YANG MALU KEPADA ALLAH
( Bagian 2)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku...!
Hari ini Jum'at, 25 Rabiul Awal 1444 H / 21 Oktober 2022.
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku....!
Kali ini perempuan itu mengangguk-angguk lega, namun tak seberapa lama kepalanya menggeleng keras, ragu itu kembali menderas.
“Lalu bagaimana dengan firman Nya (QS An-Nur : 24) yang menyebutkan
يَّوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ اَلْسِنَتُهُمْ وَاَيْدِيْهِمْ وَاَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artinya : “Hari ketika lidah mereka, tangan mereka dan kaki mereka menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS An-Nur : 24).
Tutur perempuan kepada Nabi. Rasulullah kembali menjawab dengan suara yang fasih. Untaiannya begitu merdu meyakinkan perempuan yang bertanya.
“Allah telah berfirman kepada bumi, juga segenap anggota tubuhnya : “Tahan dirimu, jangan tunjukkan kepada orang yang diterima taubatnya, keburukan selama-lamanya”. Suasana hening. Udara menghantarkan ketenangan. Perempuan semakin tertunduk. Ada banyak gumpalan perasaan yang tak bernama. Allah Maha Pemurah. Terakhir perempuan ini berujar “Benar, wahai Rasulullah, itulah hak orang yang bertaubat. Tetapi gemetar karena malu di hari kiamat, dan rasa malu itu juga adalah dari Allah. Mungkinkah seorang hamba menanggungnya? Padahal engkau pernah bersabda ‘Sesungguhnya orang yang berdosa pada hari kiamat akan menyebut dosa-dosanya lalu malu kepada Allah. Keringat, dosanya, mengucur karena malu. Air keringat akan mengambang hingga menutup lututnya, ada sebagian yang menutup pusarnya dan ada pula yang hingga menutup kerongkongannya”.
Tanpa menunggu Rasulullah pun bertutur :
“Maka wahai orang yang beriman, kenanglah hari itu, jangan pernah melalaikannya. Bertaubatlah kepada Allah, mendekatlah kepada Nya. Sesungguhnya Allah, Yang Maha Tinggi adalah Tuhan Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang”
Dan seketika perempuan ini menangis, air mata yang tak lagi sama seperti semula. Bening air mata yang tumpah bukan lagi karena gundah. Bening air mata yang terjelma bukan lagi karena lara. Bening itu karena gundahnya reda. Bening itu karena laranya sirna. Ia mematrikan setiap kuntum ucap dari sabda Nabi yang Mulia di kedalaman jiwa. Betapa Allah Maha penerima taubat. Betapa Allah Maha Welas atas semua hamba. Sepenuh bumi ia sudah melakukan dosa, sebanyak buih di laut ia pernah berbuat khilaf, serta seberserak pasir di pantai ia bernista maka hanya dengan taubat semuanya dapat tertebus. Dan dengan rahmat Nya yang agung, Allah merengkuh hamba yang kembali. Jua, karena cinta Nya yang paripurna, Allah akan segera menghampiri seorang anak manusia yang kembali pada Nya meski dengan tertatih ringkih.
Saudaraku...!, dalam setiap detik yang berdetak. Dalam menit yang berhamburan tak kenal ampun. Juga dalam bilangan jam yang menukik tak terhentikan. Diamlah sejenak. Lihatlah di kedalaman jiwa. Tengok sebentar ujud hatimu. Adakah rupanya bersinar ataukah kau temukan ujud yang legam?. Dan pabila rupa yang kedua yang kau jumpai, maka seperti ucapan perempuan yang bersimpuh peluh di hadapan RasulNya tentang dosa-dosanya, kita juga perlu mengadospsi perkataannya sebagai manifestasi malu “Dengan apa kubahasakan malu ini pada Allah Yang Maha Kuasa. Haruskah dengan isak yang menyesak? Dengan kata yang menyemesta? Dengan keluhan-keluhan panjang?”
Tapi pernahkah kita malu dengan bebukit dosa yang diperbuat. Pernahkah merasa enggan bertemu Allah, karena malu atas segala salah yang tak akan luput dari pernglihatan Nya?. Malulah dari sekarang. Malulah dengan sebenar-benar malu, dengan sepenuh malu. Terlalu sering kita berada di sudut yang gelap karena keluar dari orbit benderang Nya. Terlalu mudah kita ingkari nikmat Nya yang agung, hingga kita benar-benar tidak tahu malu. Sekali lagi, Malulah kepada Tuhanmu.
Malu adalah sebagian dari iman, itu adalah sabda Rasulullah. Tapi malu yang seperti apa?. Dari Abdullah Ibn Mas’ud R.A, diriwayatkan bahwa Nabi bersabda “Orang yang malu kepada Allah dengan sepenuh malu adalah orang yang menjaga kepalanya dari isinya, menjaga perutnya dari segala rezeki tidak halal, selalu mengingat kematian, meninggalkan kemewahan dunia dan menjadikan perbuatan akhirat sebagai hal yang lebih utama. Sesiapa yang melakukan semua itu, maka ia telah malu kepada Allah dengan sepenuh malu”.
Dan, tahukah kalian apa yang Allah berikan sebagai imbalan kepada orang yang malu kepada Nya? Sebuah perlindungan tanpa tanding. Itu janji Nya.
Wallahu 'Alam Bishshowab
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah...
Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah...
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani .. Yaa Fattah ... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan PertolonganMU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : era_muslim
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar