السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Selasa 4 Syafar 1447 H /29 Juli 2025
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Hadirin yang dirahmati Allah....
Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran mendasar yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, yang harus diamalkan dan direalisasikan dalam kehidupan setiap muslim. Tiga hal itu adalah Iman (akidah), Islam (syariat), dan Ihsan (akhlak). Ketiga hal ini saling berkaitan satu sama lain, harus diamalkan secara bersamaan, tidak bisa diabaikan salah satunya atau ketiganya. Tidaklah sempurna keimanan seorang muslim sehingga ketiga aspek ini diterapkan dalam kehidupannya.
Contohnya seseorang yang melaksanakan shalat, artinya telah melaksanakan syariat Islam yang merupakan salah satu dari rukun Islam. Namun sejatinya ia juga memiliki dasar keimanan (akidah) yang kuat agar ibadah tersebut dilakukan semata-mata karena Allah ta’ala. Karena amal yang dilakukan tanpa dasar keimanan dan keikhlasan tertolak dan tidak mendapat pahala sama sekali. Demikian pula keterkaitan keduanya dengan aspek akhlak. Syariat shalat yang dilakukan dengan penuh keikhlasan sejatinya akan mengantarkan seorang muslim kepada akhlak yang mulia. Karena ibadah yang dijalankan dengan benar dan penuh keikhlasan akan membuahkan budi pekerti yang mulia.
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut [29]: 45).
Akidah
Secara bahasa, akidah berakar dari kata ‘aqada – ya’qidu – ‘aqidatan. Yang berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Relevansi antara arti kata ‘aqdan dan ‘akidah berarti keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Secara istilah, akidah adalah iman yang teguh dan tertancap kuat, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Jadi, Akidah Islam adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada para malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang telah menjadi ijma’ (konsensus) dari para ulama salafush shalih, serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Quran dan As-Sunnah yang shahih serta ijma’ salaf as-shalih.
Syariah
Secara harfiah, syariah berarti jalan yang harus diikuti, bisa juga berarti menjelaskan dan menyatakan sesuatu (dari kata dasar syara’), atau dari kata Asy-Syari’ah yang berarti jalan ke sumber air atau jalan yang harus diikuti, yakni jalan ke arah sumber pokok bagi kehidupan.
Adapun secara istilah, syariah adalah aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah ta’ala untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta atau dengan kata lain mengandung dimensi hukum atau peraturan dari ajaran Islam. Imam al-Qurthubi menyebut bahwa syariat adalah agama yang ditetapkan oleh Allah ta’ala untuk hamba-hamba-Nya yang terdiri dari berbagai hukum dan ketentuan. Hukum dan ketentuan Allah itu disebut syariat karena memiliki kesamaan dengan sumber air minum yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup.
Ruang lingkup syariah meliputi ibadah (Hablun Minannas) dan muamalah (hablun minannas). Aspek ibadah seperti ritual shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain. Sementara muamalah meliputi jual beli, simpan pinjam, sewa-menyewa, warisan, wasiat, nafkah, dan lain-lain. Muamalah juga meliputi urusan politik, budaya, seni, dan transaksi-transaksi yang dilakukan manusia.
Akhlak
Secara umum, pengertian akhlak adalah suatu sifat atau perangai yang melekat pada diri seseorang yang tercermin dari tindakan dan perbuatan orang tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Pendapat lain mengatakan bahwa arti akhlak adalah perilaku atau budi pekerti seseorang yang tercermin dari tindakan dan kebiasaan orang tersebut secara spontan sebagai bentuk manifestasi pencerminan dan refleksi jiwa serta batinnya. Akhlak terbagi dua, akhlak terpuji (Mahmudah) dan akhlak tercela (mazmumah).
Keterkaitan Antara Akidah, Syariah, Dan Akhlak.
- Hubungan akidah dengan syariat
Menurut Syaikhul Azhar Syekh Mahmud Syaltut (1893-1963) ketika menjelaskan tentang kedudukan akidah dan syariah beliau menulis, “Akidah itu di dalam posisinya menurut Islam adalah pokok yang kemudian di atasnya dibangun syariat. Sedang syariat itu sendiri adalah hasil yang dilahirkan oleh akidah tersebut. Dengan demikian tidaklah akan terdapat syariat di dalam Islam, melainkan karena adanya akidah; sebagaimana syariat tidak akan berkembang, melainkan di bawah naungan akidah. Jelaslah bahwa syariat tanpa akidah laksana gedung tanpa fondasi, namun demikian islam menyatakan bahwa hubungan antara keduanya merupakan suatu keniscayaan, yang artinya bahwa antara akidah dan syari’ah tidak bisa sendiri-sendiri.
Jadi ajaran islam terdiri dari dua pokok, yakni akidah (iman) yang terdiri dari enam rukun iman, yang landasannya adalah dalil-dalil qath’i (Al-Quran dan Al-Hadits). Kedua, syari’ah (ibadah dan ketentuan agama) yang mengatur dua aspek kehidupan manusia yang pokok, yaitu mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah), dan mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (muamalah). Dengan demikian, maka akidah dan syariat merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
- Hubungan Akidah dengan Akhlak.
Akidah tanpa akhlak adalah ibarat sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan tempat berteduh di saat panas dan tidak pula ada buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa akidah hanya perbuatan semu, labil, dan selalu berubah-ubah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya”. (HR. Muslim).
Dengan begitu, untuk mengukur kekuatan dan kelemahan iman dapat diketahui melalui tingkah laku dan akhlak seseorang. Karena tingkah laku dan akhlak berbanding lurus dengan keimanan. Ia merupakan perwujudan dari iman yang terpatri di dalam hati. Hujjatul Islam Syaikh Imam Muhammad al-Ghazali (1058-1111) mengatakan, iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang buruk. Allah menjadikan keimanan (akidah) sebagai dasar agama-Nya, ibadat (syariah) sebagai rukun (tiangnya). Kedua hal inilah yang akan menimbulkan kesan baik kedalam jiwa dan menjadi pokok tercapainya akhlak yang luhur.
- Hubungan syariah dan akhlak.
Sebagai bentuk manifestasi iman (Akidah), akhlak harus berada dalam koridor aturan syariat Islam. Karena sebagaimana diketahui bahwa akhlak adalah salah satu bentuk ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. Sedangkan proses ibadah harus dilakukan sesuai dengan aturan mekanisme yang ditetapkan syariah, agar dihitung sebagai amal shalih.
Syariah merupakan aturan mekanisme dalam amal ibadah seseorang muslim dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. Melalui wasilah syariah akan menghubungkan proses ibadah kita kepada Allah. Suatu amalan yang dikerjakan diluar mekanisme ibadah yang ditetapkan tidak bernilai sebagai amal shalih. Begitupula akhlak akan menjadi sia-sia jika tidak berada di dalam kerangka aturan syariah. Jadi, syariah adalah syarat yang akan menentukan bernilai tidaknya suatu amal ibadah yang dikerjakan manusia.
Syariat itu menjadi standar dan tolak ukur yang menentukan apakah suatu amal perbuatan itu benar atau tidak. Ketentuan syariah merupakan aturan dan ketetapan yang berfungsi membatasi dan mengatur mana perbuatan yang wajib dijalankan dan yang mesti ditinggalkan.
Jadi akhlak tidak boleh lepas dari kendali syariat. Syariat menjadi bingkai dalam praktik akhlak. Upaya melahirkan akhlak tidak boleh melebihi atau melanggar syariah, namun sejatinya akhlak harus lahir sebagai penguat dan penyempurna terhadap pelaksanaan syariat.
Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan juga segenap pembaca.
Oleh: Ardiansyah Ashri Husein Lc., MA
Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : https://asamuslim.id/
Edit: Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar