Penulis: M. Saifudin Hakim
Artikel: Muslimah.or.id
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Kamis 15 Rabi'ul-Awal 1446 H /19 September 2024
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Saudaraku...!
Dalam hidup ini, terkadang atau seringkali kita mendapatkan ujian dan musibah, namun kita merasa belum mendapatkan jalan keluar. Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun, musibah tersebut belum terangkat dari diri kita. Dalam kondisi seperti ini, hendaknya kita mengingat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
لَا يَزالُ البَلاءُ بالمؤمنِ والمُؤمنَةِ فِي جَسدهِ وأَهلهِ ومَالهِ حَتى يَلقى اللهَ عَز وجَلَّ ومَا عَليه خَطيئَةٌ
“Ujian dan cobaan akan terus menimpa seorang mukmin dan mukminah dalam tubuhnya, keluarganya, dan hartanya, hingga ia bertemu dengan Allah Yang Maha perkasa dan tidak ada lagi dosa yang tersisa padanya.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad no. 494. Dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 2280)
Memang ada orang-orang yang Allah berikan permasalahan dan ujian sampai meninggal dunia. Tujuannya adalah agar dia mati dalam kondisi tidak membawa dosa ketika berjumpa dengan Allah Ta’ala. Sehingga ketika kita mendapatkan musibah, dan belum mendapatkan solusi atau jalan keluar dari Allah, kita tetap berbaik sangka kepada Allah. Kita berbaik sangka bahwa musibah tersebut adalah untuk menggugurkan dosa-dosa dan kesalahan kita. Dan semoga dengannya juga, derajat kita terangkat di sisi Allah Ta’ala.
Tapi, bukankah yang sakit ingin sembuh, yang hidupnya sulit ingin dimudahkan? Maka yakinlah, bahwa kemudahan itu akan datang sesuai dengan janji-Nya,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Allah janjikan akan datang kemudahan, namun banyak di antara kita yang terburu-buru. Renungkanlah kisah Nabi Ya’qub ‘alaihis salam, ketika beliau mendapatkan masalah dan ujian dalam bentuk terpisah dengan anaknya, Nabi Yusuf ‘alaihis salam, selama kurang lebih tiga puluh tahun. Dan selama itu, beliau terus berbaik sangka kepada Allah Ta’ala.
Begitu pula dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau hidup berdakwah di kota Makah selama 13 tahun lamanya, dan beliau berada dalam banyak tekanan. Banyak sekali kejadian-kejadian yang menyakitkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah diboikot bersama Bani Hasyim selama tiga tahun. Mereka hidup menderita, bahkan hanya makan daun-daunan. Dalam kondisi menderita semacam itu, Khabbab bin Al-Arat radhiyallahu ‘anhu mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sementara beliau bersandar pada kain burdah di bawah naungan Kakbah. Khabbab berkata kepada beliau,
أَلاَ تَسْتَنْصِرُ لَنَا، أَلاَ تَدْعُو اللَّهَ لَنَا؟
“Tidakkah engkau memohonkan pertolongan (kepada Allah) untuk kami, tidakkah engkau berdoa kepada Allah untuk (menolong) kami?”
Mendengar permintaan sahabatnya tersebut, apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam langsung mengabulkannya agar Allah turunkan pertolongan-Nya saat itu juga? Tidak, padahal kondisi para sahabat saat itu sudah sangat menderita. Akan tetapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian memberikan edukasi kepada para sahabatnya tentang ujian kehidupan dengan menceritakan kondisi umat sebelumnya yang juga mendapatkan ujian yang sangat berat, namun mereka tetap bersabar dan teguh dengan keimanannya,
كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ يُحْفَرُ لَهُ فِي الأَرْضِ، فَيُجْعَلُ فِيهِ، فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ، وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ، وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَاللَّهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا الأَمْرَ، حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ، لاَ يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ، أَوِ الذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ، وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ
“Di masa lalu, ada seorang pria yang digali lubang untuknya di tanah, lalu ia dimasukkan (ditanam) ke dalamnya. Kemudian didatangkan gergaji dan diletakkan di atas kepalanya hingga terbelah menjadi dua, tetapi hal itu tidak menghalanginya dari agamanya (maksudnya, tidak membuatnya menjadi murtad, pent.). Dia juga disisir dengan sisir besi yang menembus daging, tulang, atau uratnya, tetapi hal itu tidak membuat mereka murtad dari agamanya.
Demi Allah, Allah akan menyempurnakan urusan ini (agama ini) hingga seorang pengendara dapat melakukan perjalanan dari Shan’a ke Hadramaut tanpa takut kecuali kepada Allah, atau serigala yang mengancam dombanya. Akan tetapi, kalian terburu-buru (ingin segera melihat kemenangan).” (HR. Bukhari no. 3612)
Oleh karena itu, bersabarlah, jangan tergesa-gesa. Masa penantian itu adalah penghapusan dosa. Namun sabar bukan artinya menunggu, pasif, tidak berusaha, justru kita tetap harus berjuang dan berusaha maksimal. Selain itu, kita perbaiki keimanan dan ketakwaan kita, kita perbaiki hubungan kita dengan Allah Ta’ala. Dan yakinlah bahwa pertolongan Allah itu akan datang. Namun sekali lagi, banyak di antara kita yang tergesa-gesa, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُولاً
“Dan manusia itu bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra’: 11)
Yang sudah berusaha mencari solusi, jangan terburu-buru. Mungkin memang belum selesai dosa-dosa kita untuk dihapuskan. Maka kita berusaha jalani hidup ini dan lihatlah kepada nikmat Allah lainnya yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Selalu melihat kondisi orang lain yang berada di bawah kita, yang diuji lebih berat dari ujian hidup kita. Sehingga kita pun dapat menghadapi musibah ini dengan tidak stres dan depresi.
Di antara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang sering beliau bacakan di depan sahabatnya ketika bermajelis,
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ اليَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا
“ALLAAHUMMAQSIM LANAA MIN KHASYYATIKA MAA YAHUULU BAINANAA WA BAINA MA’AASHIIKA; WA MIN THAA’ATIKA MAA TUBALLIGHUNAA BIHI JANNATAKA; WA MINAL YAQIINI MAA TUHAWWINU BIHI ‘ALAINAA MUSHIIBAATID DUNYAA; WA MATTI’NAA BIASMAAINAA WA ABSHAARINAA WA QUWWATINAA MAA AHYAITANAA; WAJ’ALHUL WAARITSA MINNAA WAJ’Al TSA`RANAA ‘ALAA MAN ZHALAMANAA WANSHURNAA ‘ALAA MAN ‘AADAANAA; WALAA TAJ’Al MUSHIIBATANAA FII DIININAA WA LAA TAJ’ALID DUNYAA AKBARA HAMMINAA WA LAA MABLAGHA ‘ILMINAA; WA LAA TUSALLITH ‘ALAINAA MAN LAA YARHAMUNAA.”
(Artinya: Ya Allah, curahkanlah kepada kepada kami rasa takut kepada-Mu yang menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami kepada surga-Mu, dan curahkanlah keyakinan yang meringankan musibah kami di dunia. Jadikanlah kami bisa menikmati pendengaran kami, penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup, dan jadikan itu sebagai warisan dari kami (maksudnya, dia berada dalam kondisi itu sampai meninggal dunia, pent.). Dan jadikan pembalasan atas orang yang menzalimi kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami. Dan janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian (ambisi) kami yang terbesar, serta pengetahuan kami yang tertinggi. Dan jangan Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami.” (HR. Tirmidzi no. 3502. Dinilai sahih oleh Al-Albani)
Semoga Allah Ta’ala memudahkan urusan-urusan kita seluruhnya. Aamiin.
@25 Dzulhijah 1445/ 2 Juli 2024
Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : Aplikasi kumpulan tausiah Islam
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar