Menu

Selasa, 14 Januari 2025

PENUNTUT ILMU (Bag. 2)

PENUNTUT ILMU DAN YANG MENGAJARKAN ILMU
(Bagian Kedua)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini  Rabu 15  Rajab 1446 H / 15 Januari 2025

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku...!

Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.

Saudaraku...!

Pada kesempatan kali ini kami akan coba melanjutkan bahasan terkait Penuntut Ilmu dan Yang Mengajarkan atau Menyampaikan Ilmu. Semoga pembahasan ini bisa bermanfaat khususnya untuk pribadi dan untuk kita semua.

JALAN MENCARI ILMU

Dalam hadist ini Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda “Barangsiapa yang menempuh jalan yang dijalan tersebut dia mencari ilmu …” maksud dari “jalan” disini dapat dimaknai dengan dua pengertian. Jalan yang nyata dan imajiner. Jalan yang nyata contohnya seperti usaha seseorang menempuh perjalanan untuk datang ke majelis ilmu, melakukan safar dalam rangka mencari sebuah hadis, dan lain sebagainya. Maka ini dikatakan sebagai jalan yang nyata. Sedangkan jalan yang imajiner dapat diartikan sebagai usaha untuk menulis, menghafal, mencatat, dalam rangka dia mempelajari ilmu. Oleh karena itu, semua orang yang menempuh jalan nyata maupun imajiner untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan membuat orang tersebut menempuh suatu jalan diantara berbagai jalan menuju surga.

Makna Jalan Menuju Surga

Pertama, jalan menuju surga maknanya adalah ibadah. Orang yang beribadah kepada Allah adalah orang yang berjalan menuju surga. Maknanya dengan seseorang mempelajari ilmu tentang agamanya maka akan membuat orang tersebut giat beribadah. Orang tersebut semakin banyak mengetahui ibadah apa sajakah yang dapat mendekatkan dirinya kepada surga. Semakin banyak ilmu, maka semakin banyak pula pengetahuan tentang amal shalih dan amalan yang bernilai ibadah disisi Allah. Ilmu tersebut membuat dia bisa mengerjakan ibadah dan semakin semangat untuk melakukannya. Orang yang menuntut ilmu karena Allah membuahkan hasil pengetahuannya tentang jalan surga semakin banyak dan seharusnya membuat dia semakin semangat untuk memperbanyak amalan-amalan yang mendekatkan dirinya kepada Allah.

Kedua, jalan menuju surga maknanya adalah ilmu itu sendiri. Artinya Allah mudahkan kepadanya ilmu. Ilmu tersebut adalah jalan menuju surga.

Penuntut Ilmu dan yang Mengajarkannya Dimohonkan Ampun Seluruh Makhluk

Orang yang berilmu dan yang mengajarkannya akan dikenal seluruh makhluk. Makhluk-makhluk tersebut akan memohonkan ampun  atasnya kepada Allah. Sampai-sampai didalam hadis dikatakan, “… ikan ditengah-tengah air” mereka semua memohonkan ampunan kepada orang yang belajar dan  mengajarkan ilmu agama. Ada dua penjelasan ulama tentang maksud  “… seluruh makhluk di langit dan di bumi akan memohonkan ampunan kepada orang yang berilmu …”.

Pertama, karena degnan mempelajari ilmu agama manusia memperlakukan hewan-hewan dengan layak. Sebaliknya, jika ilmu agama tidak tersebar, hadis-hadis tidak dipelajari, ajaran islam tentang berbuat baik kepada hewan tidak diketahui, maka orang pun melakukan kezaliman kepada binatang-binatang. Maka para hewan akan mendapatkan perlakuan kasar karena kebodohan manusia.

Kedua, alasannya karena ilmu agama adalah sebab timbulnya kebaikan, amal shalih, ketaatan, yang menyebabkan tidak rusaknya ekosistem yang ada di muka bumi ini. Sebaliknya, jika manusia berada dalam kebodohan menyebabkan manusia jatuh kedalam kemaksiatan. Kemaksiatan yang dilakukan manusia menyebabkan Allah menimpakan musibah dan bencana. Musibah dan bencana ini akan berdampak pula pada hewan dan makhluk hidup lainnya. Sebagaimana Allah Subhanahu Wa berfirman :

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ

Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum : 41)

Nabi Hanya Mewariskan Ilmu

Kemudian dalam hadist tersebut Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda “… ulama adalah pewaris para nabi, …” Ulama adalah pewaris para nabi. Mereka mendapatkan warisan berupa agama dan ilmu agama. Hal ini menunjukkan bahwa agama adalah warisan dari Rasulullah. Artinya tidak boleh ada kreasi (pengurangan atau penambahan) dalam beragama. Maka perhatikan, bagaimana agama yang Rasulullah wariskan? Bagaimana akidah yang Rasulullah wariskan? Bagaimana sholat yang Rasulullah wariskan? Bagaimanakah puasa yang Rasulullah wariskan? Maka itu semua adalah agama yang benar. Oleh karena itu, kita tinggal belajar kepada para ulama bagaimanakah agama yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam wariskan kepada kita.

Nabi tidak mewariskan Dinar dan Dirham

Dalam hadist dikatakan, “… dan para Nabi tidak mewariskan dinar dan tidak dirham dan mereka mewariskan ilmu.” Mereka tidaklah mewariskan kepada keturunan maupun umatnya harta. Seandainya mereka mati dengan meninggalkan harta, maka hartanya akan dibagikan untuk kepentingan sosial. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pun saat meninggal tidak mewariskan hartanya kepada keluarganya (lihat HR. Bukhari No. 3988 dan Muslim No. 1759).

Ini adalah bukti bahwasannya dakwah para nabi ikhlas karena Allah. Seandainya para nabi mewariskan dinar dan dirham maka boleh jadi ini menjadi pintu bagi sebagian orang mencela dakwah nabi. Mereka akan berpikiran negatif bahwa semangat Nabi bertujuan untuk menumpuk kekayaan yang akan diwariskan kepada anak keturunannya. Akan tetapi tidak demikian, sehingga manusia tidak memiliki alasan untuk mencela dakwah para nabi karena mereka berdakwah semata-mata menginginkan manusia mendapat hidayah, menginginkan manusia selamat dari neraka, terhindar dari kesesatan, dan supaya manusia masuk ke dalam surga Allah.

Betapa indahnya perkataan Ibnul Qayyim Rahimahullah beliau mengatakan :

ولو لم يكن في العلم إلا القرب من رب العالمين، والالتحاق بعالم الملائكة و صحبة الملأ الأعلى؛ لكفى به شرفاً و فضلاً، فكيف و عِزّ الدنيا و الآخرة منوط به، مشروط بحصوله؟

Artinya : “Seandainya tidak ada dalam keutamaan ilmu kecuali hal itu akan menjadi sebab dekatnya dengan Allah Tuhan semesta alam, dan akan tergabung dengan para malaikat dan bersahabat dengan Al Malaail A’la (para malaikat); maka cukuplah ini menjadi keistimewaan dan kemuliaan. Maka bagaimana lagi jika kemuliaan hidup di dunia dan akhirat tergantung dengan ilmu, disyaratkan dengan diperolehnya ilmu?” (Miftahu Daarus Sa’adah 1/108).

Wallahu 'Alam Bishshowab

Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan segenap pembaca.


Barakallah ..... semoga bermanfaat

-----------------NB----------------

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit &  kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Sumber : Aplikasi kumpulan tausiah Islam
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar