TASBIH, TAHMID DAN TAKBIR
(Tiga Kalimat Dzikir)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Senin 17 Syafar 1447 H /11 Agustus 2025
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Hadirin yang dirahmati Allah....
III. TAKBIR
3.1. Takbir Dalam Tradisi Umat Islam : Antara Syiar dan Spiritualitas
Takbir bukan sekadar seruan keagamaan, tetapi juga merupakan bagian penting dari tradisi dan budaya umat Islam di seluruh dunia. Kalimat “Allahu Akbar” yang berarti “Allah Maha Besar” telah melekat dalam banyak aspek kehidupan umat Islam, mulai dari ibadah, perayaan, hingga situasi kritis. Tradisi takbir mencerminkan gabungan antara dimensi syiar Islam yang tampak dan spiritualitas yang mendalam di dalam jiwa setiap Muslim.
Setiap menjelang Hari Raya, gema takbir menggema dari masjid ke masjid, dari rumah-rumah hingga jalanan. Suara takbir yang dilantunkan bersama-sama menciptakan suasana kebersamaan, semangat keimanan, dan syukur atas karunia Allah. Pada malam Idul Fitri, misalnya, takbir dilakukan sepanjang malam sebagai bentuk syiar atas berakhirnya bulan Ramadhan. Sementara pada Idul Adha, takbir dilantunkan selama empat hari berturut-turut sebagai pengagungan atas perintah dan ujian yang dijalani oleh Nabi Ibrahim Alahis Sallam.
Di berbagai negara, tradisi bertakbir juga memiliki corak lokal yang khas. Di Indonesia, takbir keliling menjadi kegiatan tahunan yang melibatkan masyarakat dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka berkeliling kampung atau kota sambil membawa obor, bedug, dan mengeraskan suara untuk melantunkan takbir. Kegiatan ini bukan hanya memperkuat syiar Islam di tengah masyarakat, namun juga menumbuhkan rasa cinta terhadap tradisi Islam sejak dini.
Namun, takbir juga memiliki sisi batin yang sangat kuat. Bagi seorang Muslim yang memahami maknanya, takbir adalah seruan hati yang menggambarkan pengakuan total terhadap keagungan Allah. Setiap kali seorang hamba bertakbir, ia sesungguhnya sedang menyatakan bahwa tidak ada yang lebih besar, lebih kuat, atau lebih pantas dipatuhi selain Allah. Dalam momen-momen pribadi, seperti ketika tertimpa musibah atau menghadapi tantangan besar, banyak Muslim yang spontan mengucapkan takbir sebagai bentuk mencari kekuatan dari Allah.
Takbir juga sering dikumandangkan saat menyambut kemenangan atau kabar baik, baik dalam konteks ibadah maupun kehidupan umum. Misalnya, ketika pasukan Muslim di masa Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam meraih kemenangan, mereka mengumandangkan takbir sebagai bentuk pujian kepada Allah atas pertolongan-Nya. Dalam kehidupan modern pun, takbir terkadang menggema dalam suasana kemenangan spiritual atau perjuangan menegakkan kebenaran.
Namun demikian, penting juga untuk menjaga agar tradisi takbir tidak kehilangan maknanya karena dilakukan hanya sebagai rutinitas. Takbir bukan sekedar suara keras atau formalitas dalam perayaan, tetapi harus menjadi refleksi keimanan yang tulus. Oleh karena itu, pengucapan takbir sebaiknya dilakukan dengan penuh kesadaran, kekhusyukan, dan penghayatan terhadap makna yang terkandung di dalamnya.
Tradisi takbir akan terus hidup selama umat Islam memelihara ruh dan maknanya. Selama masih ada hati yang mengagungkan Allah dan lisan yang jujur mengucapkannya, maka takbir akan selalu menjadi bagian dari dorongan kehidupan spiritual umat Islam, baik sebagai syiar sosial maupun pancaran iman pribadi.
3.2. Jenis-Jenis Takbir : Takbir Mursal, Muqayyad, dan Perbedaannya
Dalam tradisi Islam, takbir tidak hanya diucapkan secara umum sebagai bentuk pengagungan kepada Allah, tetapi juga memiliki jenis-jenis tertentu yang diatur dalam waktu dan situasi tertentu. Dua jenis takbir yang dikenal secara luas adalah Takbir Mursal dan Takbir Muzayyad. Meski sama-sama mengucapkan “Allahu Akbar”, keduanya memiliki perbedaan penting dalam penerapan dan waktu pelaksanaannya.
Takbir Mursal adalah Takbir yang diucapkan secara bebas tanpa terikat dengan waktu atau ibadah tertentu. Takbir ini biasanya mulai dikumandangkan sejak malam Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha, dan dilantunkan secara terus-menerus hingga waktu shalat. Di malam Idul Fitri, Takbir Mursal mulai dikumandangkan setelah matahari terbenam pada tanggal 1 Syawal, hingga Imam naik mimbar untuk khutbah Shalat Id.
Sedangkan Takbir Muqayyad adalah Takbir yang ditahan pada waktu tertentu, khususnya setelah Shalat wajib berjamaah. Takbir ini dikenal luas dalam konteks Hari Raya Idul Adha dan hari-hari Tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah). Takbir Muqayyad dimulai sejak subuh tanggal 9 Dzulhijjah (bagi yang tidak wukuf di Arafah) atau setelah Shalat Idul Adha (bagi yang wukuf), dan berakhir setelah Shalat Ashar pada tanggal 13 Dzulhijjah. Takbir ini diucapkan setiap selesai Shalat wajib lima waktu sebagai bentuk dzikir tambahan.
Tujuan dari pembagian ini adalah agar umat Islam mengisi waktu-waktu mulia dengan dzikir kepada Allah. Takbir Mursal memberikan kesempatan untuk menyemarakkan malam raya dengan penuh keimanan dan syiar Islam. Sementara Takbir Muqayyad mengajarkan disiplin dalam berdzikir pada momen-momen spesial, menegaskan bahwa kebesaran Allah harus selalu diingat bahkan setelah menyelesaikan kewajiban Shalat.
Perbedaan lainnya juga terletak pada bentuk pengucapannya. Takbir Mursal biasanya dilakukan secara berjamaah, lantang, dan semarak, baik di masjid, rumah, atau bahkan di jalan-jalan. Sementara Takbir Muqayyad lebih bersifat pribadi atau dilakukan bersama jamaah Shalat setelah salam, dengan nada yang lebih tenang dan khusyuk.
Para ulama sepakat bahwa kedua jenis Takbir ini memiliki dasar dalam praktik Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Bahkan, dalam banyak riwayat disebutkan bahwa para sahabat seperti Ibnu Umar dan Abu Hurairah berjalan di pasar sambil bertakbir, dan masyarakat pun ikut menyambut Takbir tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Takbir bukan hanya ibadah pribadi, tetapi juga syiar sosial yang memperkuat nuansa keislaman di tengah masyarakat.
Dengan memahami perbedaan dan waktu pelaksanaan kedua jenis Takbir ini, kita sebagai umat Islam dapat lebih maksimal dalam menjalankan ibadah, khususnya saat hari raya. Takbir bukan sekedar ucapan lisan, melainkan energi spiritual yang mengisi ruang dan waktu dengan pujian kepada Sang Pencipta.
3.3. Waktu-Waktu Disunnahkan Bertakbir : Panduan Lengkap di Hari Raya
Takbir merupakan salah satu ibadah lisan yang memiliki tempat istimewa dalam Islam, terutama pada momen-momen besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Tidak hanya sekedar melafalkan “Allahu Akbar”, Takbir memiliki waktu-waktu yang disunnahkan agar pengamalannya lebih bermakna dan sesuai tuntunan syariat. Dalam berbagai hadits dan riwayat sahabat, disebutkan sejumlah waktu utama untuk memperbanyak Takbir sebagai bentuk syiar Islam dan ekspresi ketundukan kepada Allah.
Waktu Pertama yang disunnahkan untuk bertakbir adalah malam Idul Fitri, yaitu setelah terbenamnya matahari pada malam 1 Syawal. Pada malam ini, Takbir dilakukan secara mursal, artinya tidak terikat oleh waktu atau ibadah tertentu. Takbir ini terus dikumandangkan hingga im6am memulai shalat Id. Dalam suasana ini, umat Islam diajak mengisi malam raya dengan semangat penghambaan dan syukur setelah menjalani puasa Ramadhan penuh.
Waktu *Kedua" adalah malam Idul Adha dan hari-hari Tasyrik, yaitu tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah. Takbir dimulai sejak malam Hari Raya dan terus berlangsung hingga tanggal 13 Dzulhijjah setelah salat Ashar. Pada masa ini, Takbir dapat dilakukan dalam dua bentuk: Takbir mur6sal (bebas waktu) dan Takbir Muqayyad (setelah shalat wajib). Khusus Takbir Muqayyad, ia disunnahkan dilakukan setiap selesai shalat fardhu. Waktu ini dimanfaatkan umat untuk mengingat keagungan Allah di tengah semaraknya ibadah kurban dan ziarah haji.
Selain momen-momen Hari Raya, terdapat juga waktu-waktu lainnya yang disunnahkan untuk bertakbir secara umum, meski tidak bersifat wajib atau terikat secara spesifik. Misalnya, saat melihat sesuatu yang menakjubkan, ketika menghadapi musuh di medan perang, atau ketika dalam kondisi sulit sebagai bentuk permohonan kekuatan kepada Allah. Dalam konteks ini, Takbir menjadi bentuk dzikir yang memperkuat keyakinan dan keberanian.
Dalam pelaksanaannya, umat Islam dianjurkan bertakbir di berbagai tempat, seperti masjid, rumah, pasar, atau bahkan di jalan. serupa yang dilakukan oleh sahabat Nabi seperti Ibnu Umar dan Abu Hurairah, mereka bertakbir di pasar dan masyarakat pun ikut menyambut Takbir mereka. Hal ini menandakan bahwa Takbir memiliki dimensi Sosial dan Spiritual yang kuat, menyatukan umat dalam satu suara pengagungan terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Syiar Takbir juga menjadi pengingat bahwa kemenangan seorang muslim sejati bukan terletak pada harta atau kekuasaan, tetapi pada kemampuannya menundukkan hawa nafsu dan ketundukan kepada perintah Allah. Oleh karena itu, menghidupkan waktu-waktu sunnah untuk Takbir adalah bentuk kecintaan kita terhadap syariat dan bukti kesadaran ruhani yang terus terjaga.
Dengan mengetahui waktu-waktu utama untuk bertakbir, kita tidak hanya mengikuti tradisi semata, tetapi juga meraih keutamaan spiritual yang luar biasa. Mari hidupkan hari-hari istimewa dalam Islam dengan gema Takbir yang tulus dari hati.
Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan juga segenap pembaca.
Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Artikel Abah Luky
Edit: Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar