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit." (HR. Abu Daud, An Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah. Syaikh Al Albani Dalama Shohihul Jami'No. 1228).
Ibadah dan amalan ketaatan bukanlah ibarat bunga yang mekar pada waktu tertentu saja. Jadi, ibadah shalat 5 waktu, shalat jama'ah, shalat malam, gemar bersedekah dan berbusana muslimah, bukanlah jadi ibadah musiman. Namun seharusnya sudah di luar bulan Ramadhan juga tetap dijaga. Para ulama seringkali mengatakan, “Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah (rajin ibadah, -pen) hanya pada bulan Ramadhan saja.” Semoga Allah memudahkan kita agar istiqomah dalam melakukan ketaatan kepada-Nya dan menjadikan kita lebih baik setelah keluar dari bulan Ramadhan ini. Aamiin Yaa Mujibas Saa-ilin.
4. Penutup
Inilah beberapa hikmah syar'i yang luar biasa di balik puasa Ramadhan. Oleh karena itu, para salaf sangatlah rindu bertemu dengan bulan Ramadhan agar memperoleh hikmah-hikmah yang ada di dalamnya. Sebagian ulama berkata, “Para salaf biasa berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Dan 6 bulan sebelumnya mereka berdoa agar amalan-amalan mereka diterima". (Latho-if Al Ma'arif, 369).
Adapun hikmah puasa yang biasa sering dibicarakan sebagian kalangan bahwa puasa dapat menyehatkan badan (seperti dapat menurunkan berat badan, mengurangi resiko stroke, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi resiko diabetes (Swaramuslim.net), maka itu semua adalah hikmah ikutan saja (dan bukan hikmah utama. Sehingga hendaklah seseorang meniatkan puasanya untuk mendapatkan hikmah syar'i terlebih dahulu dan janganlah dia berpuasa hanya mengharapkan nikmat sehat semata. Karena jika niat puasanya hanya untuk mencapai kenikmatan dan kemaslahatan duniawi, maka pahala melimpah di sisi Allah akan sirna walaupun dia akan mendapatkan nikmat dunia atau nikmat sehat yang dia cari-cari.
Allah Ta'ala berfirman :
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu untuknya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan dia sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada menyediakan suatu kebahagiaan pun di akhirat.” (QS. Asy Syuraa : 20)
Ibnu 'Abbas berkata, “Barangsiapa yang melakukan amalan puasa, amalan shalat atau amalan shalat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka balasan dari Allah : “Allah akan memberikan baginya dunia yang dia cari-cari. Namun amalannya akan sia-sia (lenyap) di akhirat nanti karena mereka hanya ingin mencari keuntungan dunia. Pada akhirnya, mereka juga akan termasuk orang-orang yang merugi ”. (Tafsir Al Qur'an Al Adzim 4/311, Dar Thoyibah, Cetakan Kedua 1420 H)
Sehingga yang benar, puasa harus dilakukan dengan niat ikhlas untuk mengharap wajah Allah. Sedangkan nikmat kesehatan, itu hanyalah hikmah ikutan saja dari berpuasa, dan bukan tujuan utama yang dicari-cari. Jika seseorang ikhlas ikhlas dalam puasanya, niscaya kenikmatan dunia akan datang dengan sendirinya tanpa dia cari-cari. Ingatlah selalu nasehat Nabi shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menuju akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan mewujudkan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia dapatkan dan tunduk padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menjelajah dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan menceraikan keinginannya, dunia pun tidak dia dapatkan kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (Al Hafzih Al 'Iroqy dalam Takhrij Al Ihya' [3/75]).
Semoga Allah menerima setiap amalan kita di bulan Ramadhan dan menjadikan kita insan yang lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya.
Itulah Hikmah Ibadah Puasa Ramadhan Yang jarang kita rasakan dan kita sadari. Semoga Allah memberikan kita petunjuk, ketakwaan, sikap menjauhi diri dari hal-hal haram dan memberikan kita kecukupan. Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat.
Wallahu 'Alam Bishshowab
Saudara-Ku.....?
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu Langit-Mu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan Harapan dan Do'a.
"Yaa Allah... Berilah keberkahan pada kami di bulan Rajab, bulan Syaban dan sampaikanlah kami di bulan Ramadhan." (HR Ahmad)
"Yaa Allah... Perlihatkanlah hilal itu kepada kami dengan keamanan dan keimanan, keselamatan dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, hilal petunjuk dan kebaikan." (HR.At Tirmidzi Hadis No 3451)
"Yaa Allah... Selamatkanlah aku untuk bulan Ramadhan dan selamatkanlah bulan Ramadhan untukku, serta selamatkanlah Ramadhan dariku demi amal ibadah yang diterima." (HR Thabrani dan Al-Dailami)
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب ال
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar