Menu

Selasa, 14 Maret 2023

PELAJARAN DARI SEJARAH KEKALAHAN
( Bag 2 )

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini  Rabu, 23 Sya'ban 1444 H / 15 Maret 2023.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku....!

Dalam runtut penjelasan panjang itu, Allah SWT hendak mengajarkan kaum Muslimin cara yang tepat untuk menghadapi dan menyikapi kekalahan. Bahwasanya, bencana yang lebih besar dari kekalahan adalah Apabila Kita Kehilangan Kemampuan Menentukan Sikap Dalam Menghadapi Kekalahan Itu Sendiri.

Pelajaran Pertama : Untuk orang-orang kalah, mereka harus mempertahankan keseimbangan jiwa manakala kekalahan itu datang. Kekalahan, dalam berbagai medan kehidupan, sangat sering melumpuhkan, bahkan mematikan ketahanan jiwa dan semangat perlawanan seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Itulah ancaman paling berbahaya yang menimpa orang-orang yang kalah; tiba-tiba mereka kehilangan rasa percaya diri, kehilangan semangat untuk tetap bertahan dan terus melawan, kehilangan harapan dan optimisme; tiba-tiba saja dunia ini menjadi gelap dan kabut keputusasaan menutupi seluruh langit jiwanya. 

Tidak ada lagi harapan bahwa esok hari akan berganti dan matahari akan terbit kembali. Itulah saat yang paling sublim dalam kehidupan individu atau kelompok, yang dalam hal ini kita harus mampu mengelola perasaan dengan cara yang sangat rumit : kita harus mengakui kekalahan secara obyektif namun tetap memiliki energi jiwa agar survive, bertahan, dan bangkit kembali.

Untuk itu, kita membutuhkan sebuah Mizan : sebuah alat atau standar untuk mengukur tingkat supremasi yang sesungguhnya. Mizan yang kemudian ditetapkan Allah SWT adalah Iman : bahwa kemenangan dan kekalahan bukanlah ukuran supremasi dan keunggulan; bahwa kemenangan dan kekalahan hanyalah sebuah variabel yang dengannya Allah SWT menguji kita tentang apakah kita tetap bisa beriman dalam kedua situasi itu. Maka, jangan ada kesedihan yang berlebihan dan jangan ada perasan lemah dan tidak berdaya yang akan mematikan semangat perlawanan.

Allah SWT berfirman :

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. Ali 'Imraan : 139) 

Pelajaran Kedua : Untuk orang-orang kalah, mereka harus mengetahui kalau kemenangan dan kekalahan itu sesungguhnya bukanlah situasi yang permanen (tetap). Kemenangan dan kekalahan adalah piala yang dipergilirkan oleh sejarah di antara semua umat. Maka, tidak ada umat yang dapat memenangkan semua babak pertarungan, juga tidak ada umat yang ditakdirkan untuk kalah selama-lamanya. 

Kemenangan dan Kekalahan, sesungguhnya hanyalah sebuah variabel yang menjalankan sebuah fungsi : Seleksi. Penyebabnya, andaikan kaum Muslimin menang terus, kata Ibnu Qayyim, maka akan banyak orang yang bergabung dengan kaum Muslimin meskipun mereka tidak benar-benar beriman. Ditambah lagi, andaikan kaum Muslimin kalah terus, maka misi risalah kenabian tentulah tidak akan tercapai. 

Begitulah akhirnya, dalam putaran kemenangan dan kekalahan, Allah SWT menyeleksi orang-orang beriman dari orang-orang munafik. Demikian pula dalam putaran kemenangan dan kekalahan, Allah SWT menyingkap tabir pikiran dan jiwa setiap orang: maka semua yang terekam dalam pikiran dan tersimpan dalam jiwa akan tampak nyata di depan mata manakala peristiwa-peristiwa kehidupan memaksanya keluar menjadi tindakan. Allah SWT berfirman (QS. Ali 'Imraan : 140-141) :

اِنْ يَّمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهٗ ۗوَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاۤءَ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَۙ

140. Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim, (QS. Ali 'Imraan : 140)

وَلِيُمَحِّصَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَمْحَقَ الْكٰفِرِيْنَ

141. dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir. (QS. Ali 'Imraan : 141) 

Pelajaran Ketiga : Untuk orang-orang kalah, kemenangan dan kekalahan sesungguhnya merupakan fenomena yang diatur oleh sebuah kaidah. Maka, setiap umat mempunyai hak untuk menang jika mereka memenuhi syarat-syarat kemenangan. Setiap umat pasti kalah jika sebab-sebab kekalahan itu ada dalam diri mereka. Kemenangan dan kekalahan bukanlah nasib yang tidak dapat dijelaskan asal-usulnya. Maka, hal penting bagi mereka yang kalah adalah menemukan penjelasan yang tepat tentang mengapa mereka kalah, bukan melukiskan kekalahan itu secara dramatis, romantis, dan melankolis. Untuk itulah, dibutuhkan keberanian untuk melihat ke dalam lebih banyak, bukan menengok keluar dan melaknat musuh.

Oleh karena itu pula dibutuhkan kerendahan hati untuk mengakui kesalahan, kesediaan dan tekad yang kuat untuk memperbaiki diri serta memenuhi syarat-syarat kemenangan. Begitulah, Allah SWT kemudian menjadikan sejarah manusia sebagai referensi yang dapat mempertemukan kita dengan syarat-syarat kemenangan atau sebab-sebab kekalahan tersebut.

Allah SWT berfirman : (QS. Ali 'Imraan: 138-139) 

هٰذَا بَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًى وَّمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ

138. Inilah (Al-Qur'an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali 'Imraan: 138)

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

139. Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman. (QS. Ali 'Imraan: 138-139) 

Bersambung......................

Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah...

Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah...

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani .. Yaa Fattah ... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar