PUASA RAMADHAN DALAM PERSPEKTIF TASAWUF
(Bag 2)
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Jum'at, 1 Syawal 1444 H /21 April 2023.
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku....!
Puasa memiliki aspek zahir sebagaimana ia mempunyai aspek batin. Aspek zahir puasa adalah seorang mukmin berniat untuk menjalankan puasa dari azan Subuh sampai azan maghrib dengan menjaga adab-adab dan hukum-hukum fikih yang terkait dengan puasa supaya puasanya sah dan tidak batal. ‘Urafa dan kaum sufi mengatakan bahwa di balik zahir puasa ini juga terdapat batin puasa dan aspek zahirnya tidak terlalu penting. Jalaluddin Rumi mengumpamakan orang yang berpuasa yang hanya puas memperhatikan aspek zahirnya dengan “kucing yang zuhud” dan menurut beliau puasa model ini tidak memiliki hasil/manfaat.
Hasil dan manfaat puasa menurut sufi adalah berlepas dari tirai kelalaian dan kelupaan. Sebab, ‘arif/sufi meyakini bahwa dunia ini adalah dibangun di atas pilar kelalaian dan manusia di dunia ini cenderung lalai. Dan bila memang kita mampu berpuasa secara benar dan beribadah juga secara sahih maka kita akan selamat dari cengkraman kelalaian ini.
Rumi saat membahas puasa, ia mengatakan bahwa manusia dalam berpuasa harus memperhatikan seluruh masalah dan seluruh ibadah adalah cahaya syariat dan penyebab sampainya seseorang ke jalan kesempurnaan. Rumi menilai bahwa zahir puasa adalah imsak dari makan dan minum namun ia memaknai puasa secara khusus, yakni puasa menurut tasawuf adalah seseorang yang melakukan imsak (menahan diri) dari selain Allah. Dan zahir imsak ini adalah tidak makan dan tidak minum, sedangkan batinnya adalah imsak dari selain Allah SWT.
‘Urafa juga tidak memaknai Ifthar (berbuka puasa) secara zahir, yakni waktu ifthar itu terjadi saat terbenamnya matahari, namun mereka memaknai dan menafsirkan ifthar hakiki dengan seseorang yang berpuasa di waktu pagi sampai maghrib dan malam harinya matanya tersinari dengan Keindahan Sang Kekasih. Inilah ifthar yang sesungguhnya. Sebagai contoh, selama bulan Ramadhan kita harus menjaga pandangan kita dari memandang wanita non-muhrim. Rumi mengatakan, selama berpuasa, mata Anda harus terpejam (tertutup) dari segala bentuk non-muhrim sehingga di waktu malam yang merupakan saat ifthar maka diizinkan untuk dibuka. Oleh karena ini, hasil dari puasa ini adalah ifthar di waktu malam dan ifthar ini bermakna perjumpaan dengan Sang Kekasih. Dan puasa yang tidak berhasil mencapai perjumpaan dengan Sang Kekasih adalah puasa yang tertolak.
Abu Thalib Makki mengatakan: “Allah berfirman,’ Dan mintalah pertolongan) kepada Allah (dengan sabar dan (mengerjakan) shalat (QS. Al Baqarah : 45 dan 153),
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِي
45. Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (QS. Al Baqarah : 45)
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
153. Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah : 153),
Dalam pelbagai kitab tafsir disebutkan bahwa yang dimaksud sabar dalam ayat ini adalah puasa. Karena itu, Rasulullah SAW menamakan bulan puasa dengan sebutan Syahru Ash-shabr (bulan sabar). Sebagian ulama mengatakan bahwa tujuan meminta pertolongan pada sabar dalam ayat tersebut adalah zuhud di dunia melalui puasa. Sebab orang yang berpuasa bagaikan zahid (orang yang mempraktikkan zuhud) sekaligus ‘abid (ahli ibadah), dan puasa adalah kunci zuhud serta pintu ibadah kepada Maula (Sang Pemimpin Agung). Karena puasa mampu menahan nafsu makan dan minum.
Barokallahu Fikum
Wallahu 'Alam Bishshowab
Saudara-Ku.....?
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu Langit-Mu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan Harapan dan Do'a.
"Yaa Allah... Berilah keberkahan pada kami di bulan Rajab, bulan Syaban dan sampaikanlah kami di bulan Ramadhan." (HR Ahmad)
"Yaa Allah... Perlihatkanlah hilal itu kepada kami dengan keamanan dan keimanan, keselamatan dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, hilal petunjuk dan kebaikan." (HR.At Tirmidzi Hadis No 3451)
"Yaa Allah... Selamatkanlah aku untuk bulan Ramadhan dan selamatkanlah bulan Ramadhan untukku, serta selamatkanlah Ramadhan dariku demi amal ibadah yang diterima." (HR Thabrani dan Al-Dailami)
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب ال
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar