Menu

Kamis, 21 Juli 2022

BELAJAR DARI DZULQARNAIN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku...!

Hari ini  Jum'at, 22 Zulhijah 1443 1443 H / 22 Juli 2022.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku....!

Dzulqarnain adalah seorang yang soleh. Allah menganugerahkan kepadanya kekuasaan duniawi yang amat luas. Allah abadikan kisahnya di dalam Al-Qur'an (QS. Kahfi : 83 - 101), tentunya agar kita dapat mengambil pelajaran baik darinya. 

Rahasia apa gerangan hingga ia dapat mengelola kekuasaannya yang begitu luas dengan keberhasilan, bahkan kemuliaan dari Allah...? 

Paling tidak ada dua prinsip kepemimpinannya yang dapat kita ambil pelajaran. Hal tersebut terungkap jelas ketika Allah mengujinya dengan firman-Nya :  (QS. Al Kahfi : 86). 

حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِيْ عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَّوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ەۗ قُلْنَا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِمَّآ اَنْ تُعَذِّبَ وَاِمَّآ اَنْ تَتَّخِذَ فِيْهِمْ حُسْنًا

Artinya : Hingga ketika dia telah sampai di tempat matahari terbenam, dia melihatnya (matahari) terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan di sana ditemukannya suatu kaum (tidak beragama). Kami berfirman, “Wahai Zulkarnain! Engkau boleh menghukum atau berbuat kebaikan (mengajak beriman) kepada mereka.”  (QS. Al Kahfi : 86). 

Ia tak mengartikan firman itu sebagai penghalalan arogansi kekuasaan dengan polesan kebaikan sekehendak hatinya. Amanat Allah tersebut disambutnya dengan kebijakan negarawan yang mantap dan tolok ukur yang jelas. 

Alloh Subhanahu Wata Alla Berfirman (QS. Al Kahfi : 87-88). 

قَالَ اَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهٗ ثُمَّ يُرَدُّ اِلٰى رَبِّهٖ فَيُعَذِّبُهٗ عَذَابًا نُّكْرًا

87. Dia (Zulkarnain) berkata, “Barangsiapa berbuat zalim, kami akan menghukumnya, lalu dia akan dikembalikan kepada Tuhannya, kemudian Tuhan mengazabnya dengan azab yang sangat keras. (QS. Al Kahfi : 87). 


وَاَمَّا مَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهٗ جَزَاۤءً ۨالْحُسْنٰىۚ وَسَنَقُوْلُ لَهٗ مِنْ اَمْرِنَا يُسْرًا ۗ

88. Adapun orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka dia mendapat (pahala) yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami sampaikan kepadanya perintah kami yang mudah-mudah.” (QS. Al Kahfi : 88). 

Saripati kebijakannya itu tak lain adalah keberanian moral, penegakan ketentraman dan keadilan tanpa pilih kasih. Selain itu ia memuliakan kaum yang memang  memperoleh kemuliaan, tidak terbalik-balik penuh kerancuan. 

Realisasi dua komitmen di atas, bagi Dzulqarnain, bukan saja penting dalam timbangan  kemanusiaan dan hubungan dan hubungan sosial yang sehat. Lebih dari itu, komitmen tadi utamanya adalah realisasi kehambaannya (walaupun berkuasa) terhadap titah Yang Maha Berkuasa. 

Hanya pada titik itulah ia dan siapa saja, laik menyandang posisi kholifatullah fil ardh (wakil Allah di muka bumi) dengan peran ri'ayah (pemelihara) dan sekaligus imaroh (pembangun). Dengan landasan pilarnya, penjiwaan total akan kehambaan diri (abdullah). 

Pada pertemuan dua garis (horizontal sebagai Khalifahtullah dan vertikal sebagai Abdullah) Dzulqarnain berada. Maka sebuah keniscyaan keharuman dan kejayaan terjadi, sebagai kehendak Allah itu sendiri : 

Alloh Subhanahu Wata Alla Berfirman : QS. Ali Imran : 112

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْٓا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ الْاَنْبِۢيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ

Artinya : Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.(QS. Ali Imran : 112). 

Marai kita berkaca diri, memang setiap umat atau bangsa dapat membuat dalih tentang terperosoknya mereka pada lubang kesalahan yang sama : ternistanya keadilan, mulianya keangkuhan. Tetapi sesungguhnya bukan dalih yang diperlukan untuk keluar dari persoalan. Melainkan kejelasan akar masalah dan pengenalan terhadap hukum kejayaan dan kegagalan yang pasti, lalu secara konsisten, bertahap dan kontinu berupaya meraihnya.

Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah...

Kami memohon KepadaMu : Karuniailah kami Umur Panjang yang Berkah...Iman yang Sempurna, Ilmu yang Bermanfaat, Rizki yang Halalan Thoyiban, Anak yang Sholeh dan Sholehah, Keluarga yang Bahagia, Do'a yang Mustajab, Kesehatan yang Berkesinambungan, Keselamatan dan Kesejahteraan di Dunia dan di Akherat serta Ridhailah Semua Ibadah Kami

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Sumber : republika
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng


Tidak ada komentar:

Posting Komentar