PENDIDIKAN TAUHID SEJAK DINI
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Jum'at 4 Dzulqaidah 1446 H /2 Mei 2025
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Hadirin yang dirahmati Allah....
KHUTBAH
PERTAMA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
العَالَمِيْنَ، أَمَرَ بِدُعَائِهِ وَوَعَدَ أَنْ يُجِبَ مِنْ دُعَاءِهِ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَمُصْطَفَاهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا
بَعْدُ:
أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوْا
اللهَ تَعَالَى،
Kaum
muslimin rahimakumullah,
Kita mengimani bahwa tauhid yang murni merupakan fitrah yang telah diciptakan Allah pada hamba-hamba-Nya, dan ia merupakan dasar bagi seluruh risalah samawiyah. Adapun yang muncul setelah itu dari berbagai macam ibadah kepada selain Allah, menisbatkan anak kepada Allah, meyakini-Nya telah bersatu ke dalam salah seorang ciptaan-Nya, semuanya itu merupakan kemusyrikan dan perubahan baru, yang para nabi dan rasul telah berlepas diri darinya.
Allah
berfirman menjelaskan tentang diciptakannya makhluk dengan fitrah tauhid,
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ
ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ
قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا
غَافِلِينَ (172) أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا
ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ
Artinya
: “Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Rabbmu”. Mereka menjawab, ”Betul (Engkau Rabb
kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)”. Atau agar kamu tidak mengatakan,
“Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Ilah sejak dahulu,
sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka
apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang yang sesat
dahulu.” (QS. Al-A’raf: 172-173).
Allah
Subhaanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwasanya Dia telah mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari tulang rusuk mereka seraya mereka bersaksi atas jiwa mereka
bahwasanya Allah adalah Rabb dan Pemilik mereka, dan bahwasanya tiada tuhan
yang berhak disembah selain-Nya, karena Allah telah menciptakan mereka
berdasarkan fitrah tersebut.
Allah
Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya
: “(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum : 30).
Para
ulama dalam hal ini bersepakat bahwa yang dimaksudkan dengan fitrah dalam ayat
ini adalah Islam.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ،
كَمَا تُنْتِجُ الْبَهِيْمَةُ بَهِيْمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تَحِسُّوْنَ فِيْهَا مِنْ
جَدْعَاءَ.
Artinya
: “Tidaklah seorang yang dilahirkan itu kecuali dilahirkan dalam keadaan
fitrah, kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau
Majusi sebagaimana seekor hewan yang melahirkan dalam kondisi lengkap, adakah
kamu dapati dalam kondisi cacat?” (Muttafaq ‘Alaih dengan lafazh riwayat
Muslim). Kemudian Abu Hurairah berkata: Bacalah –bila anda suka- ayat:
“(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30).
Artinya,
bahwa kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi
setelah anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, sebagaimana binatang yang
menjadi pincang setelah dilahirkan dalam kondisi sehat.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: إِنِّي خَلَقْتُ
عِبَادِيْ حُنَفَاءَ فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ،
وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلَتْ لَهُمْ.
Artinya
: “Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Aku menciptakan
hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus, kemudian datanglah kepada mereka
setan-setan yang menyesatkan mereka dari agama mereka serta mengharamkan atas
mereka apa yang Aku halalkan bagi mereka.” (HR. Muslim).
Kaum
muslimin rahimakumullah,
Karena
tauhid dan Islam adalah fitrah yang diberikan Allah kepada manusia, sudah
sepantasnya pendidikan yang pertama diberikan kepada anak adalah pendidikan
yang tidak menjadikan tauhid itu melenceng. Orang tua harus membekali anaknya
dengan pengetahuan tentang hal yang bisa melencengkannya dari fitrah yang telah
Allah berikan. Karena itulah, pendidikan yang diberikan Lukman kepada anaknya
agar menjauhi perbuatan syirik. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ
يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya
: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
(QS. Lukman: 13).
Allah
juga utus Rasul yang menjelaskan agar manusia menyembah Allah semata,
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ
إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya
: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya, ”Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (Al-Anbiya’: 25).
وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ
بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا
تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
Artinya
: “Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad yaitu ketika dia memberi peringatan
kepada kaumnya di Al-Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang
pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan), “Janganlah
kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa adzab
hari yang besar.” (Al-Ahqaf: 21).
Allah
mengkabarkan bahwa seluruh peringatan dari Nabi Hud dan nabi-nabi sesudahnya
adalah ajakan untuk menyembah Allah semata. Firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا
أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Artinya
: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), ”Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu.” (An-Nahl:
36).
Allah
Subhaanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa seluruh nabi datang dengan menyerukan
tauhid dan ajakan untuk menyembah kepada Allah semata serta menghindari
sesembahan selain Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Firman
Allah Subhaanahu wa Ta’ala,
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى
كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ
بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ
تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Artinya
: “Katakanlah, ”Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita
sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan
tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Ilah selain
Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, ”Saksikanlah, bahwa
kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.” (Ali Imran:
64).
Peringatan
ini mencakup para ahli kitab dari golongan Yahudi, Nashrani dan yang semisal
dengan mereka. Kalimatin Sawaa’ (kalimat/ketetapan yang tidak ada perselisihan)
yang semuanya menyetujuinya dan tidak ada perselisihan tentangnya adalah
menujukan ibadah hanya untuk Allah semata serta tidak pula sebagian manusia
menjadikan sebagian yang lain sebagai Ilah selain Allah.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Para Nabi adalah Ikhwah Li’allat
(saudara seayah) dengan ibu-ibu berbeda-beda, dan agama mereka satu.” (Muttafaq
‘Alaih). Maksudnya mereka sepakat dalam hal tauhid dan berbeda-beda dalam
cabang-cabang syari’at.
Yang
dimaksud dengan Ikhwah Li’allat adalah saudara sebapak dengan berbeda ibu.
Adapun saudara seayah dan seibu biasa disebut dengan Auladul A’yaan.
Firman
Allah Subhaanahu wa Ta’ala,
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ
الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي
مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ
وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (79) وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ
وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya
: “Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab,
hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia, ”Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata),
”Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan
Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. Dan (tidak wajar pula
baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai Rabb. Apakah
(patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama)
Islam.” (Ali Imran: 79-80).
Allah
menjelaskan bahwa tidak sepatutnya bagi seorang nabi di antara nabi-nabi Allah
untuk menyeru manusia agar mereka menyembah dirinya sendiri selain Allah.
Apabila hal itu tidak patut dilakukan oleh golongan nabi-nabi dan utusan-utusan
Allah, tentunya lebih tidak patut lagi untuk dilakukan oleh manusia-manusia
lainnya yang lebih rendah dari para nabi.
Allah
telah menafikan anggapan orang-orang Nashrani yang menyatakan bahwa Al-Masih
menyeru manusia untuk menyembah dirinya dan ibunya selain Allah, dalam
firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ
أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ
سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ
فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ
أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ (116) مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ
اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ
فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ شَهِيدٌ
Artinya
: “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, ”Hai ‘Isa putera Maryam, adakah
kamu mengatakan kepada manusia, “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Ilah selain
Allah”. ‘Isa menjawab, ”Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa
yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah
Engaku telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa
yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
ghaib-ghaib.” Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: “Sembahlah Allah, Rabbku dan
Rabbmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka. Maka setelah Engkau
wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha
Menyaksikan atas segala sesuatu.” (Al-Ma’idah: 116-117).
Allah
pun menafikan bahwa diri-Nya mempunyai anak serta mengkabarkan bahwasanya Dia
Mahakaya yang mempunyai apa yang ada di langit dan bumi, dalam firman-Nya:
وَقَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ
بَلْ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ (116) بَدِيعُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Artinya
: “Mereka (orang-orang kafir) berkata, ”Allah mempunyai anak”. Maha Suci
Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua
tunduk kepada-Nya. Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak
(untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya,
”Jadilah.” Lalu jadilah ia.” (Al-Baqarah: 116-117).
Dan
firman-Nya,
قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ
هُوَ الْغَنِيُّ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ إِنْ عِنْدَكُمْ مِنْ
سُلْطَانٍ بِهَذَا أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya
: “Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata, “Allah mempunyai anak”.
Maha Suci Allah; Dialah Yang Maha Kaya; kepunyaan-Nya apa yang ada di langit
dan apa yang di bumi. Kamu tidak mempunyai hujjah tentang ini. Pantaskah kamu
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (Yunus: 68).
Dan
firman-Nya,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ
بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ (26) لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
(27) يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ
ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ (28) وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ
مِنْ دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ
Artinya
: “Dan mereka berkata, “Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak”,
Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang
dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka
mengerjakan perintah-perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di
hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi
syafaat melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu
berhati-hati karena takut kepada-Nya. Dan barangsiapa di antara mereka
mengatakan, “Sesungguhnya aku adalah ilah selain daripada Allah”, maka orang
itu Kami beri balasan dengan Jahanam, demikian Kami memberi balasan kepada
orang-oramg zhalim.” (Al-Anbiya’: 26-29).
Allah
menjelaskan bahwa anggapan ini hampir-hampir saja menjadikan langit dan bumi
pecah dan gunung-gunung menjadi runtuh, sebagaimana firman-Nya,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا
(88) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (89) تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ
وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (90) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ
وَلَدًا (91) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (92) إِنْ كُلُّ
مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا (93) لَقَدْ أَحْصَاهُمْ
وَعَدَّهُمْ عَدًّا (94) وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
Artinya
: “Dan mereka berkata, ”Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”.
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar,
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi pun belah, dan gunung-gunung
runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan
tidak layak lagi Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada
seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Yang Maha Pemurah
selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan
menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang
kepada Allah pada hari Kiamat dengan sendiri-sendiri.” (Maryam: 88-95).
Mudah-mudahan
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga kita dan anak keturunan kita di atas fitrah
yang suci, sebagai seorang muslim yang mentauhidkan-Nya dan tidak berbuat
syirik kepada-Nya.
بَارَكَ اللهُ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ
وَنَفَعْنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ البَيَانِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ هَذَا القَوْلِ
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ
يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
KHUTBAH
KEDUA:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ،
وَأَشْكُرُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ
تَسْلِيْماً كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى،
Ibadallah,
Setelah
kita mengetahui bahwa pendidikan yang pertama yang semestinya diberikan kepada
anak kita adalah pendidikan tauhid dan mengenalkan bahaya syirik kepada
anak-anak sedari dini. Maka para orang tua harus membekali diri mereka dengan
pengetahuan bagaimana mentauhidkan Allah. Hal-hal apa saja yang termasuk syirik
sehingga kita bisa mengatakan kepada anak-anak. Nak, ini adalah syirik, maka
jauhilah, karena Allah sangat tidak ridha diri-Nya disekutukan dengan sesuatu
apa pun.
Orang
tua harus mengenalkan kepada anak-anaknya apa tujuan Allah menciptakan mereka
di dunia. Orang tua harus mendidik anak-anak mereka dengan tauhid. Terlebih di
zaman yang syirik begitu menyebar ini. Di negeri kita, negeri mayoritas umatnya
adalah Islam, tapi kita lihat dukun-dukun memasang iklan di televisi.
Dukun-dukun dimuliakan dengan digelari orang pintar dan diundang di event-event
dan kesempatan. Kita juga menyaksikan, syirik dianggap legal karena alasan
tradisi nenek moyang. Bukankan alasan ini sama dengan alasan orang-orang
jahiliyah dahulu. Mereka tidak inging meninggalkan kesyirikan karena itu adalah
tradisi nenek moyang.
Akhirnya
ibadallah, semoga khutbah yang singkat ini bisa menjadi bahan perenungan bagi
kita semua. Terkhusus bagi para orang tua. Agar mereka bertanggung jawab atas
pendidikan anak-anak mereka. Bertanggung jawa atas amanah yang Allah embankan
kepada mereka.
Semoga
Allah menolong kita semua dalam mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan
beribadah kepada-Nya dengan sebaik-baiknya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)،
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّم عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِّيْنَ، أَبِي
بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ
التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ،
اللَّهُمَّ أَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، اَللَّهُمَّ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ،
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُسْتَقِرًّا وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ
عَامَةً يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ كِفْنَا عَنَّا بَأْسَ اَلَّذِيْنَ كَفَرُوْا
فَأَنْتَ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيْلًا، اَللَّهُمَّ اجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي
نُحُوْرِهِمْ وَكِفْنَا شُرُوْرَهُمْ، اَللَّهُمَّ سَلِّطْ عَلَيْهِمْ مَنْ يَشْغِلُهُمْ
بِأَنْفُسِهِمْ عَنِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ، وَلَا حَوْلَ
وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ، عَلَيْكَ تَوَكَلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ
المَصِيْر، رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَاغْفِرْ لَنَا
رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ العَزِيْزُ الحَكِيْمُ، (رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ
أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ)، اللَّهُمَّ احْفَظْ هَذِهِ البِلَادَ ، اللَّهُمَّ
احْفَظْهَا أَمَنَةً مُسْتَقِرَّةً مِنْ كُلِّ سُوْءٍ وَمَكْرُوْهٍ وَمِنْ كُلِّ شَرٍّ
وَفِتْنَةٍ، وَمَنْ كُلِّ بَلَاءٍ وَمِحْنَةٍ، اَللَّهُمَّ احْفَظ سَائِرَ بِلَادِ
المُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، (رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا
إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ)، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَجَعَلْهُمْ
هُدَاةَ مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَالِّيْنَ وَلَا مُضِلِّيْنَ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ بِطَانَتَهُمْ
وَأَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالمُفْسِدِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَلِّي عَلَيْنَا
خِيَارَنَا وَكْفِنَا شَرَّ شِرَارَنَا وَلَا تُؤَاخِذْنَا بِمَا فَعَلَ السُّفَهَاءُ
مِنَّا، وَقِنَا شَرَّ الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.
عِبَادَ اللهِ، (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ * وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ)، فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرَ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Penulis : Ahmad Anshori, Lc.
Artikel : Muslim.or.id
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar