Menu

Selasa, 20 Agustus 2024

KENDALIKAN AMARAHMU

KENDALIKAN AMARAHMU
(
Hanifa Nadhya Ulhaq)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini  Rabu 16 Shafar 1446 H /21 Agustus 2024

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku...!

Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.

Saudaraku...!

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰۤىِٕرَ الْاِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَاِذَا مَا غَضِبُوْا هُمْ يَغْفِرُوْنَ

Artinya : “(Kenikmatan itu juga lebih baik dan lebih kekal bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, dan apabila marah, mereka segera memberi maaf.” (QS. Asy-Syura: 37)

Pada ayat yang agung ini, Allah Tabaraka wa Ta’ala menyebutkan sifat-sifat orang beriman, di antaranya adalah apabila mereka marah kepada seseorang karena perkataan atau perbuatannya, mereka segera memaafkan orang tersebut, sampai hilang rasa dendam dan ingin menyakiti orang yang membuatnya marah. Karena itulah jiwa mereka terlindungi dan hati mereka selamat (tentram) terhadap satu sama lain.

Disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

أن رجلًا قال للنبي صلى الله عليه وآله وسلم: أوصني، قال: (لا تغضب)، فردَّد مرارًا، قال: (لا تغضب)

Seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku nasihat. ”Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah engkau marah.” Orang tersebut mengulangi permintaannya berkali-kali, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari)

Pada hadis ini diceritakan bahwa ada seseorang yang dikenal dengan sifatnya yang mudah marah. Ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta nasehat yang mudah diterapkan dalam hidupnya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatinya dengan apa yang ia butuhkan, bermanfaat, dan sesuai dengan keadaannya, yaitu jangan marah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasehat ini karena kemarahan bisa membuat seseorang keluar dari kebiasaan dan tabiatnya, juga membuat darah bergejolak dalam dirinya, dan ingin memberi hukuman orang yang membuatnya marah. Lalu keluarlah kata-kata dan perilaku yang tidak dipikirkan konsekuensinya, kemudian ia menyesali semua perbuatannya setelah ia sadar.

Sebagaimana penyair berkata,

ولم أرفي الأعداء حين اختبرتهم – عدوا لعقل المرء أعدى من الغضب

“Dan aku tidak pernah melihat di antara musuh-musuh yang telah aku uji, musuh yang lebih berbahaya bagi akal manusia daripada kemarahan.”

Bait syair ini menjelaskan bahwa musuh terbesar pikiran sebenarnya bukan orang lain, melainkan amarah yang tumbuh dalam diri seseorang. Ketika seseorang kehilangan kendali atas amarahnya, ia berada di dalam keadaan yang tidak jauh dengan keadaan binatang buas. Ketika marah, seseorang bisa mengucapkan perkataan yang buruk, melukai perasaan orang lain, durhaka kepada orang tua, atau bahkan menceraikan istrinya yang sudah hidup bersamanya bertahun-tahun. Dan rupanya, itu adalah talak terakhirnya, lalu jatuhlah ia ke dalam dilema sehingga mencari solusi dari para syaikh dan hakim.

Ketika marah, seseorang bisa memukul anaknya dengan keras yang menyakiti raga dan jiwanya. Ketika marah, seseorang bisa memutus tali silaturahminya pada saudara dan kerabatnya. Ketika marah, seseorang bisa kehilangan akalnya bahkan membunuh saudaranya semuslim. Dari sini kita saksikan bahwa terjadinya pertumpahan darah dan hal-hal buruk lainnya bisa disebabkan oleh kemarahan seseorang dalam hidupnya. Imam Ja’far Ash-Shadiq pun berkata, “(Melampiaskan) kemarahan adalah kunci dari semua keburukan.”

Khalifah Umar bin Abdul Aziz menuliskan dalam suratnya kepada salah satu gubernurnya, “Janganlah kamu menghukum orang dalam keadaan marah. Apabila kamu marah, maka tawanlah. Jika amarahmu sudah reda, keluarkanlah ia (tawanan) dan hukumlah sesuai kesalahannya tetapi janganlah melebihi dari 15 cambukan.”

Bagi orang yang cepat marah, ia perlu berusaha untuk mengendalikan kemarahannya, melatih diri untuk bersabar, lembut, memaafkan, dan tidak terburu-buru dalam menanggapi situasi yang membuat marah. Abu Hurairah radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ليس الشديد بالصُّرَعة، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب

“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) itu yang bisa mengalahkan orang lain, tetapi orang kuat (yang sebenarnya) adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya saat marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Terdapat beberapa petunjuk dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meredakan kemarahan, di antaranya sebagai berikut,

Meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk

Sulaiman bin Surad radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa dua orang saling mencaci di hadapan Nabi ketika kami sedang berkumpul, salah satu mereka marah hingga wajahnya memerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

إني لأعلمُ كلمةً لو قالها لذهب عنه ما يجد، لو قال: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

“Saya tahu satu kata yang jika dia mengucapkannya, kemarahannya akan hilang: ‘A’udzu billahi minasy-syaithanir-rajim (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk).” Kami pun (para sahabat) berkata, “Apakah kamu mendengar yang dikatakan Nabi?” Maka ia menjawab, “Saya bukan orang gila.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengubah posisi ketika marah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذا غضبَ أحدُكم وَهوَ قائمٌ فليجلِسْ فإن ذَهبَ عنْهُ الغضبُ وإلَّا فليضطجِعْ

“Jika salah satu dari kalian marah dalam posisi berdiri, maka duduklah. Jika masih marah, maka berbaringlah.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Al-Khathabi rahimahullah menjelaskan bahwa orang yang berdiri lebih siap untuk bertindak agresif, sedangkan yang duduk lebih tenang, dan yang berbaring lebih sulit untuk bergerak. Ini dilakukan agar tindakan impulsif yang bisa disesali nanti tidak terjadi.

Mengubah posisi juga membantu mengalihkan pikiran dan meredam kemarahan. Jika seseorang merasa tidak bisa mengendalikan amarahnya, sebaiknya ia menjauh dari tempat tersebut sampai tenang. Sebagaimana kisah Nabi shallallahu alaihi wa salam yang pindah dari lembah yang didatangi setan saat beliau tertidur dan melewatkan salat Subuh.

Petunjuk-petunjuk ini memerlukan latihan dan waktu untuk menerapkannya. Tetapi sedikit demi sedikit, kemarahan dan reaksi impulsif akan berkurang. Seseorang akan melihat manfaat dari mengendalikan diri terhadap keadaan emosional dan kesehatannya, serta hubungannya dengan keluarga, teman, dan masyarakat.

Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat

Penerjemah: Hanifa Nadhya UlhaqArtikel Muslimah.or.id
Catatan kaki:
Artikel ini diterjemahkan dari tulisan karya Dr. Ahmed Adel Al-Azmi yang dapat diakses di:https://www.alukah.net/sharia/0/168990

-----------------NB----------------

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit &  kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Sumber : Aplikasi kumpulan tausiah Islam
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar