Menu

Minggu, 31 Agustus 2025

BENANG KEHIDUPAN

MENJAHIT HIDUP DENGAN BENANG REZEKI YANG PAS

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini Senin 8 Rabi'ul-Awal 1447 H /1 September 2025

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.

Hadirin yang dirahmati Allah....

Dalam hidup, kita sering mendengar bahwa rezeki sudah diatur. Namun, di tengah arus persaingan, mudah sekali hati tergoda untuk merasa kurang. Padahal, rasa cukup—Qanaah—adalah kunci kebahagiaan yang sering kali terlupakan. Qanaah bukan berarti berhenti berusaha, melainkan menerima dengan lapang dada apa yang telah ditetapkan Allah, sambil terus bekerja dengan niat yang baik dan benar.

Bayangkan sebuah Jarum Jahit. Ujungnya kecil, lubangnya sempit, dan hanya benang yang tepat ukuran dan arahnya yang bisa masuk. Rezeki kita seperti benang itu. Allah telah menentukan panjang, warna, dan ketebalannya. Kita bisa saja memaksa menarik benang lain, memotong-motong, atau memelintirnya agar sesuai keinginan. Tapi kalau tidak pas, ia tetap tak akan melewati lubang jarum.

Perumpamaan ini mengajarkan bahwa rezeki punya jalurnya sendiri. Kita boleh dan harus berusaha—memegang benang dengan benar, meluruskannya, bahkan membasahi ujungnya agar lebih mudah masuk. Namun pada akhirnya, jika Allah belum mengizinkan, benang itu akan tetap di luar jarum. Sebaliknya, ketika sudah waktunya, benang akan masuk dengan mudah, bahkan mungkin tanpa kita sadari.

Orang yang Qanaah memahami bahwa rezeki bukan hanya tentang uang atau harta. Sehatnya tubuh, harmonisnya keluarga, waktu luang yang bermanfaat, dan hati yang tenang—semua itu adalah bagian dari rezeki. Mereka melihat kehidupan bukan sebagai perlombaan mengumpulkan benang sebanyak-banyaknya, tapi bagaimana setiap benang yang sudah masuk bisa dimanfaatkan untuk menjahit kehidupan yang lebih rapi dan indah.

Sebaliknya, orang yang selalu merasa kurang akan terus memandang benang orang lain : warnanya lebih cerah, panjangnya lebih banyak. Mereka lupa bahwa setiap benang punya kegunaan yang berbeda. Benang emas mungkin cocok untuk pakaian pesta, tapi benang katun yang sederhana lebih pas untuk baju sehari-hari yang nyaman. Dalam Qanaah, kita belajar bahwa bukan semua rezeki orang lain akan cocok dipakai di kehidupan kita.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Beruntunglah orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim). Pesan ini menegaskan bahwa keberuntungan sejati ada pada hati yang ridha, bukan pada limpahan materi yang tiada ujung.

Menjalani hidup dengan Qanaah tidak berarti pasif. Justru, orang yang Qanaah akan lebih ringan langkahnya. Mereka bekerja bukan karena terpaksa mengejar angka, tapi sebagai bentuk syukur. Mereka menikmati proses seperti seorang penjahit yang sabar memasukkan benang demi benang, lalu menjahitnya menjadi karya yang bermanfaat.

Pada akhirnya, Qanaah membuat kita berhenti membandingkan ukuran benang yang masuk dengan orang lain. Kita mulai fokus pada keterampilan menjahit yang kita miliki, memanfaatkan apa yang ada di tangan, dan percaya bahwa setiap benang yang sudah melewati lubang jarum adalah rezeki terbaik yang telah dipilihkan Allah untuk kita.

Karena, seperti jarum dan benang, hidup ini adalah perpaduan antara ikhtiar dan takdir. Kita mengatur posisi, merapikan benang, lalu membiarkan Allah yang menentukan kapan ia akan masuk. Dan saat itu terjadi, hati yang Qanaah akan selalu berkata : Alhamdulillah, ini sudah cukup untukku.

Wallahu 'Alam Bishshawab...

Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan juga segenap pembaca.

Barakallah ..... semoga bermanfaat

-----------------NB----------------

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit &  kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏



Artikel Abah Luky
Edit:  Ndik

#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar