Menu

Rabu, 01 Januari 2025

RIYA DALAM IBADAH

3 (TIGA) JENIS RIYA DALAM IBADAH
(Bisa Membatalkan dan Menghapus Pahala)


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini Kamis 2 Rajab 1446 H / 2  Januari 2025

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku...!

Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.

Saudaraku...!

Ibadah seharusnya dilakukan dengan niat yang tulus, namun terkadang niat itu ternodai oleh sifat riya yang menjadikan ibadah tidak bernilai. Berikut adalah tiga jenis riya dalam ibadah beserta akibat yang akan diterima.

Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah dan ibadah tersebut seharusnya dilakukan dengan niat yang tulus dan ikhlas.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda dalam sebuah hadis :

إِنَّ اللهَ تعالى لَا ينظرُ إلى صُوَرِكُمْ وَأمْوالِكُمْ ، ولكنْ ينظرُ إلى قلوبِكم وأعمالِكم

Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan hartamu, tetapi Dia hanya melihat hati dan amalmu". (HR Muslim)

Namun demikian, sebagai manusia kita tidak luput dari kesalahan. Kadang kala, niat ibadah tersebut bisa ternodai oleh Sifat Riya, yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah, namun malah diperlihatkan kepada orang lain.

Lantas bagaimana hubungan ibadah dengan Sifat Riya? Apa jadinya ibadah jika disertai dengan riya? Berikut ulasannya yang dikutip dari berbagai sumber.

Bentuk Riya Dalam Ibadah...

Pertama, Motivasi ibadah seseorang yang murni ingin dilihat manusia. Maksudnya, orang yang melakukan sholat karena ingin dilihat orang lain agar dipuji. Contohnya, menantu yang sholat dengan niat ingin dipuji mertua. Nah, riya yang disengaja seperti itu bisa membatalkan ibadah.

Kedua, Riya yang menghampiri di tengah-tengah pelaksanaan ibadah. Maksudnya, seseorang yang memulai ibadahnya dengan ikhlas, tapi kemudian niatnya berubah karena riya. Contohnya, ikhwan yang membaca al Qur’an dengan suara pelan saat sedang sendirian, tapi tiba-tiba dikeraskan dengan niat supaya terdengar oleh akhwat yang tiba-tiba melintas di depannya.

Kasus seperti itu tidak terlepas dari dua keadaan. Jika awal ibadah tidak berkaitan dengan akhir ibadah, maka ibadah yang dilakukan dibagian awal itu sah, sedangkan yang bagian akhir itu batal karena tercampur Riya. Contohnya, Sedekah.

Awalnya seseorang bersedekah Rp. 50,- dengan ikhlas, kemudian ia bersedekah Rp. 100,- lagi karena ingin dipuji. Maka, yang pertama sah, dan yang kedua itu batal ibadahnya.

Jika awal ibadah itu terikat erat dengan akhir ibadah, maka ini akan merujuk pada dua kondisi.

Seseorang yang berusaha melawan riya dan merasa tidak tenang dengan keadaan tersebut, bahkan berusaha berpaling dari riya dan membencinya. Maka riya yang demikian tidak berpengaruh apapun terhadap ibadahnya. Ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, “Sesungguhnya Allah mengampuni bisikan hati dari umatku selama tidak dilakukan atau diucapkan.”

Sedangkan, seseorang merasa tenang dengan riya dan tidak berusaha melawan, maka seluruh ibadahnya (dari awal sampai akhir) menjadi batal. Karena awal ibadah berkaitan dengan akhir ibadah.

Contohnya, sholat. Seseorang memulai sholat dengan ikhlas karena Allah Ta’ala, tapi pada rakaat kedua terserang riya, maka seluruh sholat dari rakaat satu hingga terakhir menjadi batal karena rakaat pertama masih memiliki keterkaitan dengan rakaat terakhir.

Ketiga, Riya yang menyerang usai berakhirnya ibadah. Pada kondisi ini tidak berpengaruh sama sekali dan tidak membatalkan ibadah yang dilakukan. Karena ibadah telah sempurna dilakukan dengan ikhlas maka hadirnya riya usai ibadah tidak merusak ibadah tersebut.

Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, “Barangsiapa yang merasa senang dengan kebaikannya dan gelisah karena keburukannya maka dialah seorang mukmin.”

Ketika, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam ditanya tentang hal ini, beliau bersabda, “Itulah kabar gembira yang disegerakan bagi orang beriman.”

Dengan demikian, seorang muslim perlu memperhatikan ibadahnya mulai dari awal hingga akhir. Jangan sampai ibadah yang dikerjakan itu ternodai keikhlasannya oleh riya, dan pahalanya terkikis habis oleh dosa karena riya tersebut.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal ibadah itu bergantung pada niat.”

Maka, dalam mengerjakan ibadah tentunya keikhlasan niat tersebut harus dijaga agar tetap lurus ‘lillahi ta’ala’ baik di awal, di tengah, maupun di akhir pelaksanaanya.

Wallahu 'Alam Bishshowab

Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan segenap pembaca.


Barakallah ..... semoga bermanfaat

-----------------NB----------------

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit &  kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Sumber : Aplikasi kumpulan tausiah Islam
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar