Menu

Senin, 27 Juni 2022

CINTAMU ABADI, WAHAI KHUBAIB...!
(Bagian 3)

الســلام عليكم ورحمة الله وبركات 

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku...!

Hari ini  Selasa, 28 Zulkaidah 1443 H / 28 Juni 2022.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku....?

Hari sudah sampai di pertengahan. Terik matahari, debu-debu yang berterbang garang di antara jubah indah yang dikenakan para pemuka Quraisy, hingga kilau pasir sahara yang panas tak terkira, menemani Khubaib yang tengah mendirikan shalat dua rakaat panjang. Ia masih ingin shalat sebenarnya, menjumpai zat yang dicinta sepenuh jiwa, Allah. Ia berkata kepada orang-orang Quraisy yang menyemut memperhatikannya “ Demi Allah, jika bukanlah nanti ada sangkaan kalian bahwa aku takut mati, niscaya aku menambah shalatku”. Yah, mereka memutuskan hari itu, Khubaib harus pergi selama-lamanya. 

Beberapa dari orang Quraisy kini tengah bersiap dengan pelepah kurma yang mereka jelmakan serupa kayu salib raksasa. Tubuh Khubaib kemudian diikat kukuh disana. Khubaib mengatupkan kelopak mata, mengheningkan semua rasa yang meruah tumpah. Sesaat ia seperti terbang ke jauh angkasa. Salib pelepah terpancang sudah. Khubaib membuka mata, hamparan sahara terlihat mempesona. Di bawah sana berpuluh pasang mata menatapnya lekat. Khubaib memandang tangan mereka, beratus runcing anak panah tergenggam, beratus senjata tajam terkepal. 

Di ketinggian, dengan sepenuh kalbu, Khubaib mengalunkan syair indah, mengenang cinta manusia terpilih yang mengirimnya untuk sebuah amanah indah. Merengkuh kembali ingatan atas sabda dari bibir manis Rasul mulia, syahid di jalan Allah akan menghantar setiap jiwa bertamasya di surga. Tiba-tiba saja Khubaib merindukan Al-musthafa. Tiba-tiba saja, ia menginginkan kembali saat-saat ia terpesona dengan wajah rembulah Rasulullah. Betapa ingin ia menjumpai manusia sempurna itu untuk menuntaskan utuh kerinduannya. Angin sahara menghantar suara Khubaib, membuat langit bersuka atas setiap untaian katanya : 

Mati bagiku tak menjadi masalah.
Asalkan ada dalam ridha dan rahmat Allah.
Dengan jalan apapun kematian itu terjadi.
Asalkan kerinduan kepada Nya terpenuhi.
Ku berserah kepada Nya.
Sesuai dengan takdir dan kehendak Nya.
Semoga rahmat dan berkah Allah tercurah. 
Pada setiap sobekan daging dan nanah 

Ucapan Khubaib terhenti. Beratus anak panah menghunjam tubuhnya. Pepasir Jan’im tersaput darah yang tumpah. Tubuh Khubaib perih. Tubuh Khubaib terkoyak. Luka menganga dimana-mana, namun jiwanya merasakan ketenangan yang tak pernah diresapi sebelumnya. Suara lesat anak panah terdengar riuh. Tenaga Khubaib melemah, dengan pandangan yang kian samar, ia menengadah. Ia tak perkasa bertutur lagi. Hingga doa yang ia pinta, hanya terdengar lirih di lengang udara : 

Allahu Rabbi, ku telah menunaikan tugas dari Rasul Mu,
Maka mohon disampaikan pula kepadanya,
Tindakan orang-orang ini terhadap kami. 

Sesaat kemudian tubuh Khubaib sunyi, sesenyap lembah yang ditinggalkan para kuffar setelah puas melihat nyawanya terhembus dari raga. Angkasa berdengung menyambut ruh ksatria perindu surga. Khubaib kembali, menuju Allah yang Maha Tinggi. 

Tak seberapa lama, burung-burung bangkai memutari tubuh Khubaib yang masih mengucurkan darah. Berombongan mereka terbang datang dari kejauhan. Namun, Allah mencintai mu wahai Khubaib. Dengan cinta yang paling berkilau menyala. Dengan rahmat Nya, tak satupun burung pelahap bangkai dan nanah itu menyentuh tubuhmu yang dipenuhi panah. Satu persatu burung bangkai menghambur pergi, mengepak sayap terbang teramat jauh. Tubuhmu semerbak wahai Khubaib, hingga mereka malu dan tak mampu menyentuh meski hanya setipis kulit. 

Allah mengabadikan cinta Khubaib. Doa Khubaib sebelum syahid dikabulkan. Kerinduan Khubaib saat akan dibunuh, sampai juga kepada Rasulullah di Madinah. Rasulullah merasakan sesuatu yang tak biasanya, sambil tertunduk ia terkenang seseorang yang tak diketahuinya. Ia memohon petunjuk Allah, dan tergambarlah sesosok tubuh yang melayang-layang di udara. Segera saja Nabi mengutus Miqdad bin ‘Amn dan Zubair bin Awwam untuk mencari tahu. Sebelum keduanya pergi, suara Al-Amin terdengar syahdu dan penuh rindu “Paculah kuda kalian seperti kilat, aku sungguh mengkhawatirkannya”. 

Allah mengarahkan dan memudahkan perjalanan kedua sahabat. Mereka takjub melihat tubuh Khubaib yang masih utuh. Dalam hening, mereka menurunkan tubuh yang semerbaknya tidak hilang. Bumi menyambut Khubaib, akhirnya setelah sekian lama menunggu, bumi mendapat kehormatan untuk merengkuh dan memeluk Khubaib sepenuh cinta. 

Kisah Khubaib berakhir di sana, namun di hati para perindu surga, Khubaib tetaplah hidup, menggelorakan cinta yang tiada pernah berakhir. Cinta yang abadi. 

Saudaraku...! kadang saya senang berandai-andai. Andai Purnama Madinah itu bisa saya temui sekarang, andai Al-Musthafa itu mampu saya hubungi melalui telepon, andai manusia berparas rembulan itu bisa saya kirimi pesan singkat wa. Satu hal yang ingin saya sampaikan kepadanya, “Meski tidak sekemilau cintanya Khubaib, meski tidak sebenderang cinta Khubaib, tidak seberdenyar cinta Khubaib, tidak seabadi cinta Khubaib, perkenankanlah saya mencintaimu wahai kekasih yang ummi, dengan sebentuk cinta yang sederhana, dengan cinta yang tertatih ringkih, dengan cinta yang lahir dari hati yang kadang ujudnya buruk rupa”.

Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah...

Kami memohon KepadaMu : Karuniailah kami Umur Panjang yang Berkah...Iman yang Sempurna, Ilmu yang Bermanfaat, Rizki yang Halalan Thoyiban, Anak yang Sholeh dan Sholehah, Keluarga yang Bahagia, Do'a yang Mustajab, Kesehatan yang Berkesinambungan, Keselamatan dan Kesejahteraan di Dunia dan di Akherat serta Ridhailah Semua Ibadah Kami

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Sumber : eramuslim
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng


Tidak ada komentar:

Posting Komentar