MARI KITA BERSAMA MENATA HATI MENJADI LEBIH BAIK
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Senin 28 Jumadil-Akhir 1446 H / 30 Desember 2024
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Saudaraku...!
Naskah tulisan ini mengajak diriku dan Saudara Muslimku untuk menata hati menjadi lebih baik dan berkualitas. Hal demikian penting karena baik-buruknya perilaku seseorang bergantung pada keadaan Hati.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa hati adalah pemimpin, sedangkan anggota tubuh yang lain adalah pengikut atau prajuritnya. Jika kondisi hati selaku pemimpin baik, maka insyaallah anggota tubuh selaku pengikutnya pun akan baik. Dan begitu pula sebaliknya, ia akan berbuat buruk jika kondisi hati sedang tidak baik.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda :
أَلاَ وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً: إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ
Artinya : “Ingatlah bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baik pula seluruh tubuh. Jika daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Daging tersebut ialah hati,” (HR Al-Bukhari).
Dari hadits ini, dapat dipetik satu pelajaran penting bahwa hati adalah pemimpin. Sedangkan anggota tubuh yang lain adalah pengikut atau prajuritnya. Jika kondisi hati selaku pemimpin baik, maka Insya Allah anggota tubuh selaku pengikutnya pun akan baik. Namun, sebaliknya jika hati tidak baik, maka tidak ada harapan anggota tubuh lain selaku pengikutnya akan baik.
Dengan demikian, baik-buruknya perilaku seseorang bergantung pada keadaan hati. Karena itu, siapa saja yang ingin mengubah diri serta memperbaiki tingkah laku anggota tubuhnya, maka hendaknya memulai dengan menata dan memperbaiki hati.
Pertanyaannya, bagaimana cara menata hati? Harus memulai dari mana? Dan apa saja langkah-langkah serta upaya-upayanya?
Banyak ulama yang berpengalaman dalam urusan hati dan pendakian ruhani telah menjawab hal ini. Salah satunya Syekh Khalib Ibnu ‘Utsman Ibnu Al-Sabt, seperti yang diungkapkannya dalam kitab Nuzhatul-Fudhala, halaman 607.
Namun sebelum menyebutkan upaya-upaya dimaksud, ia menekankan pentingnya Niat dan Itikad Kuat dari hati itu sendiri untuk memperbaikinya. Sebab, mustahil suatu perubahan dan perbaikan akan tercapai tanpa itikad yang kuat.
Menurutnya, ada banyak upaya dalam menata hati. Setidaknya ada Tujuh Upaya Penting, yaitu :
Pertama adalah Mujahadah atau perjuangan melawan nafsu yang dilakukan secara terus-menerus dan konsisten. Karenanya, dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Contohnya seperti yang dilakukan oleh seorang Tabiin, Ibnu Al-Munkadir. Ia pernah menuturkan, “Sampai benar-benar istiqamah, aku berusaha menahan nafsu selama empat puluh tahun.”
Ungkapan ini berpesan, tatkala hati seorang hamba sudah istiqamah, maka istiqamah pula anggota tubuh dan amal perbuatannya. Sehingga godaan apa pun yang datang membisikkan hati, hati itu akan tetap tegak dalam ketaatan.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِك
Kedua, Upaya menata hati yang kedua adalah Banyak Mengingat Kematian, Ziarah Kubur, dan melihat orang-orang yang sedang menghadapi sakaratul maut. Sebab, sakaratul maut merupakan detik-detik di mana kita akan berpisah dengan dunia serta segala keinginan dan kenikmatannya.
Ketahuilah, mengingat kematian akan menghidupkan dan melembutkan hati kita yang keras. Maka dari itu, luangkanlah waktu untuk merenungkan kematian, berziarah kubur, dan mengantarkan jenazah. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam :
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذاتِ
Artinya : “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian)”. (HR. At Tirmidzi).
Ketiga; Upaya ketiga dalam menata hati adalah Banyak bergaul dengan orang-orang saleh yang selalu mengingat Allah dan sering memandang wajah mereka. Sebab, dengan memandang wajah mereka, hati kita akan terbuka dan lega. Begitu pula rasa bingung, susah, dan takut akan menghilang.
Tidaklah kita melihat wajah orang-orang saleh kecuali akan menatap cahaya ketenangan dan kelapangan hati, serta mendapat sinar ketakwaan dan rasa takut pada Allah.
Itu pula yang dipahami dari ungkapan, “Wajah adalah cerminan hati.” Tidak salah pula orang yang mengatakan, “Tidakkah seseorang menyembunyikan sebuah rahasia kecuali Allah akan memperlihatkannya dalam raut wajahnya dan kesalahan lisannya.”
Keempat; adalah Merenungkan Keagungan Sang Pencipta. Hal ini sejalan dengan fungsi akal dan hati sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an :
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” (QS. Ali Imran 190).
Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu mengingat Allah melalui keagungan-keagungan-Nya. Dan jangan bergantung kepada selain-Nya. Sebab, ketika hati sudah bergantung kepada makhluk, maka ia akan tersiksa oleh makhluk tersebut, baik makhluk dimaksud berupa anak, istri, kendaraan, perhiasan, maupun yang lainnya. Maka dasarilah hubungan kita dengan makhluk atau dengan dunia karena Allah, maka niscaya hubungan itu akan mendatangkan kelapangan dan kekuatan hati.
Itu baru satu contoh. Kaitan ini, seorang ulama menyatakan, “Setiap kali hati bertambah cinta kepada Allah, maka ia bertambah pula penghambaannya kepada Allah. Dan bertambah pula kecintaan dan kebebasannya dari selain Allah.”
Kelima; perkara yang dapat memperbaiki kondisi hati ialah Amalan Shaleh dengan berbagai macam jenisnya. Dalam hal ini, Ibnu ‘Abbas menyatakan, “Kebaikan itu akan melahirkan cahaya bagi hati, sinar bagi wajah, kekuatan bagi badan, tambahan untuk rezeki, dan kecintaan dalam hati makhluk. Sebaliknya, keburukan hanya akan menimbulkan bercak hitam pada wajah, kegelapan dalam hati, keletihan bagi badan, kekurangan dalam rezeki, dan kemarahan dalam hati makhluk.”
Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ،
Artinya : “Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam,” (HR. At-Tirmidzi).
Keenam; menggunakan hati sesuai dengan tujuan penciptaannya. Ketahuilah, hati diciptakan untuk menjadi salah satu hamba Allah. Ia tercipta untuk menunaikan amalan-amalan yang luhur, seperti bertauhid, tafakur, tasyakur, berzikir, dan sebagainya. Namun, jika hati itu rusak maka amalan mulia itu tak akan terlaksana.
Ketujuh; Berdzikir dan Membaca Al-Qur'an. Banyak sekali hadits yang berbicara tentang ini. Namun, pepatah mengatakan, “Cukuplah kalung yang membelit leher.” Sulaiman Al-Khawash menuturkan, “Dzikir bagi hati ibarat makanan bagi tubuh. Namun, tubuh tidak akan merasakan lezatnya makanan selama tubuh tersebut sakit. Demikian halnya dengan hati. Ia tidak akan merasakan manisnya dzikir selama ia sedang cinta kepada dunia.”
Dan perlu diingat bahwa berzikir akan mendatangkan ketenangan hati, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an :
اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ،
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram,” (QS. Ar-Ra’du [13] : 28).
Kaitan dengan penawar hati, indah sekali apa yang ungkapkan sebuah syair :
- Lima perkara yang menjadi penawar hati di kala keras,
- Hampirilah kelimanya, niscaya kau menang dan menuai kebaikan,
- Kosongkan perut, renungkan al-Quran, rendahkan hati di waktu malam,
- Lantas tahajud lah di pertengahannya,
- Dan siangnya bergaulah dengan orang-orang baik.
Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan segenap pembaca.
Wallahu'alam Bishshowab
Barakallah ..... semoga bermanfaat
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : Aplikasi kumpulan tausiah Islam
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar