MEMAKNAI KEMERDEKAAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku...!
Hari ini Jum'at, 21 Muharam 1444 H / 19 Agustus 2022.
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku....!
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kemerdekaan atau Merdeka setidaknya memiliki Tiga Makna yaitu bebas dari penjajahan, bebas dari tuntutan dan tidak terikat atau tergantung pada pihak tertentu. Makna yang sama ditunjukkan oleh pesan Al-Qur’an agar manusia bebas dari segala bentuk ketundukan kecuali kepada Sang Pencipta. Al-Qur’an melarang manusia untuk tunduk kepada manusia lainnya sebagaimana isyarat al-Qur’an terkait hal tersebut : sesuai Firman Alloh SWT. Q.S Al-Hujarat [49] : 13
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya : "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujarat [49] : 13)
Dalam ayat di atas secara tegas telah Allah jelaskan bahwa yang paling mulia di antara manusia adalah yang paling bertakwa bukan siapa yang paling pintar, kaya atau tinggi kedudukannya. Sedang yang mengetahui kadar ketakwaan seseorang hanya Allah SWT. Maka tidak dibenarkan seseorang untuk merasa hina di hadapan manusia lainnya karena banyaknya harta, luasnya ilmu dan tingginya kedudukan. Kelebihan yang dimiliki oleh sebagian manusia tersebut tidak bersifat esensial tapi hanya sebuah sistem kehidupan dunia agar mereka saling mengenal atau menolong sebagaimana pesan tersebut juga dijelaskan dalam ayat di atas dalam bentuk penciptaan manusia dari laki-laki dan perempuan.
Lebih jauh, tidak hanya dilarang menghambakan diri kepada sesama makhluk bahkan kita juga dilarang menghambakan diri kepada Hawa Nafsu Kita dan itu terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Lihatlah keterangan Al-Qur’an berikut ini; Firman Alloh SWT. Q.S Al-Furqan [25] : 43
اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ
Artinya : “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, (Q.S Al-Furqan [25] : 43)
Ada mereka yang tunduk dengan keinginan dan angan-angan mereka sehingga mereka melangkah jauh tanpa arah sesuai dengan kesenangan yang mereka dambakan meski pada akhirnya akan menabrak batasan-batasan yang telah Allah tetapkan.
Meski demikian, Allah tetap memberikan pilihan kepada hambanya untuk menentukan sendiri langkahnya setelah Ia jelaskan mana yang baik dan sebaliknya. Misalnya Allah memberikan kemardekaan dalam bentuk kebebasan mereka apakah mau beriman atau tetap dalam kekufuran, lihat Q.S Al-Kahf [18] : 29. Salah satu agenda Nabi Muhammad SAW sampai para Khulafa al-Rasyidin adalah menghilangkan ketundukan-ketundukan kepada sasama manusia tersebut. Sehingga tidak heran dalam penaklukan yang mereka lakukan hanya sebatas menghilangkan belenggu yang membuat manusia tersebut tidak merdeka lagi.
Jika manusia tersebut telah merdeka dalam menentukan pilihannya maka Nabi memberikan pilihan kepada mereka untuk beriman atau sebaliknya tanpa memaksakan mereka. Karena pada dasarnya keimanan haruslah berdasarkan pilihan seseorang secara merdeka sebagaimana salah satu makna Islam yang terambil dari kata aslama memiliki makna ketundukan secara sukarela kepada Allah SWT.
Hari ini Rabu, 17 Agustus 2022 Indonesia kembali memperingati hari lahirnya yang Ke 77. Perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang bangsa yang berakhir dengan merebut kemenangan diperingati dalam setiap tahunnya.
Islam sebagai agama yang sempurna juga mendiskusikan hal-hal kemerdekaan. Apalagi, Islam hadir dalam rangka Menumpas Penindasan, Penjajahan, dan Intimidasi yang dilakukan oleh orang-orang Kafir Makkah. Islam lahir untuk menumpas Penjajahan dan Ketidakadilan.
Al-Qur’an menggambarkan pesan kemerdekaan dalam kaitannya dengan pembebasan atas ketertindasan. Kemerdekaan yang merupakan usaha yang sulit digapai, sukar, dan perlu didaki dengan sekuat tenaga tersirat dalam QS. Al-Balad : 12. Pada ayat tersebut Allah berfirman, “Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?”
Para ulama ahli tafsir memaknai ayat tersebut sebagai Usaha Kemerdekaan. Kemerdekaan yang harus dilalui dengan pendakian. Lantas, apa saja hal-hal yang perlu dimerdekakan menurut Al-Qur’an? Itu dijawab oleh ayat-ayat berikutnya.
Pertama dalam QS. Al-Balad : 13, Allah berfirman, “Melepaskan budak dari perbudakan.” Hal pertama yang perlu dimerdekakan menurut Al-Qur’an adalah budak. Budak dalam makna kontekstual dapat bermakna orang-orang yang tidak mendapatkan hak keadilan, persamaan, dan selalu menjadi objek kekerasan.
Kedua, dalam QS. Al-Balad : 14, Allah berfirman, “Memberi makan pada hari kelaparan.” Hal yang penting menurut Al-Qur’an perlu dimerdekakan adalah orang-orang yang kelaparan. Orang yang mengaku telah merdeka harus memastikan bahwa di suatu tempat tidak boleh ada lagi orang-orang yang kelaparan, baik kelaparan makanan, ilmu, maupun pengetahuan.
Ketiga, dalam QS. Al-Balad : 15, Allah berfirman, “(memberi) Anak Yatim yang ada hubungan kerabat.” Anak Yatim merupakan objek yang perlu dikasihani dalam bingkai kemerdekaan. Perhatian pada anak yang tidak memiliki Ayah, atau bahkan Ibu, menjadi salah satu syarat dalam eksitensi kemerdekaan.
Dan Keempat, dalam QS. Al-Balad : 16, Allah berfirman, “(memberi) Anak Yatim atau orang miskin yang sangat Fakir.” Sebagaimana orang yang kelaparan dan anak yatim, fakir dan miskin juga menjadi objek yang harus dimerdekakan, baik oleh negara maupun orang-orang yang mampu.
Sudahkah Kita Merdeka pada HUT RI Ke-77 tahun ini? Salah satunya adalah merdeka dalam berpikir sehingga tidak didikte oleh siapapun. Al-Qur’an juga sangat tegas mengkritik mereka yang melakukan sesuatu bukan atas kebebasan berpikirnya namun hanya mengikuti nenek moyang mereka sehingga mengabaikan pengetahuan terhadap amal tersebut. Dampak negatifnya adalah amal itu akan menjadi ritual sedang nilai-nilainya sudah berguguran maka tidak heran pada hari ini ditemukan perbedaan jauh antara apa yang diucapkan dan apa yang diperbuat karena yang mereka lakukan tanpa dasar keilmuan.
Begitulah makna Kemerdekaan dalam Al-Qur’an.
Wallahu 'Alam Bishshowab
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah...
Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah...
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani .. Yaa Fattah ... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan PertolonganMU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar