TUNTUNAN ISLAM DALAM MENJAGA PERASAAN
Oleh Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Rabu 16 Jumadil-Akhir 1446 H / 18 Desember 2024
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Saudaraku...!
Menjaga perasaan adalah salah satu etika yang diajarkan dalam agama Islam. Teladan kita, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang sangat perasa, mudah tersentuh empatinya, meskipun hanya dengan melihat orang lain.
Dikisahkan dari Abu Sa’id
Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ketika sedang bepergian bersama
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau beristirahat di tengah perjalanan.
Tiba-tiba datang seorang pria menunggang di atas unta miliknya yang mulai
menoleh ke kanan dan ke kiri (mencari sesuatu yang dapat mengganjal perutnya,
karena para sahabat menjaga diri dari meminta-minta,-penj). Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam lantas bersabda,
مَنْ كَانَ مَعَهُ فَضْلُ
ظَهْرٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ ظَهْرَ لَهُ وَمَنْ كَانَ لَهُ فَضْلٌ مِنْ
زَادٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ زَادَ لَهُ
“Barangsiapa yang mempunyai
kelebihan kendaraan (tungganganya masih ada tempat duduk), maka hendaklah ia
berikan kepada yang tidak mempunyai kendaraan. Dan barangsiapa yang memili
kelebihan bekal, maka hendaklah ia berikan kepada yang tidak mempunyai bekal.”
Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan beberapa jenis harta yang lain
sehingga kami mengira bahwa kami tidak berhak atas kelebihan harta yang kami
miliki. (HR. Muslim no. 1728)
Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam menyampaikan sabda di atas sebagai respon terhadap salah seorang
sahabat beliau yang kekurangan bekal makanan. Dan beliau mengawalinya dengan
tidak langsung tertuju pada makanan, akan tetapi pada ajakan memberikan tunggangan
karena menjaga perasaan sahabat tersebut.
Dalam riwayat lain, dari Jabir
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- يَتَخَلَّفُ فِى الْمَسِيرِ فَيُزْجِى الضَّعِيفَ وَيُرْدِفُ وَيَدْعُو
لَهُمْ
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam biasa berada di belakang rombongan ketika dalam perjalanan
guna membantu, memboncengkan, dan mendoakan yang lemah.” (HR. Abu Daud no. 2639
. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadis ini sahih.)
Anjuran menjaga perasaan antar
sesama
Dalam Islam, yang pertama kali
diperhatikan terkait menjaga perasaan adalah terhadap orang-orang terdekat,
yaitu keluarga dan tetangga. Antara anggota keluarga yang satu dengan lainnya,
maka Islam menekankan agar saling menjaga perasaan untuk terciptanya keutuhan
dan keharmonisan dalam rumah tangga. Istri patut menjaga perasaan suaminya dan
begitu pula seorang suami perlu menjaga perasaan istrinya. Anak wajib menjaga
perasaan kedua orang tuanya, sebaliknya orang tua juga harus menjaga perasaan
anak-anaknya terutama dalam masalah adil.
Allah Ta’ala berfirman terkait
wajibnya menjaga perasaan dalam keluarga, terutama anak kepada orang tuanya,
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا
اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ
اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ
لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ
“Tuhanmu telah memerintahkan
agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu
bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan
kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, serta
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Rendahkanlah dirimu terhadap
keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, sayangilah
keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada
waktu kecil.’ ” (QS. Al-Isra’: 23-24)
Ayat tersebut menginstruksikan
agar kita berbuat baik kepada kedua orang tua dan dilarang untuk bersikap kasar
atau mengucapkan kata-kata yang menyakitkan. Sebaliknya, kita harus menjaga
perasaan mereka dengan berbicara yang baik dan penuh hormat.Allah Ta’ala juga
berfirman terkait hubungan suami dan istri,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَرِثُوا۟ ٱلنِّسَآءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا۟
بِبَعْضِ مَآ ءَاتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّآ أَن يَأْتِينَ بِفَٰحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ ۚ
وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟
شَيْـًٔا وَيَجْعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“Hai orang-orang yang beriman,
tidak halal bagi kalian mewarisi wanita dengan cara paksa, dan janganlah kalian
menyusahkan mereka agar kalian dapat mengambil sebagian dari apa yang telah
kalian berikan kepada mereka, kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji yang
nyata. Dan perlakukanlah mereka dengan baik. Jika kalian benci kepada mereka,
maka bisa jadi kalian membenci sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa: 19)
Ayat ini menegaskan bahwa suami tidak boleh memperlakukan istri dengan cara paksa atau menyusahkan mereka. Bahkan, jika ada ketidaksukaan, suami diingatkan untuk tetap berperilaku baik dan tidak melakukan tindakan yang merugikan. Ayat di atas juga menekankan pentingnya sikap saling menjaga perasaan dan menjaga hubungan yang harmonis dalam pernikahan, baik suami maupun istri, harus diperlakukan dengan baik dan penuh kasih sayang.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ
وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku.” (HR. At Tirmidzi no. 3895 dan Ibnu Majah no. 1977. Lihat Ash-Shahihah no. 285.)
Selain keluarga, tetangga
merupakan orang terdekat dalam kehidupan seseorang. Dalam ajaran Islam, menjaga
hubungan baik dengan tetangga dianggap sebagai bagian dari iman. Tindakan yang
baik dan menjaga perasaan tetangga adalah cara untuk menciptakan lingkungan
yang rukun dan serasi.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ،
وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ
“Demi Allah, tidak beriman!
Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman! ”Para sahabat bertanya,
“Siapa ya Rasulullah?” Beliau menjawab,
لَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ
بَوَايِقَهُ
“Orang yang tetangganya tidak
merasa aman dari keburukannya.” (HR. Bukhari no. 6016)
Dalam riwayat lain,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Tidak akan masuk surga orang
yang tetangganya tidak merasa aman dari keburukannya.” (HR.
Bukhari no. 6016 dan Muslim no. 46)
Salah satu aktivitas yang
tidak luput dari perhatian tetangga dan dapat menjaga kita adalah memasak,
karena bisa terdengar dan tercium aromanya. Hal ini tentu dapat membangkitkan
selera bagi tetangga yang mendengar atau mencium bau masakannya, sehingga apabila
seseorang tidak menjaga perasaan dengan memberikan (membagikan) masakannya
dikhawatirkan dapat menimbulkan kerenggangan, kekecewaan, dan penilaian buruk
(pelit) dari tetangganya. Oleh karenanya, Islam menutup celah tersebut dengan
memberikan tuntunan sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Abu Dzar
radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَاً
فَأكْثِرْ مَاءها ، ثُمَّ انْظُرْ أهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِكَ ، فَأصِبْهُمْ مِنْهَا
بِمعرُوفٍ
“Jika engkau memasak daging
(atau masakan berkuah), maka perbanyaklah kuahnya, kemudian lihatlah anggota
keluarga dari tetanggamu, maka berikanlah kepada mereka dengan baik.” (HR.
Muslim)
Dari hadis di atas terdapat
beberapa faedah terutama bagaimana seseorang dianjurkan untuk peka menjaga
perasaan orang lain dengan memperbanyak kuah ketika memasak dan membagikannya
kepada tetangga. Hadis tersebut juga menunjukkan bahwa level terendah seseorang
ketika memasak adalah dengan memperbanyak kuahnya, sehingga tidak butuh modal
besar dan banyak untuk diberikan kepada tetangganya. Alangkah lebih baik lagi
jika ditambahkan sayur dan dagingnya agar tetangga juga merasakan isi kuah dari
masakan tersebut.
Secara umum ada sebuah riwayat
yang menegaskan terkait anjuran menjaga perasaan antar sesama, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً،
فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الْآخَرِ، حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ; مِنْ أَجْلِ
أَنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ
“Jika kalian bertiga, maka
janganlah berbisik-bisik berduaan sementara yang ketiga tidak diajak, kecuali
sampai kalian bersama dengan manusia lainnya (orang banyak). Karena hal ini
bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih (tersinggung).” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : Aplikasi kumpulan tausiah Islam
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar