Menu

Kamis, 22 Desember 2022

ANATOMI JIWA ULAMA
( Bag 3 )

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku...! 

Hari ini  Rabu 27 Jumadil Awal  1444 H / 23 Desember  2022.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku....!

Mengapa ada Ulama yang dibenci...? 

Dalam kenyataannya, justeru tidak sedikit di antara para ulama yang menjual ayat-ayat Allah. Dalam sejarah kita saksikan jumlah mereka sangat banyak, terutama mereka yang menjual dirinya kepada para penguasa. Tugas mereka tidak lain kecuali membenarkan setiap kebijakan penguasa. Tukang stempel, pembenar atas semua kehendak raja.

Sikap dan perilaku para ulama semacam itulah yang menjadikan Karl Marx bangkit dengan kebencian yang luar biasa kepada agama. Agama dipandangnya tidak lebih dari sekadar candu atau opium bagi masyarakat. Dengan agama yang dalam hal ini direpresentasikan oleh para pendeta, rakyat tetap tanang meskipun didzalimi dan dianiaya oleh penguasa dan para pemilik modal. 

Ulama seperti ini selalu saja ada pada setiap zaman dan periode pemerintahan. Sejak dulu hingga sekarang. Tidak saja menimpa pada ulama ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani), tapi juga pada Ulama Islam. Mereka adalah budak budak para penguasa, yang selalu siap membela tuannya dengan bahasa agama. 

Sepintas sulit dibedakan antara ulama yang benar dengan ulama jahat seperti ini, karena keduanya sama-sama menyitir ayat untuk membenarkan perbuatannya. Akan tetapi orang segera tahu mana yang jahat dan mana yang benar jika yang dinilai adalah sikap dan perilakunya. Integritas dan moralitasnya. Di sini akan nampak sekali perbedaan antara keduanya. 

Ulama yang jahat akan membela mati-matian tuannya, walaupun si tuan benar-benar telah berbuat dan berperilaku menyimpang. Apapun yang dilakukan tuannya adalah benar, dan selalu dicarikan pembenarannya. Mereka tidak saja sebagai "Pak Turut", tapi penganjur fanatisme. Seandainya pemimpinnya yang juga penguasa pada saat itu berkata bahwa langit berwarna merah, merekapun membenarkannya. 

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa tidak jarang ulama yang mengajak ummatnya masuk ke jurang neraka dengan menggunakan bahasa agama. Jika setan dan para pengikutnya mengajak manusia ke neraka dengan bujukan, rayuan, dan ancaman, maka ulama model ini megajak manusia ke neraka dengan mengutip ayat dan hadits. Inilah yang diperingatkan oleh Allah : (QS. Al-Baqarah [2] : 169)

اِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْۤءِ وَالْفَحْشَاۤءِ وَاَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya : "Sesungguhnya mereka memerintahkan kepadamu berbuat jahat dan keji, dan (memerintahkan) agar kamu sekalian mengucapkan atas nama Allah apa-apa yang kalian tidak mengetahuinya." (QS. Al-Baqarah [2] : 169) 

Masih saja dijumpai sampai saat ini ulama yang berapi-api mengutip ayat Al-Qur'an dan Hadist nabi untuk menghalalkan darah saudaranya sendiri. Mereka mengajak ummatnya untuk membenci kepada seorang Muslim dengan kebencian yang nyata. Tak tanggung-tanggung merekapun menghalalkan darah seseorang atas nama jihad. Padahal telah diketahui bahwa pembunuhan di antara kaum Muslimin merupakan perbuatan dosa, bahkan si pembunuh dan yang terbunuh sama-sama masuk neraka. Jika si terbunuh dan si pembunuh sama-sama masuk neraka, bagaimana dengan orang yang memerintahkan pembunuhan? Ulama ternyata tidak sedikit yang berperan ganda. Di satu sisi sebagai Pemimpin Ummat, di sisi lain sebagai Provokator. 

Pada khutbah terakhir di waktu Hijjul Wada, Rasulullah SAW berseru : "Sesungguhnya darah dan harta kalian adalah haram atas sesama kalian, sebagaimana haramnya hari kalian ini, pada bulan kalian ini, di negeri kalian ini". 

Berbagai kerusuhan terjadi, mulai dari zaman Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, hingga sekarang ini selalu bermula dari provokasi para pemimpin agamanya. Yang satu berfatwa menghalalkan darah musuh politiknya, sementara yang lain juga melakukan hal yang sama. Inilah awal dari segala bencana. Kekerasan akhirnya menjadi satu-satunya pilihan untuk membela sang penguasa. 

Bencana apalagi yang lebih besar dari musibah seperti ini...? Ketika Ulama sudah beralih fungsi menjadi provokator, memanas-manaskan situasi yang sudah panas, maka terjadilah kekerasan, pemerkosaan hak, pemaksaan kehendak, dan kerusuhan massal. Sejarah mencatat berkali-kali peristiwa seperti ini terjadi bahkan di negeri kita sendiri.

Atas dasar catatan sejarah dan kenyataan yang ada saat ini, banyak di antara kaum Muslimin yang akhirnya dihinggapi fobia jika melihat ulamanya berpolitik. Posisi Ulama yang sangat Strategis di tengah masyarakat seringkali diselewengkan untuk kepentingan-kepentingan sesaat, yaitu membela penguasa yang tak ada jaminan kebenarannya. Mereka beralih dari Membela Yang Benar menjadi Membela Yang Bayar.

Dalam Al-Qur'an dijumpai berbagai perumpamaan. Ulama yang menguasai ilmu agama, selalu bicara atas nama agama, tapi tidak mengamalkannya, karena lebih condong kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya, dimisalkan Al-Qur'an sebagai anjing. Sebagaimana firman Allah : (QS. Al-A'raaf [7] : 176)

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنٰهُ بِهَا وَلٰكِنَّهٗٓ اَخْلَدَ اِلَى الْاَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوٰىهُۚ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ الْكَلْبِۚ اِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ اَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْۗ ذٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

Artinya : "Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalau, diulurkan lidahnya, dan jika kamu membiarkannya ia mengulurkan lidahnya juga. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir." (QS. Al-A'raaf [7] : 176)

Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah...

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani .. Yaa Fattah ... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar