MASUK SURGA TANPA HISAB DAN TANPA AZAB
Oleh : M. Saifudin Hakim
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Sabtu 26 Dzulqaidah 1446 H /24 Mei 2025
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Hadirin yang dirahmati Allah....
Sungguh bahagianya masuk surga
Sungguh merupakan suatu kebahagiaan apabila kelak kita dapat tinggal di surga dan merasakan segala kemewahan yang ada di dalamnya. Merasakan kenikmatan yang sebelumnya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga atau bahkan tidak pernah terbetik dalam hati setiap manusia. Merasakan nikmatnya sungai dari susu dan madu, mendapatkan isteri yang cantik jelita, diberi umur muda dan hidup kekal, abadi selama-selamanya. Dan kenikmatan yang lebih dari itu semua, kita dapat memandang wajah Allah Ta’ala, pandangan yang menyejukkan mata-mata kita dan dapat membuat kita lupa dengan berbagai kenikmatan lainnya yang telah kita rasakan. Duhai siapakah yang tidak ingin merasakannya? Lalu bagaimana kita dapat meraihnya?
Janji Surga Bagi
Ahli Tauhid
Di antara keistimewaan tauhid adalah
bahwa Allah Ta’ala telah menjanjikan surga dengan segala kemewahan di dalamnya
bagi para ahlinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ
الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang
akhir ucapannya adalah ’laa ilaaha illallah’(tiada sesembahan yang hak selain
Allah), pasti dia akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud no. 3116. Dinilai shahih
oleh Syaikh Al-Albani)
Dari hadits ini, kita dapat mengambil
hikmah bahwa barangsiapa yang konsekuen dengan syahadat laa ilaaha illallah,
baik secara ilmu dan amal, maka dia adalah ahli tauhid yang mendapatkan jaminan
kepastian untuk masuk surga. Rasulullah juga telah menjanjikan bahwa ahli
tauhid akan terbebas dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
فَإِنَّ اللهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ
”Sesungguhnya Allah
telah mengharamkan neraka bagi orang yang berkata,’laa ilaaha illallah’, dengan
mengharapkan (pahala melihat) wajah Allah.” (HR. Bukhari no. 425, 1186, 5401
dan Muslim no. 263)
Namun, yang penting untuk menjadi
catatan adalah bahwa yang dimaksud dengan “perkataan” dalam hadits di atas
bukanlah sekedar perkataan belaka, yang sangat ringan dan mudah untuk
diucapkan. Tetapi yang dimaksud adalah perkataan yang memenuhi syarat dan rukunnya,
melaksanakan konsekuensi-konsekuensinya serta tidak melakukan
pembatal-pembatalnya. Masuknya seseorang ke dalam surga ini bisa jadi setelah
Allah Ta’ala meng-hisab amal-amal kita terlebih dahulu, kemudian Allah
mengampuni dosa-dosa kita kemudian langsung memasukkan kita ke dalam surga-Nya.
Namun bisa jadi Allah tidak mengampuni dosa-dosa kita tersebut, sehingga Allah
memasukkan kita ke dalam neraka terlebih dahulu sebelum Allah membebaskan kita
kemudian memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Oleh karena itu, di sana ada
keistimewaan yang lebih dari itu semua, yaitu bahwa Allah akan langsung
memasukkan kita ke dalam surga tanpa harus diazab atau bahkan dihisab
terlebih dahulu. Lalu bagaimana meraihnya?Membersihkan tauhid
Puncak keistimewaan bagi orang-orang
yang bertauhid adalah Allah Ta’ala akan memasukkannya ke dalam surga tanpa
hisab dan tanpa azab. Hal ini hanya Allah janjikan bagi orang-orang yang
benar-benar membersihkan dan memurnikan tauhidnya. Yang dimaksud dengan
membersihkan tauhid adalah seseorang meninggalkan syirik dengan segala
macamnya, baik syirik akbar, syirik ashghar atau syirik khafi (yang
tersembunyi) sebagai konsekuensi dari syahadah “laa ilaaha illallah”. Dia juga
harus meninggalkan bid’ah dan maksiat dengan segala jenisnya sebagai
konsekuensi dari syahadah “Muhammad rasulullah.”
Membersihkan dan memurnikan tauhid ini
memiliki dua tingkatan, yaitu tingkatan yang wajib dan tingkatan yang sunah.
Tingkatan wajib adalah meninggalkan segala sesuatu yang wajib untuk
ditinggalkan, yaitu syirik, bid’ah, dan maksiat sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya. Inilah tingkatan minimal untuk mendapatkan predikat sebagai orang
yang bersih tauhidnya. Namun ada tingkatan yang lebih tinggi dan lebih utama
lagi dari itu. Yaitu tingkatan sunnah, di mana hati seseorang seluruhnya hanya
menghadap kepada Allah Ta’ala dan tidak pernah condong atau berpaling kepada
selain Allah. Maka perkataannya adalah semata-mata karena Allah, perbuatan dan
amalnya hanya untuk Allah, dan bahkan setiap gerak-gerik hatinya hanya untuk
mencari keridhaan Allah Ta’ala semata. Dia juga meninggalkan sesuatu yang
sebenarnya pada asalnya bukan perbuatan dosa, namun hanya semata-semata
karena takut bahwa perbuatan tersebut akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan
nikmat yang akan dia peroleh di akhirat. [1]
Namun, orang yang sempurna bukanlah
orang yang tidak pernah berbuat salah dan dosa. Orang yang sempurna adalah
orang yang apabila berbuat salah dan dosa dia segera menyesal dan segera
bertaubat dari dosa-dosanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
”Setiap manusia
pasti berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang
bertaubat.” (HR. Tirmidzi no. 2499 dan Ibnu Majah no. 4251. Dinilai hasan oleh
Syaikh Al-Albani)
Bagaimana Jalan
Untuk Membersihkan Tauhid?
Untuk membersihkan dan memurnikan
tauhid kita, harus terpenuhi tiga hal.
Pertama, memiliki ilmu yang sempurna
tentang tauhid. Karena tidak mungkin seseorang membersihkan sesuatu tanpa
terlebih dahulu mengetahui dan memahami sesuatu tersebut. Allah Ta’ala
berfirman,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
”Maka ketahuilah,
bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah saja.” (QS.
Muhammad [47]: 19)
Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala
memerintahkan untuk mengilmui terlebih dahulu, sebelum mengucapkan kalimat
tauhid.
Kedua, meyakini kebenaran tauhid yang
telah diilmuinya. Apabila seseorang hanya mengilmui (mengetahui) saja, akan
tetapi tidak meyakininya, maka hal itu adalah suatu kesombongan. Allah Ta’ala
berfirman tentang kesombongan orang-orang kafir yang tidak meyakini keesaan
Allah sebagai satu-satunya sesembahan,
أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ
عُجَابٌ
”Mengapa ia
(Muhammad) menjadikan sesembahan-sesembahan itu sebagai sesembahan yang satu
saja? Sungguh ini adalah suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shaad [38]:
5)
Ketiga, mengamalkan tauhid tersebut
dengan penuh ketundukan. Jika kita telah mengilmui dan meyakini akan tetapi
kita tidak mau mengamalkannya dengan penuh ketundukan, maka kita belum bersih
tauhidnya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
يَسْتَكْبِرُونَ
”Sesungguhnya
mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, ‘laa ilaaha illallah’, mereka
menyombongkan diri.” (QS. Ash-Shaaffat [37]: 35)
Apabila ketiga hal ini telah terpenuhi
dan seseorang benar-benar membersihkan serta memurnikan tauhidnya, maka jaminan
surga tersedia menjadi miliknya tanpa hisab dan tanpa azab. [2]
Membenci Dan
Memusuhi Amalan Syirik
Bersihnya tauhid yang kita miliki juga
harus disertai dengan kebencian, permusuhan, dan berlepas diri dari perbuatan
syirik dan para pelakunya. Apabila kita tidak membenci dan memusuhi perbuatan
syirik dan pelakunya atau bahkan ridha serta merasa tenang-tenang saja
dengannya, maka ketahuilah bahwa tauhid kita belum bersih dan harus dibenahi
lagi.
Kita bisa melihat seseorang menjadi sangat marah dan murka ketika hak manusia dilecehkan, seperti kasus anak yang diperkosa oleh ayah kandungnya sendiri atau perempuan yang dirampok hartanya, dinodai kehormatannya dan setelah itu masih dibunuh pula. Semua hati kita pasti miris dan tidak akan pernah bisa menerimanya. Akan tetapi sayang, ketika hak Allah yang dilecehkan, dengan tidak menujukan ibadah hanya kepada-Nya saja, kuburan wali disembah, kotoran kerbau atau nasi tumpeng dijadikan rebutan untuk dimintai berkahnya, maka hati siapakah yang miris? Hati siapakah yang marah dan murka? Justru kemudian menayangkannya di televisi, diliput dan diiklankan di koran-koran dan majalah-majalah? Dan orang-orang pun merasa enjoy dengan kejahatan syirik itu? Bahkan menjuluki orang-orang yang membenci dan memusuhinya sebagai orang yang tidak tahu adat atau tidak mau menghargai budaya bangsa? Lantas adakah kejahatan yang lebih besar daripada perbuatan melecehkan Allah?
Oleh karena itu, bersihnya tauhid kita tidak akan tercapai sampai kita berlepas diri dari syirik dan dari orang-orang musyrik. Serta memisahkan diri, mengingkari, memusuhi dan membenci mereka. Allah Ta’ala berfirman menceritakan tentang kekasih-Nya, Ibrahim ‘alaihis salam sebagai pemimpin orang-orang yang bertauhid,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ
مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ
دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ
أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ
لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ
تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
”Sesungguhnya telah
ada suri tauladan yang baik bagimu pada diri Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka, ‘Sesungguhnya
kami berlepas diri kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Kami
mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (QS.
Al-Mumtahanah [60]: 4)
Bahkan meskipun pelaku syirik itu
adalah kerabat kita, atau bapak kita sendiri, kita tetap harus berlepas diri
darinya. Allah Ta’ala juga mengisahkan tentang Ibrahim ketika berkata kepada
ayahnya, Azar,
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
”Dan aku akan
menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah.” (QS. Maryam
[19]: 48)
Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik
dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menjadi hamba-Nya yang bersih
tauhidnya dan jauh dari kesyirikan. Dan semoga dengan sebab itu Allah Ta’ala
memasukkan kita ke dalam surganya yang penuh dengan kenikmatan tanpa hisab dan
tanpa azab.
Wallahu'alam Bishshowab
Penulis: M. Saifudin Hakim
Artikel Muslim.or.id
Catatan kaki:
[1] Lihat At-Tamhiid, hal. 33; karya Syaikh Shalih Alu
Syaikh.
[2] Lihat Al-Qaulul Mufiid, 1: 55; karya Syaikh Ibnu
‘Utsaimin.
[3] Lihat Fathul Majiid, hal 70-71; karya Syaikh
‘Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh.
Barakallah ..... semoga bermanfaat
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : Aplikasi kumpulan tausiah Islam
Artikel www.rumaysho.com
Edit: Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar