بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku....!
Hari ini Senin, 17 Sya'ban 1446 H /17 Februari 2025
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar untuk Silaturahmi dan berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mohon ridho dan ikhlasnya, bila dalam penulisannya ada yang terlupakan tolong ditambahkan dan bila ada yang salah tolong dibetulkan.
Hadirin yang dirahmati Allah....
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَۚ
"Artinya" : “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).” (Q.S Al-A'raaf : 201)
Diantara kalimat yang paling sering kita dengar dan baca di berbagai media massa, “Mari Kita Hidupkan Hati Nurani”. Himbauan ini semakin bergema saat bangsa dan Negara menuju ke arah yang lebih Buruk. Krisis demi krisis terus berlanjut. Institusi-institusi kehidupan menjadi macet dan mandul. Hukum jauh dari nilai keadilan karena sekedar berperan sebagai teknologi undang-undang yang tidak mampu membawa bangsa dan Negara ini kearah kehidupan yang lebih teratur, tertib, aman dan tentram.
Ekonomi pun makin tidak mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat. Ia hanya menjadi eksploitasi bisnis demi keuntungan pribadi dan kelompok. Kemiskinan dan kesejahteraan hanya menjadi bahasan seminar dan diskusi yang tidak melahirkan sikap keberpihakan pada rakyat yang menderita.
Tak dapat dipungkiri, semua krisis dan masalah ini bermuara pada matinya “Hati Nurani Kita” sebagai anggota masyarakat, bangsa dan negara. Karena itu, semua merasa berkewajiban untuk menghimbau dan mengajak untuk menghidupkan hati nurani. Namun masalahnya, menghidupkan hati nurani tidak seperti menghidupkan lampu yang cukup dengan menekan saklar atau menghidupkan lilin yang cukup dengan korek api.
Kenyataannya, walaupun sudah sangat banyak yang menghimbau dan mengajak untuk menghidupkan hati nurani, mulai dari rakyat kecil yang menghimbau dengan berbagai deritanya, mahasiswa dengan gerakan moralnya sampai para politisi dan presiden yang menghimbau dengan bahasa pidato yang mungkin sangat indah didengar namun jauh dari kesungguhan. Realitanya, belum ada perubahan yang signifikan dalam kehidupan kita. Mungkin masalahnya, ketidaktahuan kita tentang apa nurani itu sebenarnya?
Dalam terminology Arab, Nurani disebut Dhamir. Istilah Dhamir ini dipahami sebagai Perasaan Kejiwaan yang berperan aktif dalam diri sebagai Pengontrol (Provost), yang memerintahkan untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan. Perasaan yang akan melahirkan rasa senang ketika diri dalam kebaikan dan sebaliknya akan melahirkan rasa sedih dan tertekan apabila diri dalam kemungkaran dan kejelekan.
Ketika diri berbohong terhadap orang lain misalnya, bisa jadi manusia tidak pernah tahu kebohongan kita, tetapi nurani (Dhamir) kita yang hidup akan melahirkan perasaan bersalah dan tertekan karena dosa tersebut. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam mendefinisikan dosa sebagai sesuatu yang akan menimbulkan perasaan tidak nyaman dan tertekan dalam hati. Di samping itu, pelakunya tidak menyukai orang lain tahu perbuatan tersebut. Artinya, nurani kita akan menolak saat kita akan melakukan dosa, sekecil apapun.
Nurani merupakan standar sah dalam diri kita untuk menilai kebenaran dan keotentikan hidup kita. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Mintalah Fatwa dari Nurani, karena Kebenaran adalah apabila Nurani dan Jiwamu tenang terhadapnya sementara dosa apabila hatimu gelisah” (HR Ahmad). Ini tentunya terjadi apabila nurani (Dhamir) kita hidup dan sehat.
Dhamir berada pada ruang Spiritual, kematian nurani merupakan Krisis Spiritual. Beberapa ahli psikologi menyebut fenomena ini dengan beberapa istilah, seperti Spiritual Alienation (Keengganan Spiritual), Spiritual Illness (Penyakit Hati), Spiritual Emergency (Krisis Spiritual). Krisis spiritual berlanjut pada krisis eksistensi diri sebagaimana disebut Carl Gustav Jung sebagai Existensial Illness (Krisis Eksistensi).
Semua ini bermuara pada semakin lemahnya kecenderungan dan kemampuan manusia dalam mengenal Tuhannya. Dalam bahasa sederhana, bisa dikatakan sebagai proses lemahnya iman kepada Tuhan.
Inilah sesungguhnya permasalahan kita semua yang telah melahirkan berbagai krisis sebagaimana diungkapkan EF Schumacher dalam bukunya A Guide for the Perplexed , bahwa akhir-akhir ini orang baru sadar, segala krisis- baik krisis ekonomi, bahan bakar, makanan, lingkungan, maupun krisis kesehatan- sebenarnya timbul dari krisis spiritual dan krisis pengenalan kita terhadap Tuhan.
Iman merupakan kata kunci dalam setiap permasalahan Nurani dan Spiritualitas. Karena iman bagi spiritualitas adalah ibarat air bagi tanaman. Sementara spiritualitas yang sehat dengan iman yang kuat dan benar akan menghidupkan nurani. Untuk itu, menghidupkan nurani terus dengan menghidupkan keimanan kepada Allah dalam diri.
Orang beriman adalah orang yang hidup hati nuraninya. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam ketika ditanya, “Apa Iman itu?” Beliau menjawab, “Apabila engkau merasa bersalah dengan perbuatan dosamu dan merasa senang dengan perbuatan baikmu, maka kamu seorang mukmin (beriman) “ (HR. Ahmad)
Jadi, Iman lah yang menjadi sumber Kepekaan Nurani kita. Nurani yang hidup adalah nurani yang beriman kepada Allah. Yaitu iman kepada Allah sebagai Illah (Tuhan) yang disembah, ditaati, dipatuhi sekaligus ditakuti siksanya dan diharap surganya. Bukan sekedar mengimani bahwa Tuhan itu ada.
Iman yang seperti ini yaitu patuh pada tuntunan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam akan menjadi pengontrol efektif bagi diri kita. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia menjadikan baginya pemberi nasehat dari jiwanya dan pengingat dari hatinya yang memerintahnya dan melarangnya” (HR Ahmad). Itulah nurani yang hidup dengan Iman.
Iman akan tetap terjaga dalam hati dengan menghidupkan rasa Muraqabatullah (Perasaan Selalu Diawasi Allah). Sebuah rasa yang lahir dari keyakinan bahwa tidak ada satu pun di alam semesta ini yang luput dari ilmu Allah. Allah Subhanahu Wa Ta'alla berfirman :
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوٰى ثَلٰثَةٍ اِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ اِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَآ اَدْنٰى مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ اَكْثَرَ اِلَّا هُوَ مَعَهُمْ اَيْنَ مَا كَانُوْاۚ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Artinya : Tidakkah engkau perhatikan, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia pasti ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Mujadalah : 7).
Muraqabatullah ini selanjutnya akan efektif mengontrol perbuatan kita. Orang yang mempunyai nurani yang hidup dengan imannya bukanlah orang suci yang tidak pernah terbetik dalam hati niat salah atau jahat. Tetapi orang yang mempunyai pengontrol yang bisa menjauhkan dirinya dari kejatuhan dalam lembah dosa. Allah Subhanahu Wa Ta'alla berfirman :
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
Artinya : "dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui." (QS. Ali Imraan : 135)
Karena itu, ajakan menghidupkan nurani adalah himbauan untuk menghidupkan keimanan dalam hati dengan mendorong lahirnya Muraqabatullah. Apabila seruan ini belum dapat kita realisasikan, kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah kita sudah beriman?
Demikian sedikit tulisan yang Allah mudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi penulis dan juga segenap pembaca.
Barakallah ..... semoga bermanfaat
-----------------NB----------------
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : Aplikasi kumpulan tausiah Islam
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar