KEBERKAHAN ILMU AGAMA, MENGANGKAT DERAJAT
MULIA PENUNTUT ILMU AGAMANYA
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Sabtu 18 Rajab 1446 H / 18 Januari 2025
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Saudaraku...!
Pada kesempatan kali ini kami akan coba menyampaikan bahasan terkait Keberkahan Ilmu Agama, Mengangkat Derajat Penuntut Ilmu Agamanya. Semoga pembahasan ini bisa bermanfaat khususnya untuk pribadi dan untuk kita semua. Tulisan kali ini menjadi dua sub bagian yang tak terpisahkan.
1. KEBERKAHAN ILMU AGAMA
Kata Berkah berasal dari bahasa Arab, Barokah, yang maknanya menurut Imam al-Ghazali adalah Ziyadah Al-Khair, yakni Bertambahnya Nilai Kebaikan.
Ilmu yang Berkah memberikan nilai kemanfaatan dan kebaikan di dalamnya. Salah satu tandanya adalah ilmu tersebut diamalkan dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain serta mendatangkan kebaikan.
Oleh karena pentingnya keberkahan ilmu tersebut, Imam Al-Ghazali dalam kitab Ayyuha Al-Walad memberi nasihat kepada para penuntut ilmu, “Meskipun engkau menuntut ilmu 100 tahun dan mengumpulkan (menghafalkan) 1.000 kitab, engkau tidak akan bersiap sedia mendapatkan rahmat Allah kecuali dengan mengamalkannya. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran.” (QS Al-Najm : 39; Al-Kahf : 107, 108 dan 110; At-Taubah : 82, Al-Furqan : 70).
Keberkahan ilmu harus dimulai dengan Niat yang Lurus dan Benar. Demikian pesan Imam Az-Zarnuji (1981 : 32) dalam kitab Ta’līm Al-Mutallim Tharīq Al-Ta’allum. Beliau mengatakan, selayaknya seorang penuntut ilmu meniatkannya untuk mencari keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, mencari kehidupan akhirat, menghilangkan kebodohan dari dirinya sendiri dan orang-orang bodoh, menghidupkan agama dan melanggengkan Islam. Sebab, kelanggengan Islam itu harus dengan ilmu dan tidak sah kezuhudan dan ketakwaan yang didasari atas kebodohan.
Selain niat, keberkahan ilmu ditentukan oleh sikap penuntut ilmu dan orang tuanya terhadap ilmu dan orang yang mengajarkan ilmu tersebut, yaitu guru. Az-Zarnuji mengatakan, “Ketahuilah, seorang murid tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat ilmu yang bermanfaat, kecuali ia mau mengagungkan ilmu, ahli ilmu, dan menghormati keagungan guru.”
Dalam tradisi keilmuan Islam, penghormatan (Ta’dzim) terhadap ustadz/guru benar-benar telah dipraktikkan. Dan ini menjadi kunci kejayaan peradaban Islam. Hal ini bisa kita lihat dari contoh-contoh yang telah ditunjukkan oleh orang-orang mulia.
Misalnya, sahabat Ali bin Abi Thalib yang oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam disebut sebagai Bab Al-‘Ilmi atau pintu ilmu. Beliau mengatakan, “Saya menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, dimerdekakan, ataupun tetap menjadi hambanya.”
Demikian pula dengan orang tua yang seharusnya memberikan penghormatan tinggi kepada para guru anak-anaknya. Pada masa keemasan Islam, para orang tua sangat antusias menyekolahkan anak-anak mereka kepada para guru (ulama). As-Shalabi (2006 : 117) menyebutkan dalam kitabnya, Fatih Al-Qasthinthiniyah, Al-Sulthan Muhammad Al-Fatih, suatu ketika, guru Sang Sultan yaitu Syekh Aq Syamsuddin masuk ke istana. Saat itu, Muhammad Al-Fatih sedang bermusyawarah dengan para pembesarnya.
Melihat kedatangan gurunya, Al-Fatih bangun dan menyambut gurunya dengan penuh hormat. Kemudian, beliau berkata kepada perdana menteri Utsmaniyah, Mahmud Pasya, “Perasaan hormatku kepada Syekh Aq Syamsuddin sangat mendalam. Apabila orang-orang lain berada di sisiku, tangan mereka akan bergetar. Sebaliknya, apabila aku melihatnya (Syekh Aq Syamsuddin), tanganku yang bergetar."
2. DERAJAT MULIA PENUNTUT ILMU AGAMA
Dalam tulisan ini, mari kita renungkan empat ayat dalam Al Qur’anul Karim, bagaimana janji Allah mengangkat derajat Penuntut Ilmu :
(1). Dalam surat Al Mujadilah ayat 11. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (QS. Al Mujadilah : 11).
(2). Dalam surat Al Anfal ayat 2-4. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقّاً لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia.” (QS. Al Anfal : 2-4)
(3). Dalam surat Thaha ayat 75. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِناً قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُوْلَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى
Artinya : “Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh beramal salih, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia) “ (QS. Thaha : 75)
(4). Dalam surat An Nisaa’ ayat 95-96. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
وَفَضَّلَ اللّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْراً عَظِيماً دَرَجَاتٍ مِّنْهُ وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً وَكَانَ اللّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
Artinya : “… dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) kedudukan beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan, serta rahmat. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisaa’ : 95-96).
Dalam empat ayat di atas, tiga di antaranya adalah penyebutan pengangkatan derajat bagi ahli iman, yaitu yang memiliki ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Sedangkan ayat yang keempat adalah penyebutan pengangkatan derajat dengan melakukan jihad. Dengan demikian seluruh pengangkatan derajat seorang hamba yang disebutkan di dalam Al Qur’an kembalinya kepada masalah Ilmu dan Jihad, yang dengan dua hal tersebut agama ini akan tegak. (Miftaah Daaris Sa’adah li Ibnil Qayyim 1/224).
Wallahu 'Alam Bishshowab
Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan segenap pembaca.
Barakallah ..... semoga bermanfaat
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : Aplikasi kumpulan tausiah Islam
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar