Menu

Kamis, 29 Juni 2023

MOMENTUM ARAFAH

MOMENTUM ARAFAH


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudaraku....!

Hari ini  Jum'at, 11 Dzulhijah 1444 H /30 Juni 2023.

Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.

Saudaraku...!

"Al Hajju Arafah, Haji itu Arafah." Demikian sabda Rasulullah SAW, seperti diriwayatkan Al Tirmizi. Berwukuf pada hari Arafah adalah Rukun Haji yang mesti ditunaikan. Tanpa wukuf di Arafah, berhaji tidak sah.

"Tidak ada hari di mana Allah Subhanahu Wa Ta'ala lebih banyak membebaskan hamba-hamba-Nya dari neraka, selain di hari Arafah. Pada hari itu Allah mendekat kemudian membanggakan hamba-hamba-Nya kepada para malaikat, lalu Allah berfirman, 'Apa yang mereka inginkan?'" (HR Muslim Nomor 3.354, Kitab Al Hajj, Bab fifadhlal-Hajjwaal-Umrah).

Sekian juta umat Islam yang sedang menunaikan Rukun Islam Kelima, berkumpul di padang Arafah. Mereka akan melaksanakan wukuf.

Lantas, apa makna dan hakikat di balik wukuf tersebut? Berikut ulasannya yang dikutif dari berbagai sumber :

Hari Arafah merupakan hari yang Allah SWT karuniakan Rahmat dan Barakah serta diperkenankannya segala doa. Jemaah haji yang berada di Arafah disunahkan untuk memperbanyakkan dzikir seperti Tahmid, Tasbih, Tahlil, dan membaca Al Qur'anuran, Beristighfar serta berdoa memohon ampunan. Jemaah haji kembali meluruskan niatnya. Tidak boleh ada niat selain karena Allah.

"Dan yang paling penting lagi adalah selalu menjaga kesucian niatnya. Wa atimmu al-hajja wa al-'umrata lillah; Sempurnakanlah Haji dan Umrah hanya karena Allah".

Makna atau hakikat wukuf berdasarkan artinya adalah Berhenti; Diam Tanpa Bergerak.

"Wukuf mengisyaratkan bahwa segala di dunia yang semula bergerak, suatu saat gerakan itu akan berhenti. Jantung manusia suatu saat akan berhenti berdetak, matanya akan berhenti berkedip, kaki dan tangannya akan berhenti melangkah. Terjadilah kematian dan manusia pada saatnya nanti akan dikumpulkan di Padang Mahsyar".

Arafah menjadi lambang atau simbol dari Padang Mahsyar. Di padang Mahsyar manusia diam, cemas dan penuh harap saat menunggu keputusan Allah SWT, surga atau neraka.

"Di padang Arafah inilah semua manusia berkumpul dalam status yang sama sebagai hamba Allah. Tak ada lagi kesombongan, tak ada lagi status sosial. Semua berpakaian putih-putih, menunjukkan kesucian jiwa dan kejernihan pikiran untuk menggapai Ridha Ilahi".

Arafah juga merupakan lambang dari Maqam Ma'rifah Billah. Di Arafah seluruh jemaah haji dari berbagai penjuru dunia berkumpul dengan bahasa, suku, bangsa, adat istiadat, dan warna kulit yang berbeda-beda. Tetapi mereka punya satu tujuan yang dilandasi persamaan, tanpa perbedaan. Di situlah tampak nyata persamaan yang Hakiki".

Di sisi lain, wukuf bermakna pengenalan. Saat inilah seorang muslim diharapkan bisa lebih mengenali dirinya dan Allah SWT sebagai Tuhannya. Di Arafah inilah umat Islam diminta untuk berdiam, merenung, berintrospeksi dan bertaubat kepada-Nya.

Haji baru dapat mencapai hakikatnya bila seseorang dapat mengetahui hakikat dirinya di hadapan Tuhannya. Wukuf di Arafah mengantarkan seseorang mencapai Mak'rifat; pengetahuan tentang status dirinya sebagai hamba Allah SWT.

"Ritual wukuf juga mengisyaratkan pentingnya berhenti sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan duniawi. Manusia butuh waktu-waktu khusus untuk berhenti dari kerutinan dan aktivitas, berhenti sejenak agar dapat berpikir, menimbang, dan merencanakan agenda kehidupan jangka panjang".

Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam manusia yang telah mendapatkan jaminan pengampunan dosa, telah memberikan keteladanan yang luar biasa. Di hari Arafah seperti ini, ketika beliau wukuf di Arafah dalam Haji Wada’,  beliau berdo’a menengadahkan kedua tangannya dalam waktu yang sangat panjang sekali, sejak masuk waktu zhuhur hingga terbenam matahari. Kalau dihitung sekitar enam jam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a, tanpa diselingi dengan kegiatan atau kesibukan yang lain, sekali lagi hanya berdo’a dan munajat kepada Allah, padahal Allah telah melindungi beliau dari dosa dan mengampuni kesalahannya.

Bagaimana dengan kita yang blepotan dengan dosa? Bagaimana dengan kita yang masih banyak salah dan khilaf? Bukankah, seharusnya jauh lebih panjang dalam berdo’a dan memohon ampunan Allah?

Hari Arafah ini adalah momentum terbaik bagi seluruh elemen negeri untuk Instropeksi Diri (Muhasabah) dan bersimpuh diri kembali kepada Allah, mengharap ampunan Illahi dan Bertaubah melepas semua keburukan dan Kezhaliman.

Apalagi, di saat kita menghadapi apesta Demokrasi Pemilihan Umum yang akan datang, maka hari Arafah ini harusnya menjadi momentum bagi seluruh anak bangsa dan bahkan dunia; mulai dari pejabat hingga rakyat untuk Mengenali Diri dan tujuan hakiki hadir di bumi ini. Momentum terbaik untuk melakukan Taubat Diri dan Taubat Nasional bahkan Global.

Sebab, lafazh ‘Arafah dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘Arafa yang bermakna mengetahui, mengenal dan mengenali. Karena itu, ritual wukuf di Arafah, dapat dimaknai oleh setiap muslim sebagai momentum untuk ‘Arafa Nafsahu, mengenal diri masing-masing, dari apa dan untuk apa kita diciptakan oleh Allah. Pengenalan diri yang kuat dapat menjauhkan manusia dari sifat sombong, takabbur dan egois. Pengenalan diri yang baik dapat memotivasi seseorang untuk tampil menjadi manusia yang Amanah dan memiliki Mas’uliyah (tanggung jawab).

Wukuf di Arafah, bagi jamaah haji maupun bukan jamaah haji, keduanya diharapkan untuk memanfaatkannya sebagai ritual penguatan Sisi Spiritual. Dengan memperbanyak ibadah, seperti puasa (bagi non jamaah haji), istighfar, dzikir dan doa serta menangisi dosa-dosa dan mengharap ampunan dan rahmat Allah Ta’ala.

Sementara kata Wuquf dalam bahasa Arab berasal dari kata Waqafa yang berarti Berhenti dan Diam. Hal ini memberikan pelajaran penting kepada kita, untuk menjadikan momentum wukuf di Arafah untuk berhenti dan tidak melampaui batas-batas Allah. Mulai dari pemimpin dan pejabat hingga masyarakat harus wukuf, berhenti dari berbuat zalim. Berhenti dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan tipu menipu serta semua keburukan yang dapat menenggelamkan kapal besar kita yang bernama “Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)”.

Imam Ibnu Rajab menyebutkan riwayat yang dinisbatkan kepada Imam Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata:

Barangsiapa belum berkesempatam Wukuf di Arafah, maka hendaknya ia Wuquf (Berhenti/tidak melampaui batas) pada batasan-batasan Allah yang ia ketahui. Barangsiapa tidak sempat Mabit (Bermalam) di Muzdalifah, maka hendaknya ia me-mabit-kan (meniatkan dari malam) tekadnya untuk taat kepada Allah supaya dapat selalu dekat kepada-Nya. Barangsiapa tidak mampu Menyembelih Hadyu (Hewan Sembelihan) di Mina, maka hendaknya ia sembelih hawa nafsunya di sini agar sampai kepada Muna (keinginan dan cita-citanya). Dan barangsiapa tidak dapat sampai ke Baitullah karena jarak yang jauh, maka hendaknya ia menjadikan Rabbu’l Bait (Tuhan Baitullah/Ka’bah) sebagai tujuannya, karena sesungguhnya Dia (Allah) lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (Lathaaifu’l Ma’arif, hal. 310).

Semoga Allah mudahkan kita semua untuk wuquf, intropeksi diri dan berhenti dari segala keburukan sehingga menguatkan spiritual dan hubungan sosial kita, dan kita semua meraih kebaikan dunia dan akhirat.

Mari kita teladani Nabi di hari mulia ini, dengan menengadahkan kedua tangan kita, dari sejak zhuhur hingga maghrib, atau minimal dari bakda asar hingga maghrib, memohon dengan sungguh-sungguh pengampunan Ilahi. Siapa pun kita, apa pun profesi kita, mari kita bulatkan tekad untuk Taubat Nasional, yakinlah Allah pasti akan menganugerahkan kebaikan diri dan negeri dan secepatnya mengangkat pandemi ini, seperti apa yang disebutkan Allah tentang Nuh ‘alaihissalam yang berkata kepada kaumnya :

Yang Artinya :

“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai’.” (QS. Nuh : 10-12).

Barokallahu Fikum...
Semoga Bermanfaat.
Wallahu 'Alam Bishshowab

Saudaraku...!

Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :

Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.

Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa  Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.

Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit &  kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.

Yaa Allah... Yaa Robbana...! Ijabahkanlah Do'a-do'a kami, Tiada daya dan upaya kecuali dengan Pertolongan-MU, karena hanya kepada-MU lah tempat Kami bergantung dan tempat Kami memohon Pertolongan.

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم

آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين

وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ

🙏🙏

Sumber : Aplikasi Tausiyah Islam
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng


Tidak ada komentar:

Posting Komentar