Menu

Rabu, 28 Februari 2024

Bagian Ketiga

ISLAM DAN KEPEMIMPINAN
(Sebuah Catatan untuk Pemimpin dan Calon Pemimpin Muslim)
Bagian Ketiga

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

سْــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــمِ

Saudaraku....!

Hari ini Kamis, 19 Sya'ban  1445 H /29 Februari 2024

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku...!

Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar.

Saudaraku...!

Karakter Yang Harus Dimiliki Dalam Sebuah Kepemimpinan, adalah : 

Pertama, Shidiq (Jujur). Seorang pemimpin wajib berlaku jujur ​​dalam melaksanakan pekerjaannya. Jujur dalam arti luas. Tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ngada fakta, tidak berkhianat, tidak pernah mengingkar janji dan sebagainya.

Mengapa harus jujur? Karena berbagai tindakan tidak jujur ​​selain merupakan perbuatan yang jelas-jelas dosa, jika biasa dilakukan, juga akan mewarnai dan berdampak negatif terhadap kehidupan pribadi dan keluarga pemimpin itu sendiri. Terlebih lagi, sikap dan tindakan yang seperti itu akan mewarnai dan mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Dalam Al-Qur'an, keharusan bersikap jujur ​​dalam memimpin, sudah dinyatakan dengan sangat jelas dan tegas antara lain kejujuran tersebut. Di beberapa ayat, dihuhungkan dengan pelaksanaan timbangan, sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala : "Sempurnakanlah takaran dan timbang dengan adil." (QS Al An'aam : 152).

Dengan menyimak ayat tersebut di atas, maka kita sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa; sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memperingatkan seluruh umat manusia pada umumnya, dan kepada para pedagang khususnya untuk berlaku jujur ​​dalam menimbang, menakar dan mengukur barang dagangan. 

Penyimpangan dalam menimbang, menakar dan mengukur yang merupakan wujud kondisi dalam perdagangan, namun tidak begitu terlihat kerugian dan kerusakan yang menimpanya pada manusia daripada tindak kejahatan yang lebih besar lagi seperti;  perampasan, pencurian, korupsi, manipulasi, pemalsuan dan yang lainnya, nyatanya tetap diharamkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya. Mengapa? Jawabnya adalah; karena kebiasaan melakukan keadaan menimbang, menakar dan mengukur dalam dunia perdagangan, akan mengakibatkan cikal bakal dari bentuk kejahatan lain yang jauh lebih besar.

Jika perampokan, pencurian, pemerasan, perampasan, sudah jelas merupakan tindakan memakan harta orang lain dengan cara batil, yang dilakukan dengan jalan terang-terangan. Namun pelanggaran penyimpangan atau keadaan dalam menimbang, menakar dan mengukur barang dagangan, merupakan kejahatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sehingga para pemimpin yang melakukan keadaan tersebut, pada hakikatnya adalah juga pencuri, merampok dan perampas dan atau penjahat, hanya mereka bersembunyi di balik lambang keadilan yaitu, timbangan, takaran dan ukuran yang mereka gunakan dalam perdagangan.

Dengan demikian, tidak ada bedanya! Mereka sama-sama penjahat. Sehingga wajar, jika Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya mengharamkan perbuatan tersebut, dan wajar pula jika para pelakunya diancam Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menerima azab dan siksa yang pedih di akhirat kelak, sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al-Qur'an yang artinya : “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, permintaan mereka terpenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang ini mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan Semesta Alam ini.” (QS. Al Muthaffifiin : 1 - 6)

Selain ancaman azab dan siksa di akhirat kelak, bagi orang-orang yang melakukan berbagai bentuk penyimpangan dan kondisi dalam menakar, menimbang dan mengukur barang dagangan mereka, sesungguhnya Al-Qur'an juga telah menuturkan dengan jelas dan tegas kisah orang-orang Madyan yang terpaksa harus menerima siksa dunia dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena menolak peringatan dari Nabi mereka Syuaib Alaihi Sallam.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala QS. Al A'raaf : 85)

وَاِلٰى مَدْيَنَ اَخَاهُمْ شُعَيْبًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ فَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَاۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَۚ

Artinya : Dan kepada penduduk Madyan, Kami (utus) Syuaib, saudara mereka sendiri. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman.”. (QS. Al A'raaf : 85)

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Ayat tersebut di atas, hendaknya menjadi peringatan bagi kita, bahwa ternyata perbuatan curang dalam menimbang, menakar dan mengukur barang dagangan, sama sekali tidak memberikan keuntungan, kehahagiaan bagi para pelakunya, bahkan hanya menimbulkan murka Allah.

Wallahu'alam Bishshawab

Bersambung Ke... Bagian Keempat

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit &  kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Sumber : Aplikasi Tausiyah Islam
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng


Tidak ada komentar:

Posting Komentar