ENAM KIAT MENGATASI GODAAN SETAN
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Selasa 21 Dzulhijah 1446 H /17 Juni 2025
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Hadirin yang dirahmati Allah....
Kehidupan seorang muslim tidak pernah lepas dari ujian dan godaan. Setiap waktu, kita dihadapkan pada berbagai tantangan yang dapat menguji keimanan dan ketakwaan kita. Setan, musuh yang nyata, senantiasa berusaha untuk menjerumuskan kita ke dalam dosa dan maksiat. Oleh karenanya, sebagai hamba Allah Ta’ala, kita harus selalu waspada dan berusaha untuk menjaga diri dari segala bentuk godaan yang dapat merusak hubungan kita dengan-Nya.
Allah
Ta’ala menciptakan manusia dengan fitrah yang suci, namun setan selalu berusaha
untuk menyesatkan kita. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an,
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ
عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya
setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya
setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni
neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6)
Perlu
kita yakini dan pahami bahwa setan adalah musuh yang nyata dan kita harus
selalu berusaha untuk melawan godaannya. Maka, bersemangatlah untuk menjaga
diri dan meningkatkan keimanan kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga mengingatkan kita tentang bahaya setan dan pentingnya
menjaga diri dari godaannya. Beliau bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ
مَجْرَى الدَّمِ
“Sesungguhnya
setan berjalan pada tubuh anak Adam melalui aliran darah.” (HR. Bukhari no.
3281 dan Muslim no. 2175)
Saudaraku,
sadarilah bahwa betapa dekatnya setan dengan kita, sehingga kita harus selalu
berusaha untuk melindungi diri dengan memperbanyak zikir, doa, dan amal saleh.
Karena, jika tidak, begitu mudahnya kita terjerat dengan dosa, baik yang kecil
maupun besar. Karena, kita hidup di zaman dimana melakukan dosa adalah menjadi
hal yang lumrah bagi banyak manusia. Ingatlah, apabila kita tidak senantiasa
menjaga diri dengan siraman ruhani berupa amal saleh, maka kita bisa cenderung
melakukan dosa dan terbiasa dengannya. Wal-iyadzu billah.
Menyadari
bahwa betapa rentannya kita terhadap dosa-dosa, maka penting bagi kita untuk
mempersiapkan benteng dan perisai berupa ilmu tentang bagaimana agar terhindar
dari segala bentuk potensi dosa yang dapat menjerumuskan kita kepada kemurkaan
Allah Ta’ala. Berikut enam kiat agar terhindar dari segala bentuk dosa.
1.
Mengetahui
bahwa dosa itu menjijikkan dan buruk
Langkah
pertama dalam mengatasi dosa adalah dengan menyadari bahwa dosa itu menjijikkan
dan buruk. Dosa bukanlah sesuatu yang sepele, melainkan perbuatan yang dapat
merusak hubungan kita dengan Allah Ta’ala dan merugikan diri kita sendiri.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ
فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan
janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)
Dosa,
seperti zina, adalah perbuatan yang keji dan buruk. Oleh karena itu, kita harus
menjauhinya dan tidak mendekatinya sama sekali. Ketika kita memahami betapa
buruknya dosa, kita akan lebih termotivasi untuk menjauhinya. Selain itu, dosa
juga memiliki dampak negatif yang besar bagi kehidupan kita. Dosa dapat
menghilangkan keberkahan, mendatangkan kesulitan, dan menjauhkan kita dari
rahmat Allah Ta’ala.
وَقَالَ حُذَيْفَةُ: إِذَا أَذْنَبَ الْعَبْدُ
ذَنْبًا نُكِتَ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ حَتَّى يَصِيرَ قَلْبُهُ كَالشَّاةِ
الرَّيْدَاءِ
Hudzaifah
berkata, “Ketika seorang hamba melakukan dosa, hatinya akan ditandai
dengan titik hitam. Jika dosa terus berulang, hatinya akhirnya menjadi seperti
domba yang terbalik, yakni hati yang terbalik dari fitrahnya.” (Ad-Daa’ wa
Ad-Dawaa’, hal. 82)
Dosa
dapat merusak hati kita dan membuat kita semakin jauh dari Allah Ta’ala. Oleh
karena itu, kita harus selalu berusaha untuk menjaga diri dari perbuatan dosa.
Untuk menghindari dosa, kita juga perlu mempelajari agama dengan baik. Dengan
memahami mana yang halal dan haram, kita akan lebih mudah untuk menjauhi
perbuatan yang dilarang oleh Allah Ta’ala. Setan sering kali menghiasi dosa
agar terlihat indah, sehingga kita perlu waspada dan tidak terjebak dalam tipu
dayanya.
2.
Memiliki
rasa malu kepada Allah (haya’)
Rasa
malu kepada Allah Ta’ala adalah salah satu sifat yang sangat penting dalam
Islam. Rasa malu ini akan mendorong kita untuk menjauhi perbuatan dosa dan
selalu berusaha untuk berbuat baik. Kita yakin bahwa Allah Ta’ala adalah al-Bashiir, Maha
Melihat segala perbuatan hamba-Nya, baik secara lahiriah maupun batiniah, Allah
Maha Mengetahui semuanya. Maka, apakah kita tidak memiliki rasa malu kala
melakukan maksiat dan kita tahu Allah Maha Melihat?
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
اَلْـحَيَاءُ مِنَ اْلإِيْمَانِ وَ َاْلإِيْمَانُ
فِـي الْـجَنَّةِ ، وَالْبَذَاءُ مِنَ الْـجَفَاءِ وَالْـجَفَاءُ فِـي النَّارِ
“Malu
adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya di surga dan perkataan kotor
adalah bagian dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar tempatnya di
neraka.” (HR.
Ahmad, 2: 501; at-Tirmidzi no.
2009; Ibnu Hibban no. 1929-Mawarid; al-Hakim, 1: 52-53)
Hadis
ini menunjukkan betapa pentingnya rasa malu dalam kehidupan seorang muslim.
Ketika kita memiliki rasa malu kepada Allah Ta’ala, kita akan merasa tidak enak
untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh-Nya.
Rasa
malu ini juga akan membuat kita lebih sadar bahwa Allah Ta’ala selalu mengawasi
kita. Bagaimana mungkin kita bisa terus bertahan dengan dosa dan maksiat,
sementara apapun yang kita lakukan tidak sedikitpun lepas dari pengawasan
Allah. Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى
“Tidakkah
dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat (segala perbuatannya)?” (QS. Al-‘Alaq: 14)
Allah
Ta’ala selalu melihat segala perbuatan kita, baik yang terang-terangan maupun
yang tersembunyi. Maka berhati-hatilah dalam setiap tindakan yang dilakukan,
pastikan kembali apakah tindakan tersebut akan mendatangkan keridaan atau
kemurkaan Allah. Jika hal itu berpotensi mendatangkan kemurkaan Allah, hadirkan
rasa malu pada Allah Yang Maha Melihat. Saudaraku, rasa malu akan membuat kita
lebih menghargai diri sendiri. Ketika kita memiliki rasa malu, kita tidak akan
merendahkan diri dengan melakukan perbuatan yang hina.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا، وَخُلُقُ الْإِسْلَامِ
الْحَيَاءُ
“Setiap
agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah rasa malu.” (HR. Ahmad, 2: 501; at-Tirmidzi
no. 2009; Ibnu Hibban no. 1929-Mawarid; al-Hakim, 1: 52-53)
3.
Merenungkan
nikmat Allah Ta’ala
Merenungkan
nikmat Allah Ta’ala yang telah diberikan kepada kita adalah cara yang efektif
untuk menghindari dosa. Ketika kita menyadari betapa banyaknya nikmat yang
telah Allah Ta’ala berikan, kita akan lebih bersyukur dan berusaha untuk tidak
mengkhianati-Nya dengan melakukan dosa.
Perhatikan
anggota tubuh kita yang masih lengkap, nyawa yang diberikan, kesehatan yang
dianugerahkan, pekerjaan, istri/suami, anak-anak, orang tua, rumah, kendaraan,
pakaian, makanan, sahabat, lingkungan, keamanan, kenyamanan, dan berbagai
kenikmatan yang takkan sanggup kita sebutkan satu per satu. Renungkanlah
nikmat-nikmat itu, dan bandingkan dengan orang-orang yang berada di bawah kita
dari sisi nikmat yang Allah berikan. Tidakkah kita merasa bersyukur?
Allah
Ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan
ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'” (QS. Ibrahim: 7)
Bersyukur
atas nikmat Allah Ta’ala akan mendatangkan lebih banyak nikmat, sedangkan
mengingkari nikmat-Nya akan mendatangkan azab yang pedih. Selain itu,
merenungkan nikmat Allah Ta’ala juga akan membuat kita lebih menghargai
kehidupan yang telah diberikan kepada kita. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا
تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ
اللَّهِ عَلَيْكُمْ
“Lihatlah
orang yang berada di bawahmu (dalam hal materi), dan jangan melihat orang yang
berada di atasmu, karena hal itu lebih pantas agar kamu tidak meremehkan nikmat
Allah yang diberikan kepadamu.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Berkomitmenlah
pada diri sendiri untuk selalu bersyukur dengan melihat orang yang kurang
beruntung daripada kita. Dengan demikian, kita akan lebih menghargai nikmat
yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala. Merenungkan nikmat Allah Ta’ala juga
akan membuat kita lebih dekat dengan-Nya. Ketika kita menyadari bahwa segala
sesuatu yang kita miliki adalah pemberian dari Allah Ta’ala, kita akan lebih
tunduk dan patuh kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Dan
apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya).” (QS. An-Nahl: 53)
4.
Takut
kepada Allah Ta’ala dan hukuman-Nya
Takut
kepada Allah Ta’ala dan hukuman-Nya adalah salah satu cara yang paling efektif
untuk menghindari dosa. Ketika kita takut akan hukuman Allah Ta’ala, kita akan
lebih berhati-hati dalam setiap tindakan kita. Sebagai orang beriman, tentu
kita yakin tentang azab Allah Ta’ala yang akan ditimpakan bagi orang-orang yang
melanggar ketentuan syariat yang Ia tetapkan. Bukan hanya di akhirat kelak,
tetapi azab dan kemurkaan Allah juga bisa menimpa orang-orang yang Allah
kehendaki bahkan ketika mereka masih hidup di dunia.
Allah
Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ
طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa, apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat
(berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika
itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).” (QS. Al-A’raf: 201)
Ketahuilah
bahwa orang-orang yang bertakwa akan selalu ingat kepada Allah Ta’ala ketika
digoda oleh setan, sehingga mereka dapat melihat kesalahan-kesalahannya,
memilih jalan yang benar dan kemudian terhindar dari dosa. Takut kepada Allah
Ta’ala juga akan membuat kita lebih bersemangat untuk beribadah dan mendekatkan
diri kepada-Nya karena tekad kita untuk mendapatkan surga Allah Ta’ala dan
terhindar dari siksa neraka-Nya.
Takut
kepada Allah Ta’ala juga akan membuat kita lebih menghargai kehidupan akhirat.
Ketika kita menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara, kita akan
lebih fokus untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan akhirat. Allah Ta’ala
berfirman,
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا
لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا
يَعْلَمُونَ
“Dan
kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Dan sesungguhnya negeri
akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.” (QS.
Al-‘Ankabut: 64)
5.
Mencintai
Allah Ta’ala
Cinta
kepada Allah Ta’ala adalah motivasi yang kuat untuk menjauhi dosa. Ketika kita
mencintai Allah Ta’ala, kita akan berusaha untuk menyenangkan-Nya dan
mendekatkan diri kepada-Nya. Cinta kepada Allah akan membuat kita selalu
mengingat-Nya di manapun kita berada, merasa dekat dengan-Nya, dan senantiasa
berprasangka baik kepada Allah, serta istikamah dalam takwa kepada-Nya.
Allah
Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah,
‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan
mengampuni dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'” (QS. Ali Imran: 31)
Oleh
karenanya, cinta kepada Allah Ta’ala harus diwujudkan dengan mengikuti ajaran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mendapatkan
cinta dan ampunan dari Allah Ta’ala. Karena cinta kepada Allah Ta’ala akan
membuat kita lebih bersemangat untuk beribadah. Sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا
وَإِنْ قَلَّ
“Amalan
yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang dilakukan secara
terus-menerus meskipun sedikit.” (HR.
Muslim no. 783)
Cinta
kepada Allah Ta’ala harus diwujudkan dengan amal saleh yang dilakukan secara
konsisten. Cinta kepada Allah Ta’ala juga akan membuat kita lebih menghargai
segala perintah dan larangan-Nya. Ketika kita mencintai Allah Ta’ala, kita akan
merasa senang untuk menjalankan perintah-Nya dan merasa sedih jika melanggar
larangan-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar.” (QS.
At-Taubah: 119)
6.
Memiliki
harga diri, kehormatan, dan martabat
Memiliki
harga diri dan kehormatan adalah hal yang sangat penting dalam Islam. Allah
Ta’ala menciptakan kita dengan martabat yang tinggi, dan kita harus menjaga
kehormatan tersebut. Kita adalah makhluk Allah yang paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya seperti malaikat, hewan,
benda-benda, tumbuhan, jin, dan sebagainya.
Sebagai
seorang makhluk yang paling sempurna, sudah sepatutnya bagi kita untuk
menjunjung tinggi harga diri, kehormatan, dan martabat di hadapan Allah sebagai
pembeda kita dengan makhluk-makhluk Allah yang lainnya. Ikhtiar untuk mejaga
kehormatan tersebut tentu saja sebagai bentuk rasa syukur atas kemuliaan yang
telah Allah berikan kepada kita dengan cara menjauhi segala bentuk
perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ
فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ
كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
“Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.” (QS.
Al-Isra’: 70)
Sadarilah
bahwa manusia memiliki martabat yang tinggi di sisi Allah Ta’ala. Oleh karena
itu, kita harus menjaga kehormatan tersebut dengan menjauhi perbuatan yang
hina. Sebab memiliki harga diri juga akan membuat kita lebih menghargai diri
sendiri.
Memiliki
harga diri juga akan membuat kita lebih selektif dalam bergaul. Karena kita
menyadari bahwa lingkungan sangat memiliki peran dalam bentuk karakter diri
seseorang. Maka harga diri pula yang dapat membedakan kita dengan orang lain
dari sisi takwa kepada Allah. Kita akan senantiasa berikhtiar untuk memperoleh
lingkungan yang suportif terhadap iman dan takwa kita, pun jika kita terpaksa
harus berada di lingkungan yang sebaliknya, benteng, dan perisai kita akan
tetap kokoh karena kuatnya iman dan takwa kita.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ
أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang
itu berada di atas agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara
kamu melihat siapa yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi)
Oleh
karenaya, pergaulilah orang-orang yang memiliki akhlak baik dan jauhilah
lingkungan yang buruk. Dengan demikian, kita dapat menjaga harga diri dan
kehormatan kita. Insyaa Allah.
Tanggung
jawab seorang muslim
Mengatasi
dosa dan godaan setan adalah tanggung jawab setiap muslim. Semoga dengan
memahami enam cara yang telah dibahas di atas, kita dapat memperkuat iman dan
ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Mengetahui bahwa dosa itu menjijikkan,
memiliki rasa malu kepada Allah Ta’ala, merenungkan nikmat-Nya, takut akan
hukuman-Nya, mencintai Allah Ta’ala, dan memiliki harga diri adalah
langkah-langkah yang dapat kita ambil untuk menjauhi dosa.
Semoga Allah Ta’ala memberikan kita kekuatan untuk menghindari dosa dan godaan setan, serta menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang selalu bersyukur dan taat. Aamiin.
Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat
__________________
Penulis: Fauzan Hidayat
Artikel Muslim.or.id
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Artikel Muslim.or.id
Artikel Abah Luky
Edit: Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar