Menu

Sabtu, 19 Agustus 2023

KEMERDEKAAN

MENSYUKURI  KEMERDEKAAN

(Sebuah Refleksi)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini  Ahad 3 Syafar 1445 H /20 Agustus 2023

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku...!

Definisi kemerdekaan dalam bahasa Arab yaitu Al-Istiqlal sehingga hari kemerdekaan disebut Ied Al-Istiqlal.

Sedangkan menurut KBBI, kemerdekaan sendiri bermakna keadaan berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak lagi terjajah, dan sebagainya) atau kebebasan.

Kemerdekaan adalah hak segala individu, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara bahkan peradaban manusia. Penjajahan di dunia harus di hapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan, perikeadilan dan nilai-nilai kemuliaan manusia. 

Kemerdekaan Indonesia adalah Rahmat dan Nikmat Allah SWT atas perjuangan dan pengorbanan harta, darah bahkan nyawa para pejuang dan seluruh rakyat Indonesia. Kemerdekaan Indonesia sebagai nikmat dari Allah SWT harus disyukuri dengan menyadari secara mendalam bahwa kemerdekaan ini adalah karunia yang sangat mulia dari Allah SWT, yang merupakan amanah untuk dimanfaatkan dan digunakan untuk meraih kembali kedaulatan negara, kehormatan, keadilan, kesejahteraan dan kemuliaan sebagai manusia dan hamba Allah.

Kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu karunia besar dari Allah Subhaanahu Wa Ta’aala kepada hamba-Nya. Ini merupakan Ni’mat Utama sesudah Ni’mat Keimanan. Sebagaimana ni’mat-ni’mat lainnya Allah Subhaanahu Wa Ta’aala memerintahkan kita untuk mensyukurinya. Sebab Mensyukuri ni’mat akan melipatgandakan terhadap nikmat-Nya. Sedangkan Kufur ni’mat akan menyebabkan ni’mat itu berubah menjadi sumber bencana bahkan azab dari Allah SWT.

Tugas utama sebagai rakyat Indonesia khususnya umat Islam yang mayoritas di negeri tercinta ini adalah bagaimana menjaga,  mempertahankan dan  memperjuangkan  kemerdekaan, kedaulatan dan kehormatan bangsa untuk berdiri setara bahkan terdepan dengan bangsa-bangsa lain. Begitupula bagaimana memanfaatkan semaksimal mungkin semua potensi yang dimiliki untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan berperadaban.

Adalah suatu ironi sebagai bangsa yang berjuang berabad-abad mengusir para penjajah seperti; Portugis, Inggris, Belanda, dan Jepang dengan semangat takbir Allahu Akbar, lalu saat meraih kemerdekaan justru membesarkan paham materialisme, kapitalisme, sekulerisme, individulisme, hedonisme, serta pergaulan bebas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Masihkah kita perlu heran mengapa setelah hidup di alam kemerdekaan berpuluh tahun justru kita sebagai bangsa semakin terpuruk? Ketidakadilan, dominasi kekayaan alam oleh negara lain, jeratan hutang, gempuran tenaga kerja asing, kemiskinan, pengangguran, tingkat kriminal, ketimpangan  sosial, maksiat, kerusakan moral, kebodohan dan lain-lain adalah fenomena yang hidup yang masih kita rasakan sampai sekarang ini.

Bukankah apa yang sedang kita alami sekarang hanyalah sebuah bukti kebenaran dan peringatan Allah SWT ”… dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Mengingkari ni’mat maknanya di sini adalah tidak memanfaatkan ni’mat kemerdekaan di jalan Allah SWT, artinya menjauhkan nilai-nilai ilahiyah sebagai landasan kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.

Kemerdekaan seseorang atau suatu bangsa sangat ditentukan pada seberapa besar upaya individu atau bangsa tersebut menjadikan kalimat tauhid laa ilaaha illallah sebagai motivator dan inspirator utama pembebasan diri atau bangsa dari dominasi apapun atau siapapun selain Allah SWT. Dan pada dasarnya inilah yang telah dida’wahkan oleh Rasulullah SAW dan segenap nabi dan rasul lainnya sejak dahulu kala,  sebagaimana firman Allah SWT yang artinya : “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut (sembahan selain Allah)  itu” (QS An-Nahl : 36). 

Suatu masyarakat atau negara bahkan individu tidak akan merdeka jika mereka tunduk kepada godaan syetan yakni Nafsu dan Cinta Dunia. Mengapa? Pertama, Nafsu akan membawa manusia kapada dosa-dosa dan kedzaliman. Bila ke kedzaliman terus berlangsung Allah SWT. akan mencabut keberkahan. Bila keberkahan tidak ada, maka penderitaan akan terus menimpa penghuni sebuah negeri. Kedua, Nafsu akan menyeret manusia kepada kerakusan dan kesombongan yang oada akhirnya melahirkan kekejaman terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Tidak sedikit pelecehan dan pembantaian terhadap nilai-nilai kemanusiaan terjadi hanya karena karakusan terhadap harta dan kekuasaan. Ketiga Nafsu membuat manusia akan memiliki sifat-sifat seperti  binatang. Bila manusia lebih didominasi oleh sifat kebinatangannya ia akan lebih kejam dan lebih berbahaya dari binatang, sebagaimana firman Allah SWT: ..“ulaaika kal an’aam balhum adhal.” Keempat, Cinta Dunia akan mematikan hati nurani sehingga hati menjadi keras karena mengagungkan dan diperbudak oleh dunia. Sebab dengan mengagungkan dan diperbudak oleh dunia, ia akan lupa kepada amalan untuk bekal akhirat sebagaimana firman  Allah SWT : ..“bal tu’tsiruunal hayaatad dunyaa wal aakhiratu khairuw wa abqaa.”

Kemerdekaan yang hakiki juga bermakna memberi kebebasan dan kelapangan hati, pikiran, dan perbuatan manusia  untuk menyampaikan pendapat dan berkreasi dalam amal perbuatan  secara terbuka tanpa ada rasa kahwatir, takut dan tertekan. Firman Allah SWT yang artinya : “Bebuatlah kamu, maka Allah, Rasul-Nya, dan Orang-orang beriman akan melihat perbuatanmu.” (QS. At Taubah [9] : 105). “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (untuk memilihnya). Tetapi Dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.” (QS. Al-Balad [90] : 10-11). “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (QS. Al Baqarah [2] : 256). Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir.” (QS. Al Kahfi [18] : 29). Selain itu, setiap orang dipersilahkan untuk menjalankan syariat agamanya. Kewajiban seorang muslim hanyalah menyampaikan kebenaran dengan cara yang arif dan bijaksana. Allah SWT berfirman yang artinya “Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.” (QS. Al-Kaafiruun [109] : 6). Nabi Muhammad SAW bahkan dinasehati Allah SWT untuk tidak memaksa orang kafir beriman, “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?.” (QS. Yunus [10] : 99)

Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang mampu memerdekaan rakyat dan bangsanya dari ketergantungan ekonomi dan politik bangsa-bangsa lain serta mampu membangun kemandirian ekonomi dalam mengelola sumber ekonomi negaranya untuk menggapai kehidupan yang mandiri,  adil dan sejahtera serta bermartabat.

Selain itu bangsa yang merdeka adalah bangsa yang masyarakatnya merasakan adanya kepastian hukum yang tegas dan adil kepada semua pihak, dimana hukum menjadi payung dan panglima dalam  berbangsa dan bernegara tanpa ada sedikitpun diskriminasi untuk semua rakyat dalam kaca mata hukum apapun latar belakangnya.

Akhirnya kemerdekaan yang telah diraih dengan pengorbanan pikiran, tenaga, harta, kekuarga, air mata dan nyawa pejuang-pejuang bangsa terdahulu, kita dapat menjaga, mempertahankan, memperjuangkan, dan  mengisi kemerdekaan dengan memaksimalkan seluruh potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia, dan nilai-nilai juang bangsa Indonesia.  Oleh karenanya itu diharapkan semangat dan kebersamaan sebagai bangsa yang besar untuk bangkit melawan belenggu ketertinggalan  untuk mencapai kehidupan bangsa yang Mandiri, Adil dan Makmur yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu terwujudnya Negara dan bangsa yang Baldatun Tayyibatun Warabbun Ghafuur.

Barokallahu Fikum...
Semoga Bermanfaat.
Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit &  kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Sumber : Aplikasi Tausiyah Islam
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng


Tidak ada komentar:

Posting Komentar