5 M
BEKAL KEHIDUPAN
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
سْــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــمِ
Saudaraku....!
Hari ini Senin, 2 Sya'ban 1445 H /12 Februari 2024
Setelah Sholat Subuh sambil menunggu waktu pagi untuk beraktivitas, mari Kita NGOPI (Ngobrol Perkara Iman), Ungkapkan rasa Syukur Kita atas segala Nikmat yang Allah berikan, dengan memanfaatkan untuk memperbanyak Dzikir dan Sholawat sambil menikmati Santapan Rohani.
Saudaraku...!
Tulisan ini hanya sekedar berbagi atau sharing dan tidak bermaksud Menggurui, bukan berarti yang menulis lebih baik dari yang menerima atau membaca. Namun demikian saya mengajak pada diri saya pribadi dan Saudara-saudaraku Seiman, untuk sama-sama belajar dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar.
Saudaraku...!
Pada hakikatnya kita saat ini sedang
melakukan perjalanan mengarungi hidup di dunia yang akan menuju akhirat kelak.
Seperti diriwayatkan di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari, Rasulullah
SAW bersabda, “Hidup ini hanyalah selintas saja, seperti seorang yang berjalan
kemudian berteduh di bawah pohon rindang kemudian berjalan lagi”.
Dan seyogyanya jika kita seorang pengembara yang sedang melakukan perjalanan yang panjang, bekal apakah yang kita bawa untuk kehidupan hari ini di dunia terlebih lagi hari esok di akhirat kelak? Allah SWT berfirman, “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa. (QS. Al Baqarah, 2 : 197)
Inilah 5 M yang harus menjadi bekal hidup:
1. Mu’ahadah (selalu mengingat perjanjian
dengan Allah SWT)
Perjanjian yang telah kita lakukan ketika
awal penciptaan ruh tersebut dipahami oleh para ulama sebagai syahadat kita
yang pertama. Sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an, Allah berfirman :
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ
Aerinya : “Dan ingatlah ketika Rabb mu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil
kesaksian terhadap mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?,
mereka menjawab. “Betul (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi. (Kami lakukan
yang demikianitu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (QS.
Al A’raf, 7 : 172)
Ini adalah sebuah perjanjian yang kita di
dunia ini diuji oleh Allah, apakah kita termasuk orang-orang yang memegang
teguh perjanjian tersebut. Kemudian juga perjanjian-perjanjian kita dalam
sholat-sholat kita semisal dalam surat Al Fatihah ayat 5 yang berbunyi,
“Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin”. Artinya, hanya kepada Engkau kami
menyembah, dan hanya kepada Engkau kami memohon dan meminta pertolongan.
Sudahkah kita mengabdi dan memohon pertolongan hanya kepada Allah?
2. Mujahadah (orang yang
bersungguh-sungguh dalam beribadah)
Ibadah adalah alasan Allah menciptakan
manusia. “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan agar mereka
menyembah-KU. (QS. Adz Dzariyat, 51 : 56)
Bermujahadah artinya bersungguh-sungguh
dalam melaksankan keta’atan dalam menjalankan perintah Allah. Sa’id Musfar Al
Qahthani mengatakan; Mujahadah berarti mencurahkan segenap usaha dan kemampuan
dalam mempergunakan potensi diri untuk taat kepada Allah dan apa-apa yang
bermanfaat bagi diri saat sekarang dan nanti, dan mencegah apa-apa yang
membahayakannya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
وَالَّذِيْنَ
جَاهَدُوْا
فِيْنَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ
سُبُلَنَاۗ
وَاِنَّ
اللّٰهَ
لَمَعَ
الْمُحْسِنِيْنَࣖ
Artinya : “Dan orang-orang yang
berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benarakan Kami tunjukan kepada
mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang
yang berbuat baik”. (QS. Al ‘Ankabuut, 29 : 69)
Orang yang merubah rasa malas menjadi
semangat, meninggalkan maksiat menuju keta’atan, bodoh menjadi berilmu, dari
ragu kepada yakin, adalah ciri orang yang bermujahadah. Mujahid yang selalu
berupaya bersungguh-sungguh di jalan Allah.
3. Muraqobah (Selalu
Merasa diawasi Allah)
“Orang yang banyak berdzikir adalah orang
selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. Dzikir terambil dari kata dzakaro yang
berarti menghadirkan sesuatu ke dalam benak. Dzikrullah adalah menghadirkan
Allah ke dalam benak. Karena itu orang yang selalu berdzikir akan menyadari
betul bahwa Allah mengetahui segala sesuatu. Seperti di dalam ayat
“Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang
tersembunyi". (QS. Al A’la, 87 : 7)
Dalam ayat lain: “Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan
Kami lebih dekat kepadanya dengan urat lehernya, yaitu ketika dua malaikat
mencatat amal perbuatannya, satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di
sebelah kiri. Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf, 50 : 16-18)
4. Muhasabah (Intropeksidiri)
Terkait dengan muhasabah, Umar bin
Khaththab berkata, “Hisablah dirimu sebelum dihisab, timbanglah diri kalian
sebelum ditimbang. Sesungguhnya berintropeksi bagi kalian pada hari ini lebih
ringan dari pada hisab di kemudian hari” (HR. Iman Ahmad dan Tirmidzi secara
mauquq dari Umar bin Khaththab)
Hal senada juga pernah diungkapan oleh
Hasan Al Basyri pernah berkata, “Seorang mukmin itu pemimpin bagi dirinya
sendiri. Ia menghisab dirinya karena Allah. Karena sesungguhnya hisab pada hari
kiamat nanti akan ringan bagi mereka yang telah menghisab dirinya di dunia.
5. Mu’aqobah (Memberi
sanksi ketika lalai beribadah)
Sikap jika bersalah memberi sanksi diri
sendiri dengan mengganti dan melakukan amalan yang lebih baik meski berat,
contoh dengan infaq dan sebagainya. Atau dengan bersegera bertaubat dan
berusaha kuat untuk tidak mengulanginya lagi. Memberikan sanksi (‘iqob) ketika
kita lalai memang sulit. Dibutuhkan kesadaran diri yang baik dan kimanan yang
kuat. Hanya orang-orang yang sholeh yang dapat melakukannya. Seperti salah satu
kisah Nabi Sulaiman as dalam Alquran,
“(ingatlah) ketika dipertunjukkan
kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada
waktu sore, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap
barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku
sampai
kuda itu hilang dari pandangan. Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku”, Lalu
ia potong kaki
dan leher kuda itu.(QS. Shaad, 38 : 31-33)
Sebuah perilaku yang dapat kita jadikan
contoh, juga generasi sahabat atau parasalaf yang meng ‘iqob dirinya secara
langsung ketika mereka melakukan kekhilafan, misalnya: dalam sebuah riwayat
dikisahkan bahwa Umar bin Khaththab pergi kebunnya. Ketika pulang didapatinya
orang-orang sudah selesai melaksanakan sholat Ashar. Maka beliau berkata: “Aku
pergi hanya untuk sebuah kebun, aku pulang orang-orang sudah sholat Ashar, kini
kebunku aku jadikan shodaqoh untuk orang-orang miskin.
Subhanallah walhamdulillah,
bagaimana dengan akhlak kita? Seberapa sering kita lalai dan seakan tidak
perduli dengan kelalaian kita tersebut. Semoga 5 M ini lebih berharga dari 5
milyar yang kita inginkan di dunia ini. Karena 5 M ini jauh bernilai karena
dapat menyelamatkan kehidupan dunia dan akhirat kita kelak. Insya Allah.
Tidaklah lebih baik dari yang menulis
ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang
mengamalkannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Ustaz Erick Yusuf: Pemrakarsa Training
iHAQi (Integrated Human Quotient)
Saudaraku...!
Mari Kita tengadahkan tangan kita, memohon ampunan dan ridho Allah SWT. :
Yaa Allah... Kami Mengetuk Pintu LangitMu, dalam Kekhusyu'an do'a... Mengawali pagi ini dengan penuh harapan... Dengan sepenuh hati kami panjatkan harapan dan do'a.
Yaa Allah... Yaa Kaafii... Yaa Ghani.., Yaa Fattah... Yaa Razzaq... Jadikanlah hari ini Pembuka Pintu Rezki dan Keberkahan, Pintu Kebaikan dan Nikmat. Pintu kesabaran dan Kekuatan, Pintu Kesehatan dan Keselamatan, dan Pintu Syurga Bagiku, Keluargaku dan Saudara-Saudaraku semuanya.
Yaa Allah... panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaa Allah... sehat afiatkan kami dalam kenikmatan Istiqomah dan umur yang bermanfaat. Angkatlah stiap penyakit diri kami dengan kesembuhan yang cepat... dgn tidak meninggalkan rasa sakit & kesedihan, Sungguh hanya Engkaulah yang maha menyembuhkan.
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم
آمين آمين آمين يا الله يا رب العالمين
وَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهْ
🙏🙏
Sumber : Aplikasi Tausiyah Islam
Penulis : Abah Luki & Ndik
#NgajiBareng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar