Menu

Rabu, 18 Januari 2023

PRINSIP-PRINSIP DASAR KEIMANAN
(RUKUN IMAN)
Iman Kepada Para Hari Akhir
(Bagian 3)


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku...! 

Hari ini  Kamis, 27 Jumadil Akhir  1444 H / 19 Januari  2023.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku....!

Buah Iman Kepada Hari Akhir :

1. Mencintai ketaatan dengan mengharap pahala hari itu. 
2. Membenci perbuatan maksiat dengan rasa takut akan siksa pada hari itu.
3. Menghibur orang mukmin tentang apa yang didapatkan di dunia dengan mengharap kenikmatan serta pahala di akhirat.

Orang-orang kafir mengingkari adanya kebangkitan setelah mati dengan menyangka bahwa hari Akhir dengan segala peristiwa-peristiwanya adalah suatu hal yang mustahil. Persangkaan mereka jelas sangat keliru dan kesalahannya itu dapat dibuktikan dengan Syara’, Indera dan Akal.

1. Bukti Syara’

Allah berfirman, (QS. At Taghaabun : 7)

زَعَمَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنْ لَّنْ يُّبْعَثُوْاۗ قُلْ بَلٰى وَرَبِّيْ لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْۗ وَذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ

Artinya : “Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah : “Tidak demikian, demi Rabbku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. At Taghaabun : 7)

2. Bukti Inderawi

Allah telah memperlihatkan bagaimana Dia menghidupkan orang-orang yang sudah mati di dunia ini. Dalam surat Al Baqarah terdapat lima contoh mengenai hal ini. 

a. Ketika Kaum Musa berkata kepada nabinya Musa p bahwa mereka tidak akan percaya dengan risalah yang dibawa Musa p, sampai mereka melihat Allah dengan mata kepala mereka sendiri. Oleh karena itulah Allah berfirman (yang ditujukan kepada Bani Israil), yang artinya :

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang”, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah : 55-56)

b. Cerita orang yang terbunuh yang pembunuhnya dipersengketakan bani Israil. Allah lalu memerintahkan mereka untuk menyembelih sapi, kemudian daging sapi itu dipukulkan ke tubuh orang yang terbunuh itu agar dapat menceritakan siapa sebenarnya yang telah membunuhnya. Hal ini diungkapkan dalam firman-Nya, yang artinya :

“Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia, lalu kamu saling tuduh-menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman : “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.” (QS. Al Baqarah : 72-73)

c. Kisah kaum yang keluar dari negerinya karena menghindari kematian. Mereka berjumlah ribuan orang. Allah mematikan mereka, lalu menghidupkan kembali. Ini digambarkan dalam firman-Nya, yang artinya :

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati, maka Allah berfirman kepada mereka : “Matilah kamu, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS. Al Baqarah : 243) 

d. Kisah orang yang melewati sebuah desa yang hancur. Dia sangsi, bagaimana Allah bisa menghidupkan desa itu kembali. Maka Allah mematikannya selama seratus tahun, dan kemudian Allah menghidupkannya kembali. Ini dikisahkan dalam firman-Nya, yang artinya :

“Atau apakah (kamu memperhatikan) orang yang melewati suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Ia menjawab, “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman : “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah, dan lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang). Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata, “Saya yakin Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah : 259) 

e. Kisah Nabiyullah Ibrahim Al Khalil ketika bertanya kepada Allah bagaimana Dia menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. Allah memerintahkannya untuk menyembelih empat ekor burung dan memisah-misahkan bagian-bagian tubuh burung itu di atas gunung-gunung yang ada di sekelilingnya. Ibrahim memanggil burung itu, lalu tak lama tampaklah olehnya bagian-bagian tubuh burung itu menyatu dan segera mendatangi Nabi Ibrahim kembali. Ini dikisahkan Allah dalam Al Qur’anul Karim, yang artinya :

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman : “Apakah kamu belum percaya?” Ibrahim menjawab : “Saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah tetap hati saya.” Allah berfirman: “(Kalau demikian), ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu, lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu. Sesudah itu panggillah mereka, niscaya mereka akan datang kepada kamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah : 260)

Inilah contoh-contoh bukti Inderawi yang menunjukkan mungkinnya Allah menghidupkan orang-orang yang sudah mati. Telah diisyaratkan di atas, Allah menjadikan tanda-tanda Isa bin Maryam yang menghidupkan orang-orang yang sudah mati serta mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah. 

3. Bukti Akal (Logika)

Bukti akal dapat dibagi menjadi dua bagian :

a. Allah sebagai pencipta langit dan bumi seisinya telah menciptakannya pertama kali. Allah mampu menciptakan pertama kali, tentu pasti mampu pula untuk mengembalikannya. Firman-Nya :

“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkannya kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya…” (QS. Ar Ruum : 27)

“Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” (QS. Al Anbiyaa : 104)

“Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Rabb yang menciptakannya kali pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (QS. Yaasin : 79)

b. Bumi yang mati dan tandus akan hidup kembali dan tumbuhan yang mati akan bergerak subur setelah turun hujan. Yang mampu untuk menghidupkannya setelah mati, dan yang mampu menghidupkan orang-orang yang sudah mati itu sudah pasti Allah Ta’ala Mahaperkasa lagi Maha Berkehendak.

Allah berfirman, yang artinya :

”Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. Fushshilat : 39) 

”Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-bijian tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (QS. Qaaf :  9-11)

Orang yang ingkar kepada siksa kubur dan kenikmatannya mengira hal itu suatu perkara yang mustahil serta bertolak belakang dengan kenyataan karena apabila kubur itu dibongkar, akan didapati seperti semula, tidak bertambah luas dan tidak pula bertambah sempit. Persangkaan mereka ini jelas tidak benar menurut Syara’, Indera, dan Akal. 

1. Dalil Syara’

Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah pernah keluar dari salah satu kebun kota Madinah. Lalu beliau mendengar ada dua orang yang disiksa di dalam kuburnya.” Dalam hadits itu disebutkan bahwa yang satu karena tidak memelihara buang air kecil (kencing sembarangan), dan yang satunya lagi karena mengadu domba.” (Al Bukhari)

2. Dalil Inderawi

Orang yang tidur terkadang mimpi bahwa ia berada di tempat yang luas, menggembirakan, dan dia bersenang-senang di situ. Atau terkadang dia juga mimpi berada di tempat yang sempit, menyedihkan, dan menyakitkan. Terkadang seseorang bisa terbangun karena mimpinya itu, padahal ia berada di atas tempat tidurnya. Ya, tidur adalah rekan mati. Oleh karena itu Allah menyebut tidur dengan "Wafat”, seperti dalam firman-Nya, yang artinya :

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan…” (QS. Az Zumar : 42) 

3. Dalil Akal

Orang yang tidur terkadang bermimpi yang benar sesuai dengan kenyataan. Bisa jadi melihat Nabi sesuai dengan sifat beliau. Barangsiapa pernah bermimpi melihat beliau sesuai dengan sifatnya, maka dia bagaikan melihatnya benar-benar. Padahal pada waktu itu ia ada di dalam kamarnya, di atas tempat tidurnya, jauh dari yang diimpikan. Apabila keadaan tersebut suatu hal yang mungkin dijumpai di dunia, maka bagaimana tidak mungkin dijumpai di akhirat?!

Adapun dalih mereka bahwa apabila kubur itu digali, akan didapati seperti semula, tidak bertambah luas dan tidak pula bertambah sempit maka jawabannya :

1. Apa yang dibawa syara’ tidak boleh dipertentangkan dengan hal-hal yang bathil. Kalau orang yang mempertentangkan itu mau berpikir tentang apa yang dibawa oleh syara’, ia pasti mengetahui kebatilan kesalah-pahamannya itu.

Seorang penyair bertutur : Berapa banyak orang yang mencela pendapat yang benar padahal bencana itu dari pemahaman yang salah.

2. Keadaan dalam barzakh (alam kubur) termasuk hal-hal ghaib yang tidak dapat dijangkau oleh indera, karena jika hal itu dapat diindera, maka tidak ada artinya iman kepada yang ghaib, dan sama antara orang yang beriman kepada yang ghaib dan orang yang mengingkari, dalam mempercayainya.

3. Siksa kubur, nikmat kubur, luasnya kubur, dan sempitnya kubur hanya dapat dijumpai oleh mayat itu sendiri, bukan yang lain. Ini seperti yang dilihat orang tidur dalam mimpinya, dia bisa berada di tempat yang sempit yang menakutkan, atau di tempat yang luas dan menyenangkan, padahal menurut orang lain yang melihatnya tidur, tidurnya tidak berubah, masih di dalam kamar dan di atas tempat tidurnya.

Ketika menerima wahyu, Nabi Muhammad berada di tengah-tengah para sahabatnya. Beliau mendengarkan wahyu, tetapi para sahabatnya tidak mendengarnya. Bisa jadi wahyu itu diturunkan dengan cara malaikat menjelma menjadi seorang lelaki, lalu berbi-cara dengan beliau, dan para sahabat tidak melihatnya serta mendengarnya.

4. Pengetahuan manusia terbatas pada sesuatu yang hanya diijinkan Allah untuk diketahuinya. Tidak mungkin manusia dapat mengetahui apa saja yang ada. Langit yang tujuh serta bumi seisinya semua bertasbih dengan memuji Allah dengan tasbih yang sebenarnya, yang terkadang Allah perdengarkan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Meskipun demikian hal itu terhalang dari kita. 

Dalam masalah ini Allah berfirman, yang artinya :

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Israa : 44)

Demikian halnya dengan setan dan jin yang mondar-mandir pulang-pergi di atas bumi. Pernah ada jin datang kepada Nabi dan mendengarkan bacaan beliau, kemudian dia kembali ke kaumnya sebagai juru da’i. Hal itu terhalang bagi kita. 

Dalam masalah ini Allah berfirman, yang artinya :

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapak kamu dari Surga. Ia meninggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sungguh, ia dan pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al A’raaf : 27)

Apabila manusia tidak dapat mengetahui segala yang ada, maka mereka tidak boleh mengingkari perkara-perkara gaib yang ditetapkan oleh syara’ sekalipun mereka tidak dapat mengetahuinya dengan indera mereka.

Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah...

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani .. Yaa Fattah ... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar