Menu

Selasa, 19 Agustus 2025

MENYIKAPI ORANGBERBUAT DOSA

PETUNJUK NABI DALAM MENYIKAPI ORANG YANG BERBUAT DOSA


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini Rabu 26 Syafar 1447 H /20 Agustus 2025

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.

Hadirin yang dirahmati Allah....

Nabi Muhammad ﷺ memberikan petunjuk jelas tentang bagaimana menyikapi orang yang berbuat dosa. Intinya, fokus pada perbuatan dosa itu sendiri, bukan pada pelakunya, dengan cara yang bijaksana dan penuh kasih. Hal ini mencakup menutupi aib, tidak mengorek kesalahan, memberikan nasihat dengan hikmah, dan jika memungkinkan, memberikan solusi yang sesuai dengan kondisi orang tersebut.

Kehidupan akhir zaman semakin menyudutkan kita dengan berbagai godaan maksiat yang kian tak terbendung. Seringkali kita terjegal di dalamnya, baik karena tidak sengaja maupun sengaja disebabkan dorongan syahwat. Sehingga, akhirnya dosa maksiat melingkupi keseluruhan hidup kita dan menenggelamkan dari cahaya iman.

Ketika dosa itu pertama kali dilakukan, akan mudah disadari bahwa ini adalah suatu perbuatan yang tidak benar. Namun, lama-kelamaan para pendosa tidak lagi merasakan pahitnya dosa. Karena hatinya telah menghitam seluruhnya, sebab dosa bagaikan noktah hitam yang menutupi hati. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ

Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristigfar, dan bertobat, niscaya noda itu akan dihapus. Tetapi, jika dia kembali berbuat dosa, niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya.” (HR. Tirmidzi no. 3334. Hadis ini dinilai hasan sahih oleh Tirmidzi)

Sehingga, tatkala hati kecil memperingatkan untuk kembali kepada Allah ﷻ, jiwa tidak dapat meresponnya. Sebab, ia telah merasa begitu jauh dari Allah ﷻ dan tidak mungkin lagi diterima oleh Rabbnya. Terkadang setan pun membisikkan agar putus asa dari ampunan Allah ﷻ. Inilah hantaman dosa jangka panjang yang Allah ﷻ firmankan,

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 14)

Terdapat buah hikmah yang begitu mendalam dari kisah tentang pembunuh 100 nyawa. Dalam sebuah hadis dari sahabat yang mulia, Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ menceritakan,

“Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu, ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun, ia ditunjuki pada seorang rahib. Lantas, ia pun mendatanginya dan berkata, ‘Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah tobatnya diterima?’ Rahib pun menjawabnya, ‘Orang seperti itu tidak diterima tobatnya.’ Lalu, orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya.

Kemudian, ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang alim. Lantas, ia bertanya pada alim tersebut, ‘Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah tobatnya masih diterima?’ Orang alim itu pun menjawab, ‘Ya, masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan tobat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu (yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.’

Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat azab. Malaikat rahmat berkata, ‘Orang ini datang dalam keadaan bertobat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah.’ Namun, malaikat azab berkata, ‘Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun.’ Lalu, datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia. Mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, ‘Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.” Lalu, mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya, rohnya pun dibawa oleh malaikat rahmat.” (HR. Bukhari dan Muslim no. 2766)

Dari hadis tersebut, kita bisa mengambil faedah cara menyikapi orang yang melakukan dosa dari Nabi ﷺ.

Pertama: Memberi harapan kepada para pendosa adalah metode Allah ﷻ

Nabi ﷺ memberikan pelajaran dari kisah orang alim yang merespon dosa yang begitu besarnya itu dengan memberikan harapan. Pembunuh 100 nyawa itu sempat terputus harapannya tatkala hanya neraka yang disodorkan di hadapannya. Sedangkan sang alim, dengan keilmuannya, ia memberitahukan bahwa masih ada harapan bagi orang tersebut untuk diampuni dengan cara bertobat.

Memberikan harapan bagi pendosa adalah metode Allah ﷻ. Dalam QS. Az Zumar: 53, Allah ﷻ berfirman,

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

“Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dalam riwayat Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah ﷺ menyampaikan firman Allah ﷻ tentang diri-Nya sendiri yang senantiasa membuka pintu tobat bagi hamba-Nya. Allah ﷻ dalam sebuah hadis qudsi berfirman dengan makna,

قَالَ اللَّهُ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.

Kedua: Memutus harapan hamba adalah dosa besar

Bukanlah metode dakwah yang benar jika seseorang hanya memberi ancaman neraka saja kepada para pendosa. Bahkan, dalam sebuah hadis qudsi, metode mengancam di level memastikan orang tersebut tidak akan diampuni oleh Allah ﷻ adalah hal yang fatal. Dari Jundub bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

قال رجل: والله لا يغفر الله لفلان، فقال الله: من ذا الذي يتألى عليَّ أن لا أغفر لفلان؟ إني قد غفرت له، وأحبطت عملك. وفي حديث أبي هريرة: أن القائل رجل عابد، قال أبو هريرة: “تكلم بكلمة أوبقت دنياه وآخرته“.

Seorang lelaki berkata, ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.’ Allah berfirman, ‘Siapakah yang telah bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuninya dan menggugurkan amalmu.’ ” Dalam hadis Abu Hurairah disebutkan bahwa orang yang berbicara ini adalah lelaki ahli ibadah. Abu Hurairah berkata, “Ia berbicara dengan kata-kata yang menghanguskan dunia dan akhiratnya.”

Memastikan seorang tidak mendapatkan ampunan Allah ﷻ adalah perkataan yang melampaui batas dan tidak didasarkan dengan ilmu. Padahal, berkata tentang Allah ﷻ yang tidak berdasarkan ilmu adalah dosa yang lebih besar, bahkan dari syirik sekalipun. Allah ﷻ berfirman,

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

“Katakanlah, “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu).” (QS. Al-A’raf: 33)

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Allah ﷻ telah mengharamkan berbicara tentang-Nya tanpa dasar ilmu, baik dalam fatwa dan memberi keputusan. Allah menjadikan perbuatan ini sebagai keharaman paling besar, bahkan Dia menjadikannya sebagai tingkatan dosa paling tinggi.” (I’lamul Muwaqqi’in, 1: 31; via Maktabah Syamilah)

Ketiga: Memberikan langkah strategis kepada para pendosa

Tidak cukup dengan memberikan harapan kepada seorang pendosa, tetapi hendaknya juga memberikan panduan agar seseorang diampuni dan tidak terjerumus kembali kepada dosanya. Simaklah jawaban sang alim tersebut kepada sang pembunuh,

“Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan tobat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu (yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.”

Setelah memberikan pengharapan kepadanya, sang alim pertama kali mengajaknya untuk bertobat dan meyakinkannya bahwa tobatnya tidak akan terhalangi oleh siapapun. Kemudian ia memberikan arahan agar meninggalkan lingkungannya dan mencari tempat berkehidupan yang lebih baik.

Keempat: Pentingnya lingkungan yang baik

Langkah strategis yang dinasihatkan oleh sang alim adalah mencari lingkungan yang lebih baik. Karena bergemul di lingkungan lama yang buruk akan mempersulit seseorang untuk melakukan perubahan. An-Nawawi rahimahullah menjelaskan,

قال العلماء : في هذا استحباب مفارقة التائب المواضع التي أصاب بها الذنوب، والأخدان المساعدين له على ذلك ومقاطعتهم ما داموا على حالهم

“Para ulama mengatakan bahwa dalam hadis ini terdapat anjuran bagi orang yang bertobat untuk meninggalkan tempat-tempat di mana ia melakukan dosa, serta meninggalkan teman-teman yang membantunya dalam perbuatan tersebut, dan memutus hubungan dengan mereka selama mereka masih dalam keadaan yang sama.”

وأن يستبدل بهم صحبة أهل الخير والصلاح والعلماء والمتعبدين الورعين ومن يقتدي بهم ، وينتفع بصحبتهم ، وتتأكد بذلك توبته

“Sebaliknya, ia dianjurkan untuk menggantinya dengan berteman dengan orang-orang saleh, ulama, ahli ibadah yang wara’, dan orang-orang yang dapat dijadikan teladan, serta memberikan manfaat dari pergaulan mereka. Dengan cara ini, tobatnya akan semakin kuat dan lebih terjaga.” (Syarah Shahih Muslim, 17: 237; via islamweb.net)

Kelima: Pendosa tetap bisa menjadi orang terbaik

Ketahuilah, bahkan harapan itu terbuka untuk para pendosa mencapai level terbaik. Bukankah sebaik-baik generasi adalah generasinya para sahabat radhiyallahu anhum? Apakah mereka semua adalah seorang yang suci dan tidak pernah berbuat dosa? Orang terbaik kedua di kalangan sahabat, yakni Umar radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang sangat memusuhi dakwah Nabi ﷺ. Tentu ini bukanlah dosa yang main-main.

Namun, setelah bertobat dan menerima Islam, tidak ada yang dapat menutupi fakta bahwa Umar adalah salah satu yang terbaik di kalangan para sahabat. Bukankah Khalid bin Walid radhiyallahu anhu salah satu pelaku dosa? Namun, akhirnya ia dikenal sebagai seorang singa, panglima perang Islam.

Termasuk pula salah satu kisah tobat terbaik, yakni Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang tidak mengikuti perang tanpa uzur syar’i. Padahal, sudah ada iman di dalam hatinya, tetapi sebab setan yang mengajak hawa nafsunya untuk menunda kebaikan, hingga akhirnya ia sama sekali tidak berangkat ke Perang Tabuk. Namun, pada akhirnya dengan sebab kejujuran Ka’ab, justru ia menjadi pemenang dalam pertobatannya. Dan masih banyak keteladanan yang seharusnya menjadi motivasi bagi para pendosa untuk bangkit kembali dan memperkuat keimanannya.

Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan juga segenap pembaca.

Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat

-----------------NB----------------

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit &  kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏



Artikel: Muslim.or.id
#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar