LANGKAH YANG MEMBANTU UNTUK MUHASABAH
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Senin 21 Dzulqaidah 1446 H /19 Mei 2025
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Hadirin yang dirahmati Allah....
Di tengah hiruk-pikuknya kehidupan yang terus bergerak cepat dan kesibukan yang tiada henti, seringkali kita lupa untuk sejenak berhenti, merenung, dan mengevaluasi diri. Inilah yang disebut dengan muhasabah, sebuah proses introspeksi yang memberikan kesempatan bagi kita untuk menilai tindakan, niat, dan perjalanan hidup kita.
Muhasabah
berarti menatap kembali setiap amalan, meninggalkan segala keburukan yang
pernah dilakukan, dan mempertahankan setiap kebaikan yang telah kita tanamkan,
agar langkah kita selalu tertuju pada kebaikan. Sebagaimana perkataan Syekh
Shalih Al-Munajjid hafizhahullah,
“Muhasabah
bermakna memperhatikan amalan diri, kemudian meninggalkannya apabila itu berupa
kejelekan dan tetap terus mempertahankan amal kebaikan yang telah dilakukan.” (A’malul Qulub, hal. 362)
Muhasabah
merupakan ibadah yang sangat mulia dan memberikan dampak yang besar dalam
kehidupan seseorang, bahkan merupakan salah satu ibadah yang diperintahkan oleh
Allah Ta’ala, sebagaimana dalam firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ
بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Bertakwalah kepada
Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam juga memerintahkan agar kita senantiasa
bermuhasabah,
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ
لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
“Orang
cerdas adalah orang yang menundukkan jiwanya dan beramal untuk menghadapi
kehidupan setelah kematian.”
(HR. Tirmidzi)
Para
ulama telah sepakat mengenai wajibnya muhasabah diri terhadap amal yang telah
lalu dan amal apa yang akan dilakukan nantinya. (Lihat A’malul Qulub, hal.
363-364)
Ada
beberapa hal yang bisa membantu kita untuk melakukan muhasabah sebagai
berikut:Pertama, mengenal Allah Ta’ala
Di
antara hal yang dapat membantu seseorang untuk bermuhasabah adalah ia merasa
senantiasa diawasi oleh Allah Ta’ala, dan ia senantiasa sadar bahwa Allah
Ta’ala mengetahui hal-hal yang tersembunyi dari-Nya. Tiada satupun yang luput
dari pengawasan Allah Ta’ala.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ وَنَعْلَمُ
مَا تُوَسْوِسُ بِهِۦ نَفْسُهُۥ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ ٱلْوَرِيدِ
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf:
6)
Dalam
ayat yang lain,
وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا
فِىٓ أَنفُسِكُمْ فَٱحْذَرُوهُ ۚ
“Dan
ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah
kepada-Nya.” (QS.
Al-Baqarah: 235)
Dengan
mengenal Allah, juga mengajarkan kita tentang sifat-sifat-Nya yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, Maha Adil dan Maha Bijaksana. Allah memiliki
banyak nama yang indah, yang mencerminkan sifat-sifat-Nya yang sempurna.
Merenungi makna dari setiap nama-Nya, mentadaburi maksud dari setiap firman-Nya
dan memikirkan hikmah dari setiap ciptaan-Nya bisa membantu kita dalam
bermuhasabah kepada-Nya.
Kedua,
mengetahui bahwa muhasabah di dunia dapat meringankan hisab di akhirat
Di
dunia, kita masih diberi kesempatan untuk menghisab diri dan memperbaiki amalan
yang kita lakukan. Ketika seseorang terbiasa melakukan muhasabah di dunia, maka
menjadikannya lebih siap untuk menghadapi hisab di akhirat.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا
بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّى عَلَى
اللَّهِ
“Orang
yang pandai (berakal) adalah yang mengevaluasi dirinya sendiri serta beramal
untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah (imannya) adalah
yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah (bahwa
Allah akan mengampuninya.”
(HR. At-Tirmidzi, no. 2459 dengan sanad hasan. Lihat Riyadush Shalihin, Bab
Muraqabah, hadis ke-66)
Umar
bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata,
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوها قَبْلَ
أَنْ تُوزَنُوا، وَتَأهَّبُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ
“Hendaklah
kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian
menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari
besar ditampakkannya amal.”
(HR. At-Tirmidzi dalam Shifatul Qiyamah, disebutkan oleh Imam Ahmad dalam kitab
Zuhud-nya dan Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin, 1: 319)
Baca
juga: Sediakan Waktu untuk Muhasabah An-Nafs (Introspeksi dan Evaluasi
Diri)Ketiga, merenungkan berbagai pertanyaan di akhirat kelak
Allah
Ta’ala berfirman,
لَا يُسْـَٔلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْـَٔلُونَ
“Dia
(Allah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah (manusia)
yang akan ditanyai (tentang perbuatan yang telah mereka lakukan).” (QS. Al-Anbiya’: 23)
Hari
kiamat adalah hari dimana semua manusia akan dimintai pertanggungjawaban. Saat
itu akan dilemparkan berbagai pertanyaan tentang semua amalan yang telah ia
kerjakan di dunia. Setiap detik, setiap langkah, setiap perbuatan kita adalah
bagian dari perjalanan yang akan dipertanggungjawabkan nanti.
Ketika
kita memikirkan dan merenungkan akan adanya persidangan di hadapan Allah
tersebut, membuat kita untuk lebih terdorong melakukan muhasabah atas amalan
yang telah dilakukan.
Allah
Ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ
كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا
“Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan ditanya (diminta
pertanggungjawaban).”
(QS. Al-Isra’: 36)
Kita
juga akan ditanya tentang berbagai kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah
Ta’ala, sebagaimana firman-Nya,
ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ
“Kemudian
kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang berbagai kenikmatan (yang kamu
megah-megahkan di dunia itu).”
(QS. At-Takatsur: 8)
Bahkan,
orang-orang yang menyampaikan kebenaran, seperti para Nabi dan Rasul, juga akan
ditanya tentang perbuatannya,
لِّيَسْـَٔلَ ٱلصَّٰدِقِينَ عَن صِدْقِهِمْ
ۚ
“Agar
Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka.” (QS. Al-Ahzab: 8)
Dalam
ayat yang lain,
فَلَنَسْـَٔلَنَّ ٱلَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ
وَلَنَسْـَٔلَنَّ ٱلْمُرْسَلِينَ
“Maka
sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada
mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami).” (QS. Al-A’raf: 6)
Jika
orang yang benar dan menyampaikan kebenaran (nabi dan rasul) juga orang-orang
yang membenarkannya (pengikut nabi dan rasul) saja akan dimintai
pertanggungjawaban atasnya, apalagi orang yang menyimpang dari kebenaran dan
mengajarkan penyimpangannya?Keempat, mengingat balasan yang telah disiapkan
Allah
Allah
yang Maha Adil telah menyiapkan balasan yang sempurna bagi setiap hamba-Nya.
Dalam Al-Qur’an, Allah menjanjikan surga yang penuh kenikmatan bagi orang-orang
yang beriman dan bertakwa, serta neraka dan siksa yang hina bagi mereka yang
durhaka.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَمَن يَعْمَلْ مِنَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِن ذَكَرٍ
أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُو۟لَٰٓئِكَ يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ
نَقِيرًا
“Bagi
siapa saja yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedang
mereka beriman, mereka akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak akan dizalimi
sedikit pun.” (QS.
An-Nisa: 124)
Dalam
ayat yang lain,
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا
فَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Dan
orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, maka bagi mereka azab
yang menghinakan.” (QS.
Al-Hajj: 57)
Ketika
kita merasa lelah dalam beribadah atau berbuat baik, ingatlah bahwa segala
usaha kita tidak akan sia-sia. Balasan dari Allah tidak hanya berupa materi
duniawi, tetapi juga kenikmatan abadi di akhirat nanti. Sebaliknya, tatkala
kita hendak melakukan dosa dan maksiat, ingatlah bahwasanya setiap langkah
menuju maksiat dan dosa adalah langkah yang dapat menjauhkan kita dari rahmat
dan surga-Nya, bahkan menjadikan kita mendapatkan azab-Nya.
Di sinilah muhasabah menjadi sangat penting. Dengan bermuhasabah, kita bisa lebih menyadari bahwa setiap perbuatan kita, baik atau buruk, akan mendapatkan balasan dari Allah yang Maha Adil, Maha Bijaksana.Penghujung Di dalam muhasabah, ada kelembutan dan penerimaan akan kekurangan diri dan keberanian untuk menghadapi ketidaksempurnaan. Ia mengajarkan kita untuk tetap memberikan ruang perbaikan. Melalui muhasabah, kita belajar bahwa perubahan bukanlah sesuatu yang instan, melainkan sebuah perjalanan yang membutuhkan kesabaran dan usaha yang berkelanjutan.Semoga kita senantiasa dimudahkan dan diberikan taufik untuk bermuhasabah kepada-Nya.Baca juga: Menghukum Diri dengan Muhasabah
Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan juga segenap pembaca.
Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : Aplikasi kumpulan tausiah Islam
Penulis: Arif Muhammad N
Artikel Muslim.or.id
Referensi:A’malul Qulub, karya Syekh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafizhahullah, hal. 380
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar