Menu

Senin, 28 November 2022

MEMAHAMI POSISI GURU DAN MURID
(Momentum Hari Guru Nasional)


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku...! 

Hari ini Selasa 5 Jumadil Awal  1444 H / 29 Nopember  2022.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku....!

Guru identik dengan ungkapan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, namun sebaliknya Gurulah yang banyak memberi jasa dalam kehidupan manusia.

Bagaikan Dua Sisi Mata Uang, Guru dan Murid merupakan dua Entitas yang tidak dapat dipisahkan. Seseorang tidak akan dipanggil guru jika tidak memiliki seorang murid. Sebaliknya, seorang anak tidak akan disebut seorang murid jika tidak memiliki guru.

Akan pentingnya arti seorang guru dan murid, agama -dalam hal ini Islam- telah menempatkan mereka pada posisi yang paling mulia. Sebagaimana yang tercatat di dalam sebuah hadist Rasulullah SAW. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim : "Yang paling baik (kedudukannya) diantara kalian adalah (Guru) yang mengajarkan Al-Qur'an (Ilmu) dan (murid) yang mempelajarinya”. 

Berbicara tentang Guru dan Murid, kita tidak boleh memprioritaskan salah satunya dan meremehkan yang lain. Sebab, sejatinya seorang guru merupakan penyambung mata rantai peradaban dunia, sedang seorang murid merupakan penerus estafet dari seorang guru untuk terus menjaga, membangun dan mengembangkan peradaban menuju yang lebih baik.

Untuk itu, ketika ada sebuah insiden yang dapat menodai citra guru dan murid, sudah seyogyanya segera dicarikan solusinya yang tepat. Sehingga embrio dari calon perusak Eksistensi dan Substansi guru dan murid itu dapat segera ditiadakan atau setidak-tidaknya dihambat pertumbuhannya. Jika tidak, insiden itu, meskipun pada mulanya hanya berdampak kecil, dalam waktu yang lama aka dapat membahayakan eksistensi keduanya.

Seandainya hal itu terjadi, maka kita dapat menghitung hari akan datangnya sebuah era dimana tidak dikenal lagi yang namanya Peradaban mungkin yang akan terjadi malah sebaliknya Perbiadaban. Sebab tradisi untuk selalu menjaga dan mengembangkannya telah sirna seiring dengan lenyapnya entitas guru dan murid.

Reposisi Guru dan Murid Secara Proporsional

Guru dan Murid, meskipun memiliki pahala (kedudukan) yang sama di dalam Islam, tetap merupakan dua entitas yang berbeda Posisinya. Dalam hal ini Guru menempati posisi sebagai Tauladan dan dianggap sebagai Orang Yang Sempurna. Sedangkan Murid menempati posisi sebagai Pencari Tauladan yang dapat dicontoh untuk Menuju Ke Arah Kesempurnaan itu.

Untuk dapat menempatkan Kedua Entitas itu secara Proporsional, disini yang banyak dituntut untuk Aktif adalah seorang guru, bukan seorang murid. Sebab, bagaikan seorang anak, murid tidak dituntut untuk memahami Gurunya (Ibunya), tetapi Gurulah yang harus memahami Murid tersebut.

Agar dapat memahami murid dengan baik, Seorang Guru dituntut untuk mengetahui dengan jelas tentang potensi-potensi yang tersimpan di setiap diri Seorang Murid. Menurut Romlah, dalam bukunya "Psikologi Pendidikan" seorang murid itu setidak-tidaknya memiliki Enam Potensi Dasar. Yaitu :

Pertama, Bakat dan Kecerdasan. Keduanya merupakan kemampuan pembawaan yang berpotensial untuk mengacu pada perkembangan kemampuan Kognitif (Ilmiah) dan Keahlian (Profesi).

Kedua, Naluri (insting). Yaitu sebuah kemampuan untuk melakukan sesuatu tanpa melalui proses pembelajaran.

Ketiga, Nafsu, yang meliputi : Nafsu Lawwamah (Pendorong ke arah tingkah laku yang tercela), Nafsu Ammarah (Pendorong ke arah perbuatan yang merusak), Nafsu Birahi (Pendorong ke perbuatan seks), dan Nafsu Muthmainnah (Pendorong ke arah ketaatan kepada Allah SWT).

Keempat, Karakter (Watak Asli) atau Tabiat Manusiawi. Yaitu kemampuan psikologis yang terbawa sejak lahir dan selalu terkait dengan tingkah laku, moral, sosial, dan etika seseorang. 

Kelima, Keturunan (Hereditas). Yaitu faktor menerima kemampuan dasar dari kedua orang tua sampai pada keturunan urutan lebih atas.

Terakhir, Intuisi (Ilham). Yaitu kemampuan psikologis seseorang untuk menerima ilham dari Tuhan.

Dengan mengetahui Keenam Potensi yang dimiliki oleh setiap murid tersebut, seorang guru diharapkan dapat mengetahui hakikat seorang murid. Sehingga mampu mendeteksi, sebenarnya gejala apa yang dialami oleh seorang murid sehingga berani melakukan perbuatan yang mungkin dianggap menyimpang. 

Dengan demikian seorang guru akan mampu mencarikan solusi yang tepat untuk mengatasi setiap permasalahan yang ditemui selama kegiatan belajar itu berlangsung, khususnya permasalahan yang muncul dari Deviasi Tingkah Laku Anak Didik.

"GURU" memang bukan 'Orang Hebat' tetapi semua 'Orang Hebat' karena 'Jasanya' Seorang "GURU".

Wallahu'alam Bishshowab

"Guru Berakhlak, Siswa Berkarakter Cerdas dan Mandiri".


Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah...

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani .. Yaa Fattah ... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar