Menu

Selasa, 25 April 2023

L I D A H

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini  Rabu, 6 Syawal 1444 H /26 April 2023.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku....!

Pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, hidup seorang Ulama bernama Abdullah bin Abdul Aziz Al-Amri. Di samping sebagai Ulama, beliau juga seorang Abid yang banyak sujud kepada Allah SWT. Namun ibadahnya yang banyak itu, tidak mendorong niat beliau untuk Ber’uzlah (mengasingkan diri) dari masyarakat. Bahkan beliau termasuk da’i pemberani dalam menegakkan amar ma’ruf dan nahyu munkar. 

Alkisah, ketika Khalifah Harun Al-Rasyid sedang melakukan ibadah haji, sebagaimana lazimnya penguasa sekarang, seluruh tempat yang akan dilaluinya ditutup untuk umum. Pada saat Khalifah sedang melakukan Sa'i (lari kecil) antara Shafa dan Marwah seorang diri, sambil disaksikan ribuan jamaah haji, berkatalah salah seorang dari mereka kepada Ulama tadi, "Hai Tuan Guru, apakah boleh seorang Khalifah mencegah rakyatnya beribadah kepada Allah?” Ulama itu menjawab, “Apakah kamu ingin agar aku mencegah kezaliman ini karena kamu tidak berani melakukannya? Orang yang tidak mampu membela Kebenaran adalah Syetan Bisu”. 

Selanjutnya berangkatlah Abdullah Al-Amri ke tempat Sa'i, sesampainya di dekat Shafa, kebetulan saat itu Khalifah baru saja tiba di sana, berteriaklah beliau, “Haruuun ….! (tanpa menyebut jabatan Khalifah). Mendengar panggilan tadi, seluruh jamaah haji -termasuk Khalifah- menghadapkan wajahnya ke arah datangnya suara. Khalifah tahu siapa yang memanggilnya, segera beliau menjawab... “Labbaika ya' amin.” 

“Naiklah ke bukit Shafa! Lihatlah ke Ka'bah, berapakah jumlah manusia di sana?” Tanya sang ulama. “Tidak ada yang bisa menghitungnya kecuali Allah,” jawab Khalifah. “Ketahuilah, setiap orang dari mereka akan diminta pertanggungjawabanmu oleh Allah atas dirimu dan seluruh rakyatmu. Lihatlah kepada dirimu! Apakah pantas engkau perlakukan Umat seperti ini?” Mendengar ucapan ulama tersebut, menangislah Khalifah seraya mengakui kesalahannya yang beliau lakukan. 

Dari kisah di atas, dapat diambil pelajaran betapa Lidah itu mempunyai peran yang sangat penting dalam menegakkan Al-Haq. Dan benarlah pepatah “Lidah Lebih Tajam Dari Pedang”. Allah SWT juga memuji orang-orang yang mengaktifkan lidahnya untuk berda'wah. Allah Subhanahu Wa Ta'alla berfirman (Q.S. Fussilat : 33) 

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Artrinya : “Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang-orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri”. (Q.S. Fussilat : 33) 

Sebagai salah satu sarana Amar Ma'ruf Nahyi Munkar, Lidah telah terbukti keampuhannya sejak dimulainya dakwah Islam oleh Rasulullah SAW. Dia ampuh untuk mengajak kepada kebaikan, juga untuk mencegah Kemungkaran dan Kebatilan. Sejarah telah mencatat betapa seorang nenek tua berani menegur Umar bin Khathab yang sedang berpidato di atas mimbar, karena kekeliruan Khalifah dalam masalah Mas Kawin. Juga ketika Khalifah Umar baru saja diangkat menjadi Pemimpin Umat, Beliau berpidato di atas mimbar, seraya berkata, “Hai manusia, apakah yang akan kalian kerjakan jika aku menyimpang dalam memimpin umat?” Kami akan luruskan penyimpangan Anda Dengan Pedang kami”. Inilah contoh dari keberanian umat dalam menegakkan Al-Haq. 

Pada saat Lidah Menjadi Tumpul, banyak sekali kerusakan dan kemungkaran yang ditimbulkan oleh masyarakat dan kalau kemungkaran sudah dominan, pembela Al-Haq tak akan berharga lagi. Orang-orang jujur menjadi hina... Orang-orang hina menjadi nestafa. Masyarakat lebih cenderung kepada Maksiat, dan Kebenaran hanya menjadi Permainan Lidah. Yang Muda Durhaka dan yang Tua Bergelimang Dosa. 

Al-Qur'an hanya sebagai nyanyian dan ulama penuh dengan kemunafikan. Yang kecil tidak menghormati yang besar dan yang kaya tidak mengasihi yang miskin. Pada saat itu ilmu dikuasai orang-orang tak bermoral dan kekuasaan dipegang oleh orang-orang tamak. Kalau yang demikian itu sudah terjadi, maka Laknat Allah yang akan tiba sebagaimana yang terjadi pada Bani Israel dahulu. 

Firman Allah, (QS. Al Maidah : 78-79). 

لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ عَلٰى لِسَانِ دَاوٗدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۗذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ

78. Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.

كَانُوْا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُّنْكَرٍ فَعَلُوْهُۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ

79. Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.

Dalam kaitan ayat di atas, Ustadz Sayyid Qutb menulis dalam tafsir Zhilalnya, ”Manhaj Islami menghendaki agar jamaah Muslimin dan Muslimah memiliki eksistensi yang Hidup dan Kokoh. Ia harus mampu menolak berbagai bentuk penyimpangan dan kemaksiatan sebelum menjadi fenomena umum di masyarakat. Ia harus kokoh membela Al-Haq dan peka terhadap gejala-gejala kebatilan. 

Sebagaimana manhaj tadi, juga menghendaki kepada Tokoh Masyarakat dan okoh Agama agar melaksanakan amanah yang dibebankan dan mampu menghadapi berbagai bentuk kejahatan, kerusakan dan kezaliman, tanpa sedikit pun dihantui rasa takut kepada penguasa, kaum elit yang silih berganti dengan segala kezaliman dan kebiadabannya. 

Sayangnya, Sejarah terkadang sepi dari tokoh-tokoh Al-Haq yang akan mengimbangi bahkan mengalahkan kebatilan tersebut. Kalau dulu, ketika terjadi Riddah (keluar dari agama) ada Abu Bakar Shiddiq, siapakah tokoh yang diharapkan menghadapi pemurtadan masa kini? Rasanya setiap muslim sekarang ini harus mengasahi lidahnya, agar tidak tumpul ketika menyaksikan Kebenaran Dikebiri dan Kebatilan Disanjung-sanjung.

Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah...

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani .. Yaa Fattah ... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng


Tidak ada komentar:

Posting Komentar