Menu

Senin, 13 Januari 2025

PENUNTUT ILMU (Bag. 1)

PENUNTUT ILMU DAN YANG MENGAJARKAN ILMU
(Bagian Kesatu)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini  Selasa 14  Rajab 1446 H / 14 Januari 2025

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku...!

Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.

Saudaraku...!

Alhamdulillah, pada kesempatan kali ini kami akan coba membahas terkait Penuntut Ilmu dan Yang Mengajarkan atau Menyampaikan Ilmu. Semoga pembahasan ini bisa bermanfaat khususnya untuk pribadi dan untuk kita semua.

Penuntut Ilmu dan Majelis Ilmu

Sesungguhnya seorang manusia akan lapang dadanya, dan tenang hatinya, manakala melihat penuntut ilmu berada di majelis ilmu. Mereka adalah orang yang meninggalkan nikmatnya tidur dan meninggalkan tempat tidur mereka diwaktu banyak orang lain tidur diatas kasur-kasur yang nyaman. Para penuntut ilmu meninggalkan berbagai kenikmatan dan lebih mengutamakan suatu perkara yang mereka berharap mendapatkan keselamatan di dunia, alam barzah, dan akhirat.

Sungguh Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memuji-muji para pembawa ilmu dan yang mengajarkannya dengan berfirman :

إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْ

Artinya : “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fatir : 28)

Alasan dikhususkan sifat rasa takut kepada ulama karena mereka adalah orang yang paling mengenal Allah. Jika seseorang hamba semakin mengenal Rabb-nya, maka seharusnya dia semakin besar rasa harap dan takutnya kepada Allah.

Ilmu adalah sebab keridhoan Allah Ta’ala, dan sebab kehidupan yang baik di dunia, di alam barzah, dan di alam akhirat.

Ilmu adalah sebab lurusnya sikap dan terdidiknya jiwa. Dia adalah sebab, bagi orang yang ikhlas menuntut ilmu dan dalam mengamalkan ilmu, selamat dari berbagai kejelekan yang banyak macamnya dan jenisnya.

Maka pada saat orang-orang yang kita cintai (yakni penuntut ilmu) berkumpul untuk mengambil ilmu dari sebagian orang-orang yang mereka cintai (yakni para ulama atau ustadz), mereka belajar dan mengajar, maka hal ini dinilai sebagai amalan yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan termasuk amal yang paling utama. Zaman dulu para pendahulu kita, mereka mengikat pelana-pelana kendaraan mereka dalam rangka mencari ilmu (melakukan perjalanan panjang). Demikian pula banyak dari kita telah membaca atau mendengar apa yang dilakukan para ulama hadis dimana mereka telah mengadakan perjalanan panjang. Mereka meyakini :

لَو لَا الإِسنَاد لَقَالَ مَنشَاءَ مَا شَاءَ

Artinya : “Seandainya bukan karena sanad, niscaya semua orang bisa berbicara (dalam masalah agama) sesuka hati mereka.”

Sebagaimana Syu’bah rahimahullah dia mengadakan perjalanan sebulan penuh dalam rangka mencari sebuah hadis yang beliau dengar melalui satu jalur yang belum pernah didapatkannya. (Ar-Rihlah Fii Talabil Hadits karya Al-Khatib Al-Baghdadi Hal. 148)

Begitu juga Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhuma – seorang sahabat yang lebih utama dari  Syu’bah karena Syu'bah adalah seorang tabi’in – mengatakan, “Telah sampai kepadaku dari seseorang dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebuah hadis yang dia dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang aku belum pernah mendengarnya. Maka aku membeli seekor unta, aku pasang pelana diatasnya, lalu aku mengadakan perjalanan selama sebulan penuh hingga aku tiba di Syam. Maka sahabat yang aku maksudkan adalah Abdullah bin Unais Al-Anshari. Kemudian setelah sampai maka aku mengatakan kepada utusan Abdullah bin Unais, ‘Sampaikan bahwa Jabir ada di depan pintu rumah.’ Maka sang utusan tersebut kembali lagi menemui Jabir membawa pertanyaan Abdullah bin Unais. Dia bertanya, ‘Apakah engkau adalah seorang yang bernama Jabir bin Abdillah?’. Maka aku katakan, ‘Betul’. Kemudian utusan tersebut kembali menemui Abdullah bin Unais dan menyampaikan pesanku. Kemudian Abdullah bin Unais keluar menemuiku. Maka dia memelukku dan akupun memeluknya. Aku katakan kepada Abdullah bin Unais, ‘Ada sebuah hadist yang sampai ke telingaku bahwasannya engkau telah mendengar hadist tersebut dari Rasulullah tentang masalah tindakan kedzaliman yang aku belum pernah mendengar hadist tersebut dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan aku khawatir aku mati atau engkau mati terlebih dahulu sebelum aku sempat mendengarnya.’” (Ar-Rihlah Fii Talabil Hadits karya Al-Khatib Al-Baghdadi hal. 110)

Perhatikan bagaimana Jabir sangat perhatian terhadap ilmu. Dia tidak mencukupkan diri hanya tahu saja. Akan tetapi Jabir ingin ilmu yang beliau dapatkan valid langsung dari sumbernya. Terverifikasi dan tervalidasi ilmunya. Ini diantara semangat generasi awal umat Islam dalam mencari ilmu.

Demikian pula Abu Zur’ah, Muhammad bin Nashr, dan lainnya mereka melewati gurun pasir dengan berjalan kaki. Semua ini dilakukan dalam rangka mencari ilmu. Mereka menempuh jarak yang sangat jauh yang mana kendaraan tunggangan pun pasti kelelahan. Perjalanan yang diiringi keletihan dan kesusahan. Meskipun demikian, nikmatnya ilmu yang Allah Azza Wa Jalla letakkan dihati mereka membuat mereka lupa dari jauhnya perjalanan.

Sebagaimana ungkapan indah yang disampaikan Ibnul Qayyim Rahimahullah :

كل ما كان في القرآن من مدح للعبد فهو من ثمرة العلم، و كل ما كان فيه من ذم للعبد فهو من ثمرة الجهل

Artinya : “Semua pujian dalam Alquran yang termasuk pujian kepada hamba maka itu semua dikarenakan buah ilmu, dan semua celaan yang ada dalamnya (Alquran) yang termasuk celaan kepada hamba maka itu semua adalah buah kebodohan (nihilnya ilmu dan/atau amal).” (Ma’alim Fii Thariq Thalabul Ilmi, Hal. 15)

Ilmu – sebagaimana yang dikatakan Al-Hasan Al Bashri – adalah rasa takut kepada Allah. Maka siapa saja yang lebih berilmu tentang Allah maka harusnya dia lebih memiliki rasa takut kepada Allah. Para ulama terdahulu telah menulis banyak buku khusus membahas keutamaan ilmu, tentang akhlak orang yang memiliki ilmu, dan keutamaan para ulama. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam : 

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَصنَعُ ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِر

Artinya : “Barangsiapa yang menempuh jalan yang dijalan tersebut dia mencari ilmu maka Allah akan membuat dirinya menempuh jalan diantara jalan-jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuk para penuntut ilmu karena suka dengan apa yang dia lakukan. Sesungguhnya seluruh makhluk di langit dan di bumi akan memohonkan ampunan kepada orang yang berilmu, termasuk ikan ditengah-tengah air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu (yang mengamalkan ilmunya) dibandingkan ahli ibadah (yang beramal tanpa ilmu) bagaikan keutamaan rembulan dimalam hari (saat bulan purnama) dibandingkan seluruh bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak dirham dan mereka mewariskan ilmu. Maka siapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak.” (Shahih Jaami’ 5/302)

Insya Allah Bersambung...

Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan segenap pembaca.

Wallahu'alam Bishshowab

Barakallah ..... semoga bermanfaat

-----------------NB----------------

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit &  kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Sumber : Aplikasi kumpulan tausiah Islam
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar